1. Gadis Misterius

1.6K 167 3
                                    

Sekelompok pria berkuda menyusuri lereng gunung yang kini sudah berubah menjadi putih. Tumpukan salju setebal satu inci sudah menutupi seluruh tanahnya. Dari langit, butir-butir salju pun masih terus turun. Tidak lebat, itu jatuh perlahan, satu per satu.

'Seharusnya belum, tapi ternyata sudah turun. Ini lebih awal dari tahun-tahun sebelumnya.'

Pemimpin mereka, yang berada di baris paling depan bersama kudanya, pria berambut hitam legam dengan poni mulai memanjang hingga menyentuh mata, memacu kudanya semakin cepat setelah menatap langit sejenak sembari bergumam dalam hati.

Kepulan uap putih keluar dari bibirnya yang pecah-pecah ketika ia mengembuskan deru napasnya dengan lembut dan perlahan, berusaha menetralkan yang seharusnya tersengal-sengal karena letih sekaligus menggigil.

"Yang Mulia, di sana ..."

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Magnus, pria yang Joseph—ajudan Magnus—panggil sebagai 'Yang Mulia' lebih dulu memacu kudanya agar melesat jauh lebih cepat lagi.

Kuda hitam milik sang pemimpin pasukan pembasmian yang beranggotakan lima belas orang itu berhenti setelah melesat cepat untuk jarak yang tidak terlalu jauh.

Magnus segera turun dari kudanya. Sebelah lututnya yang dilapisi oleh baja zirah menyentuh tanah berlapis salju, sedangkan satu yang lainnya menapak dan menopang agar tubuhnya berlutut dengan seimbang.

Ada sesosok gadis yang terkapar dan memejamkan matanya di hadapan Magnus saat ini. Gadis itu hanya mengenakan gaun tipis sebatas betis tanpa alas kaki, seolah ia baru saja kabur dengan terburu-buru tanpa persiapan, lalu kehilangan kesadaran karena kelelahan dan kedinginan.

Magnus melepas sebelah sarung tangannya kemudian mengulurkan jemarinya pada sosok gadis itu. Telunjuknya mendekat ke arah lubang hidung, mencari embusan napas yang tersisa. Syukurlah itu masih ada, meski sangat tipis—seakan bisa memudar dan hilang kapan saja.

Masih ingin memastikan jika gadis bersurai perak nan panjang itu benar-benar masih hidup, Magnus menyentuh kulit leher di bagian bawah telinga menggunakan dua jarinya—jari telunjuk dan jari tengah.

Selain sensasi dingin seperti menyentuh kulit membeku, ia akhirnya berhasil menemukan denyut nadi yang sama tipisnya dengan napas gadis itu setelah mencari-carinya.

"Yang Mulia, apakah ... nona itu masih hidup?"

Setelah ikut turun dari kudanya, Joseph kembali berujar sembari berjalan menghampiri Magnus yang masih berlutut.

"Ya."

Magnus menjawab singkat tanpa melihat lawan bicaranya yang berdiri tepat empat langkah di belakang punggungnya.

Ia buru-buru melepas seluruh lempengan zirah yang melapisi tubuh bagian atas hingga tersisa satu lapis pakaian hangat yang terbuat dari wol, yang membalut badannya yang kekar.

Selain melepas baju zirah, Magnus juga merobek sebagian kain pakaiannya lalu menggunakannya untuk menyeka darah yang menempel pada sebelah tangannya setelah ia menyentuh zirahnya yang dibasahi oleh cairan anyir berwarna merah pekat tersebut. Setelahnya, ia membuang kain tersebut ke sembarang.

Karena berencana untuk menyelamatkannya, Magnus tidak ingin ada setetes darah pun yang menempel pada gadis itu ketika ia membawanya.

Limited TimeWhere stories live. Discover now