SALTING?

860 29 0
                                    

-Jangan jadikan sebuah tatapan menjadi harapan-

***

Pagi-pagi sekali, hari ini Allana sudah berada di kelas. Padahal di jam dinding kelas baru saja pukul 05.30. Kemungkinan besar Allana berangkat dari rumah pada pukul 05.00 pagi.

Menunggu teman temannya datang, Allana lebih memilih memasang earphonenya dan memutar daftar daftar spotify miliknya dengan volume lumayan kencang.

Ia sempat tertidur sekitar setengah jam lamanya, perlahan kedua matanya menerjab beberapa kali ketika cahaya mulai menusuk indra penglihatannya.

DEGG...

Jantung Allana berpacu dengan kencang, mungkin hampir saja lepas. Saat dirinya membuka matanya sempurna, dia mendapati Arsen yang sudah berada di depanya dengan posisi yang sama dengannya. Lelaki itu tengah menatapnya dengan senyuman manisnya.

Sangat manis. Sial, pipi Allana bersemu merah karna tak kuasa menahan rasa salah tingkahnya.

Allana kembali memejamkan matanya, menyembunyikan wajahnya kedalam kedua lengannya yang ia lipat di atas meja.

Arsen terkekeh melihat tingkah Allana, sudah 10 menit Arsen berada di posisi sekarang, memandang Allana dengan senyuman khasnya.

Sebenarnya ia cukup kaget dengan garis hitam dibawah mata Allana dan lipatan mata yang sembab seperti barusaja menangis. Tetapi, siapa yang menyakitinya?

Tangan Arsen terluruh maju, mengacak-ngacak rambut Allana gemas, "bangun Al, mau sampai kapan lo tidur?" Ucapnya terus mengacak acak rambut Allana.

"Diem lo!!" Kesal Allana.

Lagi-lagi Arsen terkekeh. Lelaki itu tidak tau saja, jika Allana saat ini tengah menetralkan debaran jantungnya, dan menahan rasa gugup—nya.

"Jelek lo kalau ngamuk. Tadi aja lo tidur cantik banget," ucapnya dengan menatap lekat Allana dan menaik turunkan alisnya menggoda.

Anjing!

"Diemm Garr!!"

Arsen tersenyum hangat mendengar panggilan yang dibuat Allana untuknya, "lo udah sarapan? Gue beliin roti ya di kantin?" Tanyanya, tanpa melepas pandangannya dari gadis didepanya.

"Gue belum laper," tolak Allana.

Arsen beranjak tanpa mengatakan sepatah kata apapun, keluar dari kelas entah kemana langkah membawanya.

Allana sedikit mendongak, mengintip apakah Arsen sudah pergi keluar kelas atau belum. Setelah yakin, ia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, menghela nafas panjangnya.

"Gilaa!! Sebahaya itu senyuman dia, buat jantung gue?!!"

10 menit lamanya Allana masih diam dengan posisi yang masih sama seperti sebelumnya, sampai Arsen sudah kembali dari kantin. Allana tetap dalam posisi seperti itu. Diam, tetapi fikirannya tetap terbayang-bayang senyum Arsen beberapa menit yang lalu.

Arsen memandang Allana dengan tatapan heran, tangannya terayun beberapa kali, ia lambaikan kedepan wajah Allana, namun tidak ada respon dari gadis itu.

"Wahh bahaya nih bocah!" Ucapnya, menggeleng pelan.

"Al?"

"Allana?"

"Napa sen?" Tanya Jenna, yang baru saja datang memasuki kelas berjalan kearah keduanya.

"Nihh. Napa dahh diem dari tadi," tunjuknya dengan dagu.

Jenna memandang Allana, sampai ide jahil terlintas dalam pikirannya.

Jenna mendekat ketelinga Allana, dengan pelan, "All lo ditungguin Arsen noh didepan kelas. Katanya lo mau diajak pacaran," bisik Jenna pelan. Supaya hanya Allana saja, yang bisa mendengar.

Tak sangka, Allana langsung beranjak dari duduknya. Reflek dia berlari kearah pintu.

Allana menghentikan langkahnya di ambang pintu, menatap kesetiap ujung lorong. Namun, disana masih sepi, tidak ada seseorang pun.

"Jenn, dimana?"Teriak Allana tanpa membalikan tubuhnya kebelakang menatap Jenna dan Arsen.

"Siapa al?"

"Arsennya mana??" Teriak Allana lagi. Arsen yang masih menatap Allana bingung kini malah semakin dibuat bingung oleh sikap Allana.

"Mau ngapain emang All?" Teriak Jenna lagi, dengan menahan tawanya.

"Mau pa—," ucapnya terhenti. Saat Allana membalikan tubuhnya dan mendapati Arsen yang sedang menatapnya dengan tatapan bingung.

"Kenapa nyariin gue? Dari tadi gue disini," ucap Arsen.

Allana terdiam. Ia memandang Jenna kesal, sangat kesal. Untung saja dia berbalik badan dan tidak meneruskan ucapannya tadi. Jika sudah terucap seluruhnya, mungkin kedepannya ia tak mampu jika harus berinteraksi dengan lelaki itu.

"Engga!" Jawab Allana cepat.

"Mau apa tadi Al?" Tanya Jenna dengan senyum jahilnya, serta alis yang sengaja dinaik turunkan, menggoda.

"Mau makan lo!!" Tungkasnya. Allana kembali berjalan kedepan, ketempat duduknya.

"Nih makan," suruh Arsen menyerahkan roti lapis kepada Allana. Allana memandang Arsen sekejap dan mendengus, tetapi dia juga menerima roti itu dan langsung melahapnya

"Kenapa?" Tanya Arsen.

"Engga"

Jenna yang tau Allana sedang kecewa dengan kehaluanya, dia hanya terkekeh pelan. Sungguh, ia yakin jika Allana sedang diam-diam menyukai Arsen.

Sebenarnya sudah sejak smp Jenna mencurigainya, tetapi baru sekarang ia seyakin itu dengan perasaan Allanaq.

"Ada masalah?" Tanya Arsen.

Allana menggeleng, ia tak lagi menjawab dengan suara, karna sekarang mulutnya penuh terisi dengan roti lapis, yang hampir tinggal setengah digenggamannya.

"Kalau ditanya jawab Allana," ujar Arsen mengingatkan.

"Enmggakkkmmkk," jawabnya dengan susah payah.

Arsen terkekeh, "lo udah gede. Masih aja makannya kaya ikan buntal," ucapnya seraya mengacak-acak rambut Allana gemas. Setelah itu Arsen melenggang pergi, menjauh dari tempat duduk Allana.

"GARSENDRAAA!!!" Teriak Allana memekik kesal.

Arsen yang tengah berjalan itu berbalik arah menatap Allana dengan kekehan, "makanya jangan lucu lucu jadi cewe," sarkasnya membuat jantung Allana kembali berdetak lebih kencang.

Allana langsung melengos. Dirinya tak lagi menatap Arsen. Pipinya memerah, sekarang bisa di pastikan diperutnya ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan didalam sana.

Ingin sekali Allana tertawa. Tetapi ia mengingat Jenna yang masih ada disampingnya, membuat niatnya terurung.

"Kalau mau salting, salting aja kali Al. gausah di tahan tahan," ucap Jenna, membuat Allana membulatkan matanya sempurna.

"Yang salting siapa babi," elak Allana yang semakin membuat Jenna tertawa keras.

"Dihh sehat lo kaya gitu?" Sindir Allana.

"Harusnya gue yang nanya sama lo. Gimana  jantungnya, Aman?," tanya Jenna dengan senyum jahilnya.

Allana terdiam, dia menghiraukan pertanyaan Jenna. Jika dirinya terus meladeni Jenna, yang ada dia bisa keceplosan.

Ia masih fokus dengan roti lapis yang berada di tangannya, memakan roti lapis itu sampai tak bersisa.

to be continue...

__________________________

Nb:

CERITA INI HANYA FIKTIF! APABILA TERDAPAT KESAMAAN NAMA, TEMPAT, dll HANYALAH KEBETULAN.

Dan tolong jangan sangkut pautkan antara visual tokoh sama kehidupan pribadi aktris yang di pake yaa!! Makasihhh

SECRET ADMIRERWhere stories live. Discover now