•𝕻𝖗𝖔𝖑𝖔𝖌*

7.1K 382 18
                                    

•𝕻𝖗𝖔𝖑𝖔𝖌*

𝐀𝐧𝐲𝐞𝐨𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐰𝐚𝐭𝐝𝐡𝐢 𝐤𝐡𝐚 𝐤𝐨𝐧𝐢𝐜𝐡𝐢𝐰𝐚 𝐧𝐢 𝐡𝐚𝐨 𝐞𝐯𝐞𝐫𝐲𝐨𝐧𝐞!!

𝚂𝚘𝚛𝚛𝚢 𝚏𝚘𝚛 𝚝𝚢𝚙𝚘 𝚗𝚍𝚎?

»»————>𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰...

Ƈ

ι

ɳ

ԃ

ҽ

-

»»——❀ Ƈιɳԃҽ- ❀——««


Hega tersenyum geli melihat komentar-komentar yang diberikan pembaca cerita online-nya. Sampai tidak sadar, sekarang dirinya sedang berada di ruang Osis dan sedang melakukan rapat.

Sang ketua dari organisasi tersebut memijat pelipisnya pelan melihat salah satu anggotanya, bukannya berdiskusi, malah asik dengan dunianya sendiri.

“Hega! Lo niat ikut diskusi apa enggak si ha?! Kalau enggak niat, tuh pintu masih bisa dibuka!” sentak si ketua Osis, Cahyo.

Hega dengan santainya meletakkan handphonenya di meja, lalu tersenyum manis menghadap sahabatnya yang suaranya begitu menggelegar di ruang yang sunyi.

“Apa-apa? Gimana? Gue kudu ngasih pendapat apa? Emang udah diputusin mau nampilin apa buat nyambut murid baru?”

Setelahnya, Hega meringis karena mendapat tampolan di kepala dari arah belakang. Sudah pesti pelakunya orang yang di samping kirinya, karena di samping kanannya itu tembok.

“Haih! Lo tuh ya Ga! Makanya dengerin apa yang kita diskusi-in! Bukan malah hp-an mulu!” dengkus Revo dengan nada gregetnya.

Dengan lirikan sinis, Hega melirik Revo malas. “Lo tuh ya, keliatan banget enggak seneng ngeliat gue lagi bahagia. Ada masalah apa si, lo sama gue? Dendam? Apa gara-gara gue rebut Ajeng dari lo?”

Hampir saja Revo melayangkan pukulan pada Hega jika Cahyo tidak dengan singap memegang tangan Revo.

“Sekali lagi gue bilang! Kalau emang diantara kalian enggak niat diskusi, mending keluar dari ruangan!”

Setelahnya Cahyo menyentakkan tangan Revo dan mendudukkan kembali pada kursi kesayangannya. Tidak peduli dengan Hega dan Revo yang sedang saling melirik sinis, bahkan saling mencubit satu sama lain.

Tidak tahu saja, yang menjadi bahan keributan antara Hega dan Revo tengah memikirkan sesuatu yang sedari tadi ia timang-timang untuk menjadi ide penyambutan murid baru.

Dari pada diskusi kali ini tidak ada hasilnya, dan hanya memiliki waktu untuk berlatih hanya satu minggu, Ajeng memantapkan idenya dan menoleh pada Cahyo yang kebetulan tengah menatap datarnya.

“Apa?”

Ajeng menelan ludahnya ketika suasana menjadi hening. Bahkan Cahyo geram sendiri karena tidak kunjung mendapat jawaban dari Ajeng.

“Ajeng, kamu mau ngomong apa? Kalau takut sama Cahyo, ngomong aja sama Hega,” celetuk Hega membuat Revo spontan menginjak kaki Hega yang di bawah kursi.

“Woi asu! Kurang asem lo Rev! Sakit kampret!” teriakan Hega menggelegar.

Semua temannya yang berjumlah lebih dari sepuluh yang ikut diskusi tersebut, menutup telinga mereka mendengar teriakan Hega.

Cinde- HIATUS! Where stories live. Discover now