Bagian 9 : -Omega-

915 224 73
                                    


Kristal membuka mata dan menemukan sosok Wolf tertidur di sampingnya tanpa sehelai benangpun ditubuhnya. Bukan berarti mereka sudah melakukan sesuatu. Wolf memang terbiasa tidur tanpa pakaian, lelaki itu akan melepas apa pun yang menempel ditubuhnya yang suhunya selalu panas dan cukup puas bergelung di bawah selimut tipis yang menyejukkan.

Sementara Kristal, entahlah. Wolf mungkin bergairah terhadap semua wanita, tetapi tidak terhadap Kristal. Buktinya mereka cukup sering tidur bersama―dalam artian benar-benar tidur― dan Kristal menemukan dirinya tetap aman.

Pengendalian diri Wolf sungguh luar biasa, bahkan sampai detik ini lelaki itu tidak pernah menatapnya dengan tidak pantas meskipun Wolf sudah pernah melihat sekujur tubuhnya. Kristal tidak bisa menyalahkan Wolf karena ia sendiri yang telah membuat Wolf kebal dan bahkan jijik. Bagaimana tidak, Wolf lebih banyak melihat tubuh Kristal dalam kondisi tidak menarik seperti saat kondisi tubuhnya sedang melemah, atau saat tubuhnya memiliki luka yang mengerikan seperti sekarang.

Kristal mengerjap, memperhatikan dada berotot Wolf yang naik turun secara teratur. Lelaki itu tidur dengan sebelah tangan menutup matanya sementara tangannya yang lain berada di bawah kepala Kristal.

Kristal mengulurkan tangan dan mengibaskan tangannya di depan wajah Wolf, tetapi lelaki itu sama sekali tidak bergerak.

Sebuah ide gila terlintas di pikirannya. Kristal tidak pernah memikirkan ide ini sebelumnya karena ia terlalu pengecut, terlalu takut mengambil langkah, terlalu khawatir Wolf akan membencinya. Namun, sekarang berbeda. Terutama karena ini mungkin akan menjadi kesempatan terakhir bagi Kristal. Wolf akan segera menikah dengan Emily dan setelah menikah sudah pasti Wolf tidak akan merawat Kristal seperti ini mengingat lelaki itu harus menjaga perasaan istrinya. Lagipula Kristal tidak akan rugi apa-apa. Wolf tidak menginginkannya, dan ia tidak menginginkan lelaki lain selain Wolf. Kristal hanya butuh melakukan ini sekali atau ia akan penasaran seumur hidup.

Kristal bergerak pelan, menyangga tubuhnya dengan siku, lantas mencondongkan wajahnya mendekati wajah Wolf yang tertidur pulas. Tatapan Kristal terpaku pada bibir lelaki itu, ia menahan napas dan semakin mendekat. Wangi tembakau bercampur musk menerpa wajahnya. Sejenak Kristal terdiam untuk menikmati embusan napas Wolf yang menenangkan.

Kristal benar-benar idiot karena mencintai lelaki yang tidak menginginkannya. Namun, sekeras apa pun Kristal mencoba menjadi wanita berdaya seperti yang Mila dan Meridian katakan, tubuhnya tidak bisa berbohong. Bahkan setelah rasa sakit yang Wolf timbulkan, Kristal tidak bisa menghilangkan reaksinya setiap kali berdekatan dengan Wolf. Mungkin karena usianya yang masih muda, tetapi mungkin juga tidak karena ia tidak bereaksi seperti ini terhadap lelaki lain.

Sedikit lagi dan aku akan mencicipi surga, batin Kristal saat ujung hidungnya bersentuhan dengan hidung Wolf. Kedua tangannya terkepal dengan gugup di sisi kepala lelaki itu.

Namun, suara ponsel di nakas sebelah Kristal tiba-tiba berbunyi. Kristal yang terkesiap, buru-buru menjatuhkan dirinya ke bantal dan pura-pura tertidur.  Ia mendengar Wolf mengerang, lalu merasakan tubuh lelaki itu bergerak dan menindih tubuhnya untuk meraih ponsel. Kristal menahan napas dan berharap Wolf tidak segera menarik tubuhnya yang liat dari atas Kristal.

"Ya, halo?" Kristal mendengar suara seorang wanita sedang bicara di ujung sambungan telepon.

"Apa maksudmu, Erika?"

Erika? Ck, siapa lagi Erika? pikir Kristal sebal saat Wolf bangkit dan duduk membelakanginya.

"Kirim aku lokasimu. Aku akan segera ke sana." Kristal melihat Wolf turun dari ranjang dan mengenakan celana jinsnya.

"Kau mau pergi?" tanya Kristal kecewa, ia bahkan tidak sanggup menyembunyikan ekspresi wajahnya yang sedih.

"Jangan menatapku seperti itu. Aku tidak melakukan apa-apa padamu. Sumpah!" ujar Wolf sambil mengangkat kedua jarinya.

Cahaya NegeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang