2 ● Pratama Abimanyu

25 8 0
                                    

Ajakan pedekate nya ditolak bukan berarti Tama akan berhenti gitu aja. Enggak, Tama biasa aja dan merasa itu hanya respon wajar dari seorang Dira yang belum menyukainya. Belum loh ya, bukan enggak. Siapa tau Dira berubah pikiran.

Tama selalu senang ketika lihat Dira jalan ke kantin bersama Marsha dan Sarah, saat itu juga biasanya Tama duduk di depan pintu bersama Naren.

Waktu itu Tama sering kali bertanya pada Naren. "Menurut lu dari ketiga cewek itu mana yang idaman gua?"

"Si Sarah?"

Tama menggelengkan kepala. "No, No!"

"Nadira. Nggak terlalu cantik, tapi pas buat di sayang-sayang."

"Lah itu yang paling biasa aja diantara Marsha sama Sarah, beneran Dira?"

"Kan gua bilang nggak terlalu cantik. Tapi lu paham gak? Di mata gua aura dia bagus banget, ceria, positif vibes yang bikin orang-orang disekitarnya ikut seneng."

Naren setuju.

"Cewek cantik mah banyak, Ren. Tapi cewek yang bikin kita seneng cuma karena dia lewat itu cuma ada di Dira."

Menurut Tama jatuh cinta itu jorok, bisa terjadi kapan dan dimana saja. Mana pernah sebelumya dia kepikiran, dia bakal suka sama perempuan jalur mondar-mandir kantin.

●●●


Nadira menutup buku besarnya, membaringkan kepala diatas meja setelah menghitung uang gaib alias uang yang sama sekali gak dia pegang. Kenapa sih, guru akuntansi tuh seneng banget nyuruh murid-muridnya hitungin laba rugi perusahaan?

Dira melengos. "Najis otak gua ngebul." Keluhnya seorang diri.

"Jajan yuk!" Ajak Marsha

Nah ini, anak sekolah kalo udah pusing tujuh keliling tujuan terakhirnya cuma jajan. Emang apa lagi sih yang bikin semangat disekolah kecuali jajan, nggak ada.

Karena jam istirahat juga udah dimulai, Dira pun keluar kelas bersama Sarah dan Marsha. Gampangnya kalo manggil mereka tuh SDM, singkat padat jelas dan udah pasti tiga-tiganya nengok.

Dira pesan dimsum, sempol ayam, dan air mineral dingin buat nemenin jam istirahat kali ini. Dan buru-buru keluar dari kantin karena lumayan sempit, soalnya semua murid tujuannya pasti ke kantin.

"Sumpek banget dikelas, mau makan dimana sist?" Tanya Sarah

"Ikut ajaa,"

Marsha melihat koridor sepi pinggir lapangan, akhirnya disitulah tujuan akhir mereka buat makan. Cuacanya lagi nggak terlalu panas, angin juga lumayan sepoy-sepoy. Pas buat otak mereka yang lagi sakit setelah menghitung uang gaib.

Di lapangan beberapa anak cowok lagi main bola dengan seragam olahraga, Dira nggak terlalu menggubris karena niat pertamanya cuma makan.

"Si Naren bisa ngebola juga?" Tanya Marsha.

Dara menggeleng untuk jawaban nggak tau, dia gak terlalu kenal Naren yang Marsha maksud.

"Bisaa, kan suka main futsal kalo minggu teh sama anak tkj." Jawab Sarah.

"Kok lu tau sih, Sar?"

"Aing temenan di whatsapp sist."

Marsha mengangguk. "Si eta aya awewe teu?"

BertaruhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang