II. Back to Korean

85 9 0
                                    

Hyura baru saja selesai membereskan kopernya, ia akan berangkat menuju Korea nanti malam.

"Hyu," panggil Yohan.

"Kenapa?" tanya Hyura.

"Kamu yakin akan pulang ke Korea?" tanya Yohan memastikan. Hyura mengangguk mantap.

"Kenapa tak mencari pekerjaan disini saja sih? Harus sekali kembali kesana?" tanya Yohan lagi.

"Aku kesana karena rindu bunda, lima belas tahun aku tak menjenguk bunda. Memangnya kamu tidak merindukan bunda, kak?" jawab dan tanya Hyura.

"Kak, ini sudah saatnya kamu dan ayah untuk mengikhlaskan bunda. Beliau sudah tenang disana, jangan larut dalam kesedihan, sudah dua puluh dua tahun mengapa kalian masih stuck disana?"

Yohan menghembuskan napasnya dan mengelus surai panjang sang adik.

"Sudah pintar menasehati yaa sekarang," katanya.

Hyura terkekeh kecil, "Tentu saja. Aku sudah dewasa sekarang, sudah saatnya aku menetukan jalan hidup sendiri," ucapnya.

"Kamu disana baik-baik ya, jangan lupa memberi kabar. Kakak titipkan kamu pada Yeji disana, menurut pada dia. Jangan nakal,"

Hyura mengangguk seraya memberi hormat, "Siap komandan."

🌼🌼🌼

Taerae mengetuk-ngetuk pulpennya keatas meja, terlihat wajahnya yang menyiratkan kebingungan juga kelelahan.

"Ahhh pusing," keluhnya seraya memijat pelipisnya.

Ia melepas kacamata yang bertengger di hidung bangirnya dan memejamkan mata. Sejak Kim Jisoo pensiun dan meninggalkan dunia beberapa tahun silam, ia sedikit kesulitan mengelola hotel sendirian. Yang ia butuhkan sekarang adalah seorang manager baru yang akan membantunya.

"Kim Sajangnim." ujar Hanbin ramah. Ia terlihat membawa sebuah nampan berisi secangkir teh hangat.

"Saya membawakan teh hangat, minumlah. Kau terlihat lelah akhir-akhir ini," ujar Hanbin sembari menaruh cangkir itu di meja Taerae.

"Terimakasih Hanbin,"

Taerae meminum sedikit teh itu dan badannya terasa rileks ketika cairan teh masuk ke tubuhnya.

"Sajangnim, sepertinya kita membutuhkan manager baru." Hanbin mengeluarkan pendapatnya.

"Yap, kau benar Hanbin. Aku memang membutuhkan seorang manager untuk membantuku,"

"Bagaimana kalau kita membuka lowongan untuk menemukan manager baru?" saran Hanbin.

Taerae langsung menggeleng, "Aku tak setuju. Apakah kau tak ingat beberapa tahun yang lalu saat kita membuka lowongan?" katanya.

Hanbin menerawang dan berusaha mengingat kejadian beberapa tahun silam, lebih tepatnya satu bulan semenjak Kim Jisoo pensiun dan meninggal dunia.

Saat itu, mereka sepakat membuka lowongan untuk mencari manager, namun semua itu berakhir chaos sebab lebih banyak hantu yang ingin melamar dibandingkan manusia. Dan bilapun ada manusia yang melamar, mereka sudah takut lebih dahulu karena diharuskan membuka mata batin.

"Ahhh, semuanya berakhir kacau." ucap Hanbin.

"Betul sekali," Taerae menjentikkan jarinya.

"Akan aku pikirkan lagi untuk mencari manager," kata Taerae.

"Baik sajangnim, saya permisi."

Hanbin berlalu dari hadapan Taerae, sementara Taerae bangkit dari duduknya dan berjalan menuju taman.

🌼🌼🌼

Taerae memandang pohon tua itu, masih sama seperti dulu. Tak ada yang berubah, tak ada daun ataupun bunga yang tumbuh.

"Kau membutuhkan seseorang ya?" tanya Mago yang sudah berada disebelah Taerae.

"Iya," jawab Taerae singkat.

Mago tersenyum, "Tak usah repot-repot mencari. Dia akan datang sendiri nanti,"

Taerae mengerutkan alisnya, "Maksudmu?" tanyanya tak paham.

"Kau tak ingat apa yang aku katakan dua puluh dua tahun silam? Tentang seorang bayi?" tanya Mago.

"Dia akan datang kesini sendiri, bintang yang akan menuntun jalannya menuju hotel ini."

"Siapa dia?" tanya Taerae.

Mago kembali tersenyum. "Min Hyura, perempuan muda berumur dua puluh dua tahun yang baru saja kembali menginjakkan kakinya di Korea."

🌼🌼🌼

Hyura merentangkan tangannya dan menghirup angin Korea yang sudah lama tak ia rasakan.

"Sudah banyak berubah ternyata," gumamnya.

"Min Hyura!!" panggil seseorang.

Hyura berbalik dan ia menemukan seorang perempuan cantik dengan mata kucing dan senyum manis berdiri tak jauh darinya.

"Kak Yeji!!"

Hyura langsung menghampiri Yeji dan memeluknya, ia merindukan perempuan itu.

"Ahhh sudah lama sekali aku tak bertemu denganmu, kamu masih mengenali wajahku rupanya." ujar Yeji membalas pelukan Hyura.

"Bagaimana bisa aku lupa denganmu kak? Kalau setiap tahun kamu datang ke Jepang menemuiku," kata Hyura.

Pelukan keduanya terlepas. Yeji lalu mengambil alih koper Hyura.

"Ayo kita pulang, kamu pasti lelah." ajak Yeji.

"Iya dan lapar sekali,"

Yeji tertawa kecil. "Baiklah kalau begitu kita mampir sebentar ke restoran, aku takut kamu mati kelaparan."

Hyura memukul pelan lengan Yeji, "Bisa saja kamu ini kak."

Keduanya lalu berjalan beriringan menuju parkiran, meninggalkan area bandara. Namun, dikejauhan sana Taerae tengah memperhatikan keduanya. Ia menunjukkan smirknya.

"Not bad," gumamnya.

Ia lalu meninggalkan bandara, namun saat berbalik ia terkejut karena sosok hantu yang berdiri didekatnya.

"Astaga!!"

"Ada apa? Kau siapa gadis itu? Kekasihnya?" tanya si hantu.

"Bukan,"

"Lantas? Keluarganya? Kenapa tidak menemuinya saja?" tanya si hantu lagi.

"Banyak tanya, aku malas meladeni. Sana pergi," Taerae mengusir hantu menyebalkan itu.

Dan si hantu kemudian menghilang, begitupun Taerae yang meninggalkan bandara.

𝑆𝑡𝑎𝑟 𝐿𝑜𝑠𝑡Where stories live. Discover now