Kedua lengannya terangkat. "Gendong!" Ucap Allana dengan nada manjanya.

Daegar menghela nafasnya pasrah. Setelahnya ia memutar tubuhnya membelakangi Allana, dan berjongkok lalu menepuk punggungnya mengisyaratkan agar Allana naik ke punggung lebarnya.

Allana tersenyun senang, ia segera mendekat. Memeluk punggung lebar Daegar, layaknya seekor cicak yang hinggap di tembok. Begitulah gambarannya kakak beradik saat ini.

Setelah sudah memastikan Allana sudah dalam posisi nyaman, ia kembali menegakkan tubuhnya, berjalan keluar kamar dan turun kebawah ke meja makan untuk sarapan.

"Abang!" Panggil Allana tiba-tiba.

"Hm," sahut Daegar dengan kaki yang terus berjalan melanjutkan langkahnya yang hampir tiba di meja makan.

"Suapin ya," pinta Allana.

Daegar hanya mengulas senyum tipisnya. Sudah tidak heran dengan sikap manja Allana saat ini. Ia tidak risih atau merasa kerepotan dengan sikap adik perempuannya.

Tetapi Daegar bersyukur Allana bisa bersikap manja kepadanya, biasanya gadis yang berada dalam gendongannya saat ini hanya bersikap acuh dan seakan tak membutuhkannya. Tetapi jika dalam situasi seperti ini, Allana akan menjadi bayi kecil yang manja padanya tanpa memikirkan gengsi yang tingginya setara dengan menara burj khalifa.

Dengan sangat pelan dan penuh ke—hati-hatian, Daegar menurunkan Allana ke salah satu kursi yang berada di meja makan.

Beralih mengambil piring, lengannya yang setengah terulur tiba-tiba pergerakannya terhenti. Ia menatap beberapa macam makanan yang tersaji di atas meja dan menatap Allana secara bergantian.

"Mau sarapan apa? Western, Eropa atau Jawa?" Tanyanya sembari menatap Allana.

Allana termenung sejenak, tatapanya beralih menatap beberapa makanan di hadapannya dengan rinci. "Kalau roti panggang isi telur itu Western atau Eropa?" Tanya Allana.

"Western."

"Mau itu!" Seru Allana.

"Baik! Perintah diterima, tuan putri!" Ujar Daegar bersemangat membuat Allana lagi-lagi tersenyum.

Setelah mengambil salah satu roti panggang berisikan telur di dalamnya, Daegar duduk di samping Allana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah mengambil salah satu roti panggang berisikan telur di dalamnya, Daegar duduk di samping Allana. Mengulurkan tangannya untuk menyuapkan sepotong roti yang tadi ia ambil.

"Aaa," ucap Daegar memberi aba-aba agar Allana membuka mulutnya.

Tentu saja Allana menerima dengan senang hati suapan itu. "Enak?" Tanya Daegar.

Allana mengangguk antusias, "enakk!!!" Dirinya tersenyum. "Besok lagi ya?" Ulangnya.

Daegar tersenyum hangat, dan mengangguk pelan. Tangan kirinya yang kosong terulur menyikap anak rambut Allana kebelakang daun telinga gadis itu.

SECRET ADMIRERWhere stories live. Discover now