Bagian 8 : -Source Of Distress-

909 225 88
                                    


"Sepertinya melibatkan aku dalam masalahmu bukan ide bagus. Kau terlihat sangat cemburu dan aku merasa tidak dihargai meskipun aku hanya pasangan pura-puramu." Wolf menoleh dan melihat Emily menghampirinya sehingga mengalihkan perhatiannya dari gadis manis yang tampak sedih.

"Emily."

"Namaku bahkan bukan Emily," ujar wanita itu jengkel sambil merapikan rambut panjang bergelombangnya yang tertiup angin. Wanita itu sangat cantik dan pandai membawa diri. Hanya saja, secantik apa pun seorang wanita kalau dia bukan seleramu tetap saja kau akan menganggapnya biasa-biasa saja.

"Em...."

"Oh, aku mendengar salah satu temanmu memanggil istrinya M. Astaga, jangan bilang kau tidak punya ide lain yang lebih orisinal? M atau Em itu kedengarannya sama saja."

"Maaf." Wolf meringis.

"Ck, dasar plagiat!"

Wolf menarik pinggang ramping wanita itu supaya berdiri sisinya dan menghadap ke arah laut. "Untuk sementara, tetaplah menjadi Emily," ujarnya pelan.

Emily bersedekap seraya menggeleng dengan tegas. "Tidak ada untungnya bagiku."

"Dengar," Wolf merendahkan mulutnya ke telinga wanita itu agar tidak ada yang bisa mendengar ucapannya, "dua tahun terakhir ini aku sudah membantumu menyusup ke organisasi Vasco agar kau bisa mengumpulkan berbagai macam bukti yang kau butuhkan. Aku juga siap pasang badan seandainya kau ketahuan. Dibandingkan semua itu, permintaanku ini jauh lebih sederhana."

"Memang sederhana," Emily mengakui, "sesederhana kau memberitahuku di mana Vasco menyimpan dokumen hitamnya. Sayangnya, kau tidak mau membantu," imbuhnya ketus.

"Aku bukannya tidak mau membantu." Wolf memasukkan sisa rokoknya ke dalam minuman kaleng, lalu melemparnya ke tong sampah terdekat.

Emily menatap ke sekeliling, tidak ada siapapun dalam radius seratus meter di dekat mereka, tetapi ia tidak ingin mengambil risiko. Emily menarik kepala Wolf hingga sejajar dengan kepalanya, lalu bicara dengan suara pelan. "Kalau begitu, beritahu aku di mana Vasco menyimpan bukti keterlibatan bisnisnya dengan pendanaan teroris. Sudah dua tahun aku bekerja untuknya, tapi yang aku temukan hanya informasi tentang bisnis Vasco yang terdaftar secara legal. Tidak ada pelanggaran, tidak ada rekayasa, tidak ada bukti narkoteroris padahal jelas-jelas dia terlibat. Dia bisa memulai perang dengan semua senjata yang dia kirimkan untuk kelompok-kelompok pemberontak."

"Aku tidak akan menjadi orang yang akan mengkhianati Vasco." Wolf menggeleng seraya bergerak mundur. "Tidak secara terang-terangan."

"Ini lagi!" decak Emily kesal. "Aku tidak mengerti kenapa kau melindungi penjahat biadab itu! Dia sudah membunuh keluargaku tahu!" ujarnya dengan gigi terkatup rapat.

"Pokoknya aku sudah memberimu semua petunjuk, kau hanya perlu menggunakan otakmu untuk menemukan jawabannya," ujar Wolf tidak sabar. "Light pasti bisa memecahkan petunjukku hanya dalam sekali duduk."

"Light? Serius? Ini sudah keseratus kalinya kau membandingkanku dengan gadis itu." Emily membalas. "Aku tidak mengerti isi kepalamu. Kenapa kau tidak pacari saja gadis itu kalau kau benar-benar peduli padanya?"

"Aku peduli padanya sama seperti aku peduli padamu. Lagipula Light tidak benar-benar menyukaiku."

"Apa kau buta? Dia jelas-jelas menyukaimu. Aku bisa menghitung berapa kali aku memergoki dia menatapmu dengan tatapan terpesona. Aku tidak bisa menyakiti perasaan gadis itu lebih jauh. Kau tahu kenapa? Karena dia begitu baik hati dan tulus. Bahkan saat kita berpura-pura mesra di depan semua orang, dia tidak melihatku sebagai ancaman, dia malah terlihat pasrah dan lapang dada melihatmu bahagia denganku."

Cahaya NegeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang