Bagian 7 : -Bajradaka-

823 231 114
                                    


"Percayalah, Manis. Aku tahu."

Kristal tersenyum lebar.

"Aku akan menunggumu sampai tidur sebelum menemui Em."

"Em?"

"Ya. Emily, pacar baruku. Aku punya janji dengannya."

"BAJINGAAAN!" Kristal menjerit sekuat tenaga seraya bangkit duduk dan menatap sekelilingnya dengan mata nyalang.

"Mimpi buruk?" Kristal menoleh dan melihat Meridian duduk di ranjang sedang memeriksa keadaannya. Kristal mengerjap, cahaya matahari menembus sela-sela jendela yang tidak tertutup gorden.

"Berapa lama aku tertidur?" Kristal melihat cahaya matahari yang menembus sela-sela tirai, cahayanya tidak begitu terang, tapi juga tidak begitu gelap.

"Enam belas jam. Sekarang jam empat sore. Aku heran kau tidak terbangun karena lapar." Meridian membawa nampan berisi makanan dari atas meja nakas. "Makanlah. Kau harus memulihkan tenagamu."

Tak berselang lama, Mila muncul sambil membawa koper hitam besar yang familiar. "Halo, Kris. Apa kau sudah merasa baikan?" tanyanya sembari ikut duduk di atas ranjang."

"Ya." Kristal mengambil sendok dan mulai memakan sup nya pelan-pelan di bawah tatapan kedua wanita itu.

"Kenapa? Apa ada yang menarik selama aku tertidur?" tanya Kristal kemudian.

Bukannya menjawab, Mila dan Meridian malah saling pandang.

"Ayolah, beritahu aku kabar terbaru."

"Wolf membuat keributan." Mila akhirnya buka suara.

"Keributan? Bukankah dia memang selalu begitu?"

"Iya sih," ujar Mila enggan. "Intinya dia pamit pergi tak lama setelah kau tidur."

Pasti untuk menemui Emily, pikir Kristal muram.

"Tapi dia kembali sekitar dua jam kemudian." Meridian menyambung ucapan Mila.

Kristal mengangkat alis. Dua jam cukup untuk melepas kerinduan sepasang kekasih, pikirnya tambah muram.

"Dia membawa dua puluh kamera pengintai mikro dan lima belas penyadap yang dia dapatkan setelah memeriksa rumahmu secara menyeluruh."

Kristal tersedak supnya, lalu menatap Meridian tak percaya. "Dia... ke rumahku?"

"Ya, dia ke sana untuk membawa pakaian dan segala macam kebutuhan pribadimu." Mila menunjuk koper yang tadi dibawanya masuk. "Untuk sementara, kau tidak bisa pulang ke rumahmu. Kau akan tinggal di sini bersamaku dan Rev."

Kristal mencoba mencerna semua informasi itu. Ia tidak menyangka Wolf akan ke rumahnya, padahal lelaki itu sudah punya janji dengan Emily. Tidak mungkin dalam waktu dua jam itu Wolf bisa pergi ke rumahnya sekaligus bertemu dengan pacarnya. Pencarian kamera mikro dan alat penyadap harus dilakukan dengan teliti sehingga cukup menyita waktu.

Kecuali kalau Wolf pergi lagi setelah membawakan koper untuknya.

"Apa dia pergi lagi?" Kristal berharap Wolf tidak pergi menemui Emily.

"Tidak, dia ketiduran di ruang tengah." Mila memberitahu.

Tanpa sadar Kristal mengembuskan napas lega, lalu seolah teringat ia kembali bertanya. "Ngomong-ngomong ke mana dia sekarang?"

"Dia pergi bersama Rev untuk belanja. Kau tahu kan hari ini ulang tahun pertama Rev Junior," ujar Mila bersemangat, "aku akan merayakannya malam ini bersama kalian semua."

Kristal mengangguk sembari meneguk jus jeruk yang tersedia di nampan.

Namun, tiba-tiba Meridian mendengkus jijik. "Ck, berhentilah membohonginya, Mil," ujarnya sebal, lalu menatap Kristal tegas. "Wolf sedang menjemput Emily."

Cahaya NegeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang