Chapter I: Kereta Api Hantu

619 9 1
                                    

Kereta api hantu!

Cerita konyol apa lagi ini!? Aku bilang berkali-kali sama Rakesh untuk nggak cerita soal hantu. Tapi si stupid itu tetap melanjutkan cerita, padahal aku sama sekali nggak mau dengar. Bodo amat. Aku punya trauma masa kecil. Aku pernah lihat hantu melayang-layang di atas atap rumahku, tapi waktu aku bilang sama Ayah-Bunda, mereka bilang aku "cuma berhalusinasi" dan "terlalu banyak nonton film horror". Oke, mungkin kedengarannya konyol, tapi aku benar-benar lihat kok! Lagian apa untungnya aku ngarang-ngarang cerita?

Setelah gosip soal hantu kepala buntung yang gentayangan di koridor, kali ini beredar gosip baru di seantero kampus : kereta api hantu. Like seriously? Anak kecil juga tahu itu boongan! Dasar bego. Memangnya hantu bisa bikin kereta api?

Tadi sore di kelas Rakesh dan beberapa temannya ngobrol soal kereta api hantu. Aku dengar sekilas Rakesh bilang "jam 12 malam", "tanpa masinis" dan "pembunuh". Oke, mungkin dia lagi cerita kereta itu datangnya jam 12 malam, tanpa masinis (which is impossible, si Rakesh ini kayaknya harus pinteran dikit kalau mau ngarang) dan mungkin hantu-hantu di dalamnya arwah gentayangan pembunuh. Cerita sampah!

Sudahlah, sekarang aku harus buru-buru pulang. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, tapi kereta belum juga datang. Aku belum pernah pulang semalam ini sebelumnya. Tapi aku nggak takut kok. Semuanya kelihatan normal-normal aja. Petugas stasiun yang berseragam mirip security sedang duduk-duduk sambil mengobrol dengan seorang bapak berkumis di bangku panjang tak jauh dari tempatku berdiri. Petugas loket mondar-mandir sambil ngomel-ngomel di telepon. Mukanya bete banget. Persis kayak ekspresi wajah yang kubuat kalo Rakesh mulai godain aku dengan cerita-cerita setan bullshit-nya itu.

Ngguuuuuuuuuunnnngggggg!!!

Suara kereta terdengar dari kejauhan. Aku bisa melihat dua titik terang yang makin lama makin dekat. Nah, itu dia keretanya. Aku melirik jam tanganku. Hmm... Kira-kira perjalanan naik kereta sekitar 10 menit, setelah itu aku mau nyetop taksi aja sampai ke rumah.

Kereta itu kini sudah berdiri gagah di hadapanku. Lampu di dalamnya menyala terang. Ini jelas bukan kereta api hantu. Kereta api hantu kan pasti gelap, atau penumpangnya berpakaian jadul ala tahun 70-an. Sedangkan semua yang aku lihat normal-normal aja, kok. Ada seorang bapak tua yang baru masuk ke stasiun berdiri di sebelahku menunggu pintu kereta dibuka. Yeah, kereta setan itu NGGAK ADA.

Pintu terbuka. Aku memilih untuk duduk di pojok, di kursi prioritas. Eittss...jangan protes, malam-malam begini mana ada ibu dan balita atau ibu hamil yang naik kereta? Lagian kalopun ada, aku pasti berdiri, kok. Aku gak akan complain soal mereka di Path. By the way, si cewek yang complain soal ibu hamil di Path itu namanya sama denganku, lho : Dinda.

Sreggggg!

Pintu tertutup.

Hembusan angin panas dari luar berganti dengan dinginnya AC kereta. Fiuuh...akhirnya aku bisa pulang juga. Sudah dua hari ini aku selalu pulang malam gara-gara lembur ngerjain tugas. Ini gara-gara Rakesh. Nggak perlu aku ceritainlah ya detailnya gimana, pokoknya gara-gara Rakesh semua pekerjaan jadi terhambat.

Aku melihat sekeliling. Di gerbong ini ada 8 orang penumpang termasuk aku. Seorang kakek tua dan gemuk dengan koran Warta Kota di tangan (aku udah memastikan korannya bukan koran jadul, aku bisa lihat foto Ahok pada headline-nya), seorang ibu-ibu dasteran dengan anak ABG (mungkin anaknya), sepasang muda-mudi, seorang mas-mas berjaket Manchester United dan seorang karyawan dengan kemeja dan celana bahan hitam.

Aku mengeluarkan iPod-ku dan mulai mendengarkan musik lewat earphone sebagai hiburan. Aku nggak boleh tidur, perjalanan kereta menuju stasiun tujuanku cuma 10 menit. Mungkin 15 menit kalo keretanya lelet. Pokoknya aku nggak boleh tidur.

Don't sing me lullabies
I won't close my eyes,
I can't close my eyes
It's true,
I'm doomed
'til dawn
shines through

Wait....lagu apaan nih? Cant Sleep Clowns Will Eat Me? Sejak kapan aku punya lagu ini? Hmm....ini pasti ulah Rakesh!

Aku menghapus lagu jelek itu dan memutar lagu lain. How Deep is Your Love milik The Bird and The Bee mulai mengalun pelan. Dan tanpa sadar akupun tertidur.....

---------

I always feel like somebody's watching me
And I have no privacy
I always feel like somebody's watching me
Who's playing tricks on me?

Aku terbangun.

Aduh, kepalaku nyut-nyutan. Mataku terasa berat, aku mau tidur lagi, tapi aku nggak boleh tidur takut stasiunnya terlewat. Aku melihat layar iPod-ku. Somebody's Watching Me? Lagu apa lagi ini? Ah, pasti Rakesh lagi! Aku mematikan iPod-ku, menggulung kabel earphone dengan rapi dan memasukannya ke dalam tas.

Ini.....jam berapa?

Aku melirik jam tanganku. Jam 11.20. Tadi aku naik kereta jam 11.10. Sudah 10 menit! Aku melirik jendela. Dimana ini? Kenapa semuanya gelap? Oh iya....kan udah malam (untuk sesaat aku ngerasa bego). Tapi kenapa keretanya nggak berhenti ya? Harusnya jarak antara stasiun disini nggak begitu jauh kok.

Aku dapat merasakan kereta berjalan semakin pelan, seperti mau berhenti. Kereta akhirnya berhenti di sebuah stasiun, aku nggak tahu stasiun apa tapi aku memutuskan untuk turun disini aja. Jarak antara kampus ke rumahku sebenernya nggak jauh-jauh banget. Jadi kalo naik kereta selama 10 menit sih harusnya aku sekarang udah lebih dekat sama rumah.

Aku turun ke peron disambut dengan angin malam yang dingin. Sepi. Nggak ada seorangpun. Aku mengernyitkan hidung. Bau apa ini? Kayak......bau bangkai! Aku pernah mencium bau yang sama saat aku mendapat tugas wawancara ahli forensik di ruang autopsi jenazah di rumah sakit umum. Ewww.... Masa stasiun bau bangkai sih? Memangnya mereka nggak punya petugas kebersihan?

But who cares. Aku berjalan menyusuri peron. Kereta masih berhenti dan pintunya masih membuka. Aneh. Tapi aku ragu antara kembali masuk ke dalam kereta atau keluar dari stasiun. Lagian disini kok nggak ada papan nama stasiun sih? Bahkan aku nggak tahu pintu keluarnya dimana. Hey! Itu petugas stasiun! Oke, aku tinggal tanya dia aja dimana pintu keluarnya, lalu aku minta tolong untuk cariin taksi dan......wait, kenapa petugas stasiun itu jalannya aneh? Aku menyipitkan mata. Petugas itu berjalan semakin dekat ke arahku. Semakin dekat....semakin dekat.....dan aku dapat melihat tubuhnya melayang di atas peron, tanpa kaki!

Night TrainWhere stories live. Discover now