7 Years Ago

354 31 4
                                    

Aku pernah mencintai, sekali
Namun aku merasakan sakitnya berkali-kali
Aku pernah mencintai, setubi
Namun aku merasakan perihnya bertubi-tubi
Melupakanmu adalah satu hal yang paling sulit di dalam hidupku
Melupakanmu adalah satu hal yang paling sukar bagiku
Melupakanmu adalah satu hal yang paling mustahil untukku
Melupakanmu, bukannya aku tak mampu, tetapi karena aku tak mau.

* * *

Yudhistira menatap sebuah lukisan besar di dinding ruang kerjanya dengan lekat. Terhitung hampir setengah jam ia menatap ke arah sana. Seharusnya, jam prakteknya sudah selesai sedari tadi, hanya saja lelaki berusia dua puluh lima tahun itu masih betah berada di ruangannya. Lebih tepatnya, ia masih betah memandangi lukisan besar yang berobjekan seorang wanita.

Wanita yang sangat berarti baginya. Wanita yang sangat berharga dalam hidupnya. Wanita yang sangat dicintainya. Meskipun, wanita itu telah tiada...

Ranggita.

Yudhistira menggumamkan nama itu sambil mengembuskan napasnya yang lirih. Tenggorokannya terasa tercekat. Dadanya terasa sesak. Jantungnya terasa tak bisa lagi berdetak.

Hanya karena satu nama itu.

Padahal, sudah lebih dari tujuh tahun Ranggita pergi meninggalkannya. Sudah lebih dari tujuh tahun Ranggita pergi untuk selamanya. Sudah lebih dari tujuh tahun Yudhistira merasakan kesendiriannya. Seharusnya, Yudhistira sudah terbiasa. Seharusnya.....

Tapi tidak pada kenyataannya. Yudhistira masih saja mengingat bagaimana cara gadis itu menatapnya. Yudhistira masih saja mengingat bagaimana cara gadis itu tersenyum. Dan Yudhistira masih saja mengingat bagaimana cara gadis itu mencintainya.

Tidak. Yudhistira tidak pernah bisa melupakan Ranggita. Tidak pernah dan tidak akan pernah. Lebih tepatnya, ia tidak mau.

Bagaimana bisa ia melupakan seorang gadis yang telah memberikan arti cinta yang sesungguhnya? Bagaimana bisa ia melupakan seorang gadis yang namanya telah terpatri di dalam hatinya? Bagaimana bisa ia melupakan seorang gadis yang dicintainya?

Bagaimana bisa? Beri tahu lelaki itu jika kalian menemukan bagaimana caranya....

Yudhistira mengembuskan napasnya, sekali lagi. Kenangan itu kembali menyeruak dalam pikirannya. Mengaduk-aduk perasaannya yang telah lama membeku. Membuatnya jatuh di titik paling rendah dalam hidupnya.

Yudhistira tidak pernah tahu bahwa ternyata ditinggalkan seseorang yang dicintai akan sesakit ini rasanya. Ia tidak pernah tahu, karena gadis itulah yang pertama untuknya.

Pertama, dan mungkin untuk yang terakhir.

Yudhistira tidak yakin jika selain dengan Ranggita, apakah ia bisa merasakan yang namanya cinta lagi atau tidak. Yang pasti, perasaan cintanya untuk gadis itu masih tertoreh sangat amat dalam. Jauh di dasar lubuk hatinya.

Dengan helaan napas lirih dan perasaannya tak karuan, Yudhistira meraih sebuah Ipod yang tergeletak di atas meja kerjanya. Dipasangkannya headset ke telinganya dan ia mulai memilih sebuah lagu.

Mungkin, mendegarkan lagu akan membuat perasaannya sedikit membaik. Mungkin, alunan lagu akan membuatnya lupa dengan sosok yang terus menghantui pikirannya, sejenak saja.

Sialnya, jari tangan Yudhistira malah bergerak di luar kendali. Ia malah memutar sebuah lagu yang semakin mengingatkannya pada sosok itu. Dan seketika itu juga, mengalunlah sebuah lagu yang sarat akan kesedihan. Sebuah lagu yang sarat akan kenangan. Sebuah lagu yang sarat akan kekalutan.

Sebuah elegi, nyanyian tentang kesedihan.

Namun, entah mengapa, Yudhistira malah merasa tenang ketika mendengarkan lagu itu. Setidaknya, lagu itu sangat menggambarkan apa yang sedang ia rasakan saat ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 17, 2015 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

7 Years AgoWhere stories live. Discover now