Si Bayi Ajaib

Depuis le début
                                    

Syukurnya Hayi tak pernah sendiri. Baik orang tua atau mertuanya, serta beberapa keluarga dan teman, mereka selalu datang menjenguk Hayi. Tingkah-tingkah gila orang sekitar itu sedikit memberi penghiburan untuk Hayi.

Contohnya saja kedatangan beberapa sepupu Hanbin. Kak Jin, Bang Ogi, Kak Jojon, Taehyung dan Mingyu itu datang menjenguknya. Dan, kecil kemungkinan keadaan akan aman tentram kalau ada Taehyung di sana.

Sekarang saja Kim Taehyung sudah sibuk unboxing kado yang menumpuk di sudut ruangan VVIP. "Selamat jadi Ibu buat Hanbin--Anjay Bunda Hanbin," komentarnya saat membaca kartu ucapan dari kado yang ia buka, "selamat jadi bapak juga--INI SIAPA SIH YANG BIKIN SURAT BODOH BEGINI?" Taehyung tak lanjut membaca isi surat itu, ia langsung menuju bagian bawah untuk mencari siapa penulis suarat itu. "Owalah, gue ternyata yang nulis."

Semua manusia yang ada di ruangan itu hanya bisa menatap nyinyir Taehyung yang sudah menyengir. "Ngarep apa sama pola pikir orang gila?" gumam Suga yang masih terus menikmati martabak keju yang ia bawa sendiri.

Ini sepupu Hanbin sebenernya cuma pada mau numpang ngadem sama ngasih kado aja. Mantep juga rezeki anaknya Hanbin, pas lahir hampir semua barangnya hasil kado dari orang-orang sekitar, emak bapaknya cuma keluar uang buat bayar rumah sakit. Alhamdulillah sejak bayi sudah mandiri dan tidak merepotkan orang tua. 

Justru orang tuanya yang ngerepotin keluarga. Tadi siang saja saat Teh Jiwo  nanya mau kado apa, Hanbin request minta beliin stroler dengan merek yang harganya lumayan mahal. Selain itu, Hanbin juga minta ke para sepupunya untuk beli beberapa skincare bayi dari salah satu merk ternama. Malah jadi bisnis.

"Btw A, ini Ayah nanya belum beli apa," Mingyu menyampaikan pesan dari ayahnya, "lo butuh apa, A?"

Senyum miring Hanbin seketika terbit, dan Taehyung langsung meradar kelicikan sepupunya. "Jangan ngerampok kekayaan bokap gue lo! Nanti buat anak gue kagak kebagian."

Hanbin jelas berdecak sebal, "Nikah aja belum lo, mending buat anak gue dulu, lah," sewotnya tak terima saat Taehyung berencana menghalangi jalan rezekinya. Kim Hanbin bahkan sudah bangkit dan pindah posisi duduk ke samping Mingyu. "Bilangin Om Jaejoong, gue butuh mobil yang gede, Gyu. Alphard baru bagus tuh."

💃

Kalau dari pagi hingga sore ruang rawat inap Hayi begitu ramai, di malam hari justru berbanding tebalik. Hanya ada Hanbin di sana, meskipun rasanya masih tetap ramai karena celotehan seorang Kim Hanbin tak pernah berhenti. Sekarang saja ia sedang mereview beberapa kado. 

"Ini manusia bodoh mana yang ngasih dress buat anak gue!" Hanbin menatap sebal pada dress merah muda yang ia bentangkan. "Astagfirullah, Abang kamu yang ngasih, Ma. Masa pesennya gini, 'buat anak kedua, Bin, tapi kalo masih lama nunggunya, buat Selen dulu aja,'" jelas Hanbin membacakan surat dari abang iparnya.

Hayi jelas tak bisa berkata-kata, pola pikir abangnya memang kadang diluar prediksi manusia waras. "Dia cuma ngasih itu?" tanyanya dan hanya mendapatkan kedikan bahu dari Hanbin.

"Kayaknya kado yang normal dia bawa ke rumah, deh," balas Hanbin yang masih tetap berpikir positif pada kakak iparnya. Papa baru itu sudah kembali fokus pada hadiah-hadiah lainnya. "Ini kita aman nggak perlu beli baju buat Hajoon sampe umur dua tahun kayaknya, Ma."

"Emang sebanyak itu, Pa?"

Anggukan Hanbin beri, "Ini kado yang ke rumah sakit aja segini, belum katanya Teh Jisoo udah beli lemari beserta isi," jelasnya yang kini memilih untuk merapikan kado-kado itu, "lumayan budget buat beli baju kita pindahin ke biaya kuliah Hajoon, masuk kedokteran di zaman dia kayaknya lebih mahal."

Lirikan tajam langsung Hayi beri pada suaminya. "Nggak ada, ya, ngatur cita-cita anak aku! Bebasin dia mau jadi apa," sewotnya dengan nada suara penuh ancaman. "Awas aja kalo kamu ngatur kayak gitu!"

"Nggak akan aku atur, tapi aku arahin ke sana," balas Hanbin dan di akhiri sengiran. "Hajoon aja Hajoon, nanti Hayoung nggak."

Kepalan tangan kanan Hayi sudah melayang dan siap meninju sang suami yang kini duduk di sampingnya. "Jaitannya masih sakit loh ini, bisa-bisanya ngomongin project Hayoung."

Dengan gemas Hanbin memeluk sang istri. "Kan project aja, Ma. Rencana dulu, dilaksanainnya nanti-nanti," balasnya semakin erat memeluk Hayi. 

Sayangnya momen pelukan itu harus segera berakhir karena ketukan pintu dari seorang perawat, "Permisi, Bapak dan Ibu," ucap perawat tersebut, "waktunya menyusui." 

Dengan sigap Hanbin membantu perawat itu, tiga hari menjadi Papa Muda membuatnya sudah mulai terbiasa melakukan tugasnya. Sekarang saja Hanbin sudah fokus pada alat pompa ASI untuk sang istri. 

"Waaah, Pak Hanbin sudah mulai terbiasa, ya," puji perawat itu, ia bahkan hanya diam memperhatikan, memberi Hanbin kesempatan untuk melakukan sendiri agar terbiasa. "Adek bayi di NICU juga sekarang minum ASI-nya nggak lewat selang lagi."

Hanbin dan Hayi kompak menoleh pada perawat yang masih tetap berisi dengan senyum terbaiknya. Tatapan tak percaya terlihat jelas dari sepasang orang tua baru itu. 

Melihat reaksi dari Hanbin dan Hayi membuat perawat wanita itu lanjut menjelaskan. "Adek bayinya pinter banget, tadi sore perkembangannya pesat. Dokter Jiwon juga sudah kasih izin untuk lepas oksigen karena organ vitalnya sudah bekerja dengan sangat baik. PR adek bayinya tinggal di pengendalian suhu saja."

Hayi kembali tak bisa menahan tangisnya, sedangkan Hanbin dengan sigap mengusap air mata sang istri dengan punggung tangan kirinya yang terbebas. 

Melihat suasana ruangan yang berubah menjadi haru, perawat itu memilih untuk memberikan waktu berdua pada Hanbin dan Hayi. "Ini sepertinya Pak Hanbin sudah bisa sendiri untuk pompa ASI, ya. Kalau begitu saya izin keluar dulu ya, nanti kalau sudah beres bisa langsung pencet bel saja."

Hanbin jelas langsung mengizinkan perawat itu. Ia paham maksud dari wanita yang sepertinya beberapa tahun labih tua darinya. 

"Tuh, kan, Ma. Anak kita itu hebat banget, cuma butuh tiga hari buat berjuang," ucapnya dengan nada sedikit angkuh. "Hajoon itu masuk NICU karena pengen lebih ekslusif sama ngabisin jatah asuransi aja."

Selama tiga hari ini Hanbin memang berusaha menghibur sang istri dengen celetukan seperti biasa. Padahal pada nyatanya Hanbin juga sering menangis sendiri di ruangan kerja setelah selesai praktik di klinik. Luar biasa memang usaha kepala keluarga untuk menjaganya kebahagiaan sang istri. 

"Ini besok juga pasti ada tingkah luar biasa yang dilakuin Hajoon."

💃

Sesuai dengan dugaan sang papa semalam. Pagi ini Hayi mendapatkan kesempatan untuk menjenguk Hajoon di ruang NICU. Tawa Hayi tak bisa lagi ia tahan saat melihat tingkah putranya. 

"Tadi udah saya betulin posisinya, Bu," jelas perawat saat melihat tingkah Hajoon, "sejak malam udah nggak bisa diem, muter-muter terus, Bu."

Hayi masih terus tertawa, wanita itu langsung memotret tingkah sang anak. Bayi berusia empat hari itu anehnya berhasil mengeluarkan kaki mungilnya melalui lubang tangan inkubator yang sebelumnya bahkan tertutup. "Ini berarti tutupannya ditendang ya, Sus?"

Suster yang sedang membetulkan posisi Hajoon jelas langsung mengangguk. "Udah nggak betah kayaknya ini, Bu. Kalo bisa protes dia pingin bilang 'Aku udah sehat, keluarin aku dari sini!'" candanya bahkan dengan nada suara seperti anak kecil. 

Jelas Hayi semakin tak bisa menahan tawanya, namun air mata tak bisa tertahan. Ini hari pertama Hayi menjenguk putranya dengan berjalan, kemarin ia masih duduk di kursi roda. Entah mengapa ia merasa memiliki teman berjuang untuk kembali pulih. 

"Kalau kata Dokter Jinu sama Dokter Jiwon, keponakannya ini bayi ajaib," cerita suster itu setelah membetulkan posisi Hajoon.

Ya, betul kata dokter kandungan dan dokter anak langganan keluarga Kim ini. Kim Hajoon adalah bayi ajaib. Datang lebih awal dari waktu seharusnya, perkembangan organ yang sangat baik, berat badan yang bahkan berangsur normal, bahkan sekarang sudah bisa menendang pintu inkubator. 

Kim Hajoon ini betulan anak Kim Hanbin dan Lee Hayi.

Tbc

[3] KIMcheees 3x✓Où les histoires vivent. Découvrez maintenant