Jaehyun selalu suka dengan suasana damai di sore hari seperti ini. Melihat banyak orang yang mulai kembali ke rumah masing-masing seusai bekerja seraya bercakap ataupun bercanda ria sepanjang perjalanan mereka kembali ke rumah. Ada pula yang sedang mengasuh buah hati mereka dengan bersepeda santai seperti dirinya. Dan ada si anak bebek yang tengah duduk di gubuk tepi sawah.
Tunggu.
Anak bebek?
Jaehyun menghentikan laju motornya dan langsung menoleh ke belakang. Ia memandang sosok mungil yang duduk di gubuk sawah untuk memastikan apa yang dilihat benar adanya.
"Hei!" panggilnya sedikit berteriak.
Pemuda berusia seperempat abad itu memutar motornya kembali ke arah sosok yang tak ia ketahui namanya saat panggilannya tak mendapat respon. Jaehyun berhenti tepat di depan pemuda mungil itu yang membuat si anak bebek langsung mengerutkan dahi tak suka mendapati kedatangannya.
"Ngapain lo?" solot Renjun tengil.
Jaehyun mematikan mesin motornya sebelum membalas tatapan mata nyalang Renjun kepadanya. "Kamu yang ngapain sore-sore duduk di sini?" tanyanya berbalik.
"Bukan urusan lo"
Mendapat balasan menyolot untuk yang kedua kalinya membuat Jaehyun memandang Renjun dengan dahi yang mengerut. Ah, anak bebek ini sepertinya memang tidak bisa diajak berbicara dengan nada baik-baik.
"Pulang, udah mau malam" perintah lembut Jaehyun pada akhirnya.
Ia tidak mungkin membalasnya dengan nada yang sama ketusnya karena anak seperti pemuda mungil ini memiliki jiwa yang tidak mau kalah. Maka jika dirinya turut meninggikan suara maka yang terjadi hanyalah adu mulut seperti sebelumnya.
Namun meski Jaehyun telah berbicara dengan lembut agaknya yang diperintah tetap tak suka dengan kalimat suruhan tersebut karena wajah Renjun semakin menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Jaehyun. Alisnya semakin menukik dengan rahang yang terlihat mengeras.
"Gue bilang bukan urusan lo" tekan yang lebih mungil sekali lagi.
Jaehyun menghembuskan nafas ringannya. Jika saja bukan sore menjelang malam hari ia juga tidak akan repot-repot menegur dan menawarkan tumpangan untuk kembali pulang, karena masalahnya adalah jalanan di desanya terlebih daerah persawahan tidak memiliki pencahayaan yang baik dibandingkan dengan daerah perkampungan. Hal-hal tidak diinginkan bisa saja terjadi terlebih berjalan seorang diri.
"Keras kepala" balas Jaehyun pada akhirnya.
Motor klasik itu kembali dinyalakan dan ditumpangi oleh pemiliknya. Kembali berjalan menyusuri jalanan desa meninggalkan sosok mungil yang berada di gubuk tepi sawah. Lampu sorot yang berada di depan dihidupkan bebarengan dengan menyalanya penerangan jalanan desa.
Matahari telah sepenuhnya tenggelam dan digantikan dengan kegelapan malam. Jalanan sepanjang desa berangsur sepi sebab para penghuni desa memilih berada di dalam rumah masing-masing. Begitupun dengan Jaehyun yang menjalankan motornya kembali ke arah rumahnya.
Namun belum sampai memasuki pekarangan rumah, tangan yang masih sibuk membuka pagar itu dihentikan saat menangkap cahaya bergerak di depan sana.
"Pak Ruli?" sapa Jaehyun mengenal sosok yang menaiki motor itu. "Mau ke mana, Pak?"
"Cari Renjun" jawab pria paruh baya itu.
"Renjun?"
"Iya, yang berantem sama kamu tadi pagi di pasar itu. Kamu lihat? Dia keluar dari sore tapi sampai sekarang ga pulang-pulang" adunya memberitahu yang ketara khawatir dari mimik wajahnya.
Jaehyun beroria. Anak bebek itu ternyata bernama Renjun.
"Jae tadi lihat dia duduk di gubuk sawah tapi waktu ditawari pulang bareng ga mau. Ayo Jae ikutin ke sana" ajaknya.
Dua motor itu akhirnya pergi dari depan rumah juragan sawah untuk mencari si biang kerok yang membuat khawatir karena tak kunjung kembali pulang saat hari telah gelap. Jaehyun memimpin di depan dan melajukan motornya sedikit cepat untuk memangkas waktu agar lebih cepat menemukan Renjun.
Pacuannya semakin dipercepat saat lampu motornya menyorot sosok mungil di depan sana yang berjalan santai dengan memainkan potongan dahan ranting kering. Jaehyun berhenti tepat di depan Renjun yang membuat si mungil berjengit kaget karena laju motornya.
"Lo!"
"Stttss" Jaehyun membungkam mulut mungil itu dengan telapak tangannya. "Udah malam jangan teriak-teriak. Pamali"
Renjun melepaskan bekapan tangan itu dan mendengus sebal saat ada motor lain yang juga berhenti di depannya setelah kedatangan Jaehyun.
"Aden, ke mana aja? Dicari Bibi kamu ga pulang-pulang. Pamali malem-malem gini masih di luar" omel sang paman kemudian.
"Tuh dengar" kompor Jaehyun.
"Nyenyenyenye"
"Ayo naik" sang paman menarik tangan Renjun untuk mendekat ke arahnya dan meminta anak dari mantan majikannya itu untuk naik ke atas motor. "Terima kasih udah kasih tau di mana Renjun ya, Jae"
Jaehyun mengangguk. "Iya, Pak"
"Jangan bandel" peringat Jehyun sebelum motor dari pak Ruli kembali melaju namun juluran lidah didapatkannya dari Renjun kemudian.
Jaehyun menahan tawanya memandang motor yang semakin jauh di depan sana. Dari belakang Renjun benar-benar terlihat seperti anak bebek yang mengikuti sang induk.
Sangat kecil dan mungil.
Tbc
