1.

75 7 0
                                    

"Bisakah ibu ke rumah sakit sekarang? Kami menemukan suami ibu meninggal."

Sebaris kalimat bagaikan guntur yang menggelar di cuaca yang cerah. Anita mendapatkan kabar duka atas kepergian suaminya.

Meeting penting dengan klien perusahaannya Anita tinggal. Dengan perasaan kacau, dia segera datang ke rumah sakit dimana jenazah suaminya berada.

Anisa masih tak percaya, kini di depannya terbujur kaku tubuh Wahyudi. Dari info yang Anita dapatkan, suaminya telah meninggal lebih dari 10 jam yang lalu. Itu artinya kemungkinan dini hari tadi. Saat pihak kepolisian mendatangi tempat kejadian, tubuh Wahyudi sudah kaku. Sementara untuk sebab kematian, baru bisa disimpulkan Wahyudi terkena serangan jantung. Karena dari hasil selidik, orang yang pertama kali menemukan Wahyudi dengan kondisi tangannya memegang dada sebelah kiri.

Seperti itulah info yang ditangkap oleh telinga Anita. Info yang disampaikan oleh Wahyudianto, adik dari mendiang suaminya.

Ditemani oleh adik iparnya yang merupakan anggota juga, Anita mengurus administrasi untuk kepulangan jenazah. Perempuan itu tidak banyak bertanya. Usulan autopsi dari pimpinan suaminya juga dia tolak. Hatinya sudah terlalu hancur dengan kematian sang suami. Ditambah tempat diambilnya nyawa Wahyudi. Bukan ketika bersamanya, namun justru saat bersama perempuan lain yang baru Anita tahu dia adalah perempuan pemandu lagu di sebuah karaoke.

Kenapa sisi buruk suaminya, dia tahu saat telah meninggal? Bahkan kesannya alam membuka aib Wahyudi di belakang Anita bila kematian suaminya seperti ini.

Anita berusaha menutupi aib suaminya dengan begitu hanya pihak polisi dan beberapa orang saja yang tahu. Di tengah semrawutnya pikiran, dia lebih memikirkan anak-anaknya. Dia tak ingin kelak ada jejak digital mengenai berita kematian Wahyudi yang bisa mengganggu tumbuh kembang mental anak-anaknya.

Sementara untuk jenazah Wahyudi, rencananya akan disemayamkan di kota kelahirannya yang ada di Jawa Timur. Kediri adalah tempat pengistirahatan terakhir Wahyudi atas permintaan orangtuanya, alias mertua Anita.

Anita tak bisa mendebat. Meski konsekuensi dengan pemakaman Wahyudi di luar kota, berarti dia  dan anak-anak harus menempuh berjalanan bila nanti mereka ingin menjenguk ayahnya. Saat ini, pikiran Anita kacau bercabang kemana-mana.  Darimana dia akan menjelaskan kepada anak-anaknya bila mereka bertanya mengenai ayahnya.

"Maafkan aku, Mbak," perempuan dengan baju modis menghampiri Anita. Kehadirannya menyeret dari lamunan ibu dari 2 orang anak untuk kembali pada dunia nyata. Perempuan tersebut bermata sendu.

Anita mengamati perempuan muda tersebut. Menelusuri setiap inchi yang diperlihatkan matanya. Ingatannya mengatakan dia tak mengenal perempuan itu.

"Kamu teman Mas Yudi?" Anita langsung menebak.

Perempuan tersebut mengangguk. Dari wajahnya juga memperlihatkan hal yang sama. Tanpa diucapkan, kehilangan Wahyudi untuk selamanya membuatnya bersedih dan berduka.

"Aku turut berbela sungkawa, Mbak. Semoga beliau di tempatkan di sisi Allah," dengan menahan tangis dan suara gemetar, perempuan tersebut mendoakan mendiang Wahyudi.

"Terima kasih." Anita membalas doa dengan singkat.

Mereka tak banyak bicara. Perempuan tersebut juga segera berlalu. Anita sendiri tak memiliki keberanian untuk banyak bertanya. Telinganya belum sanggup bila mendengar sesuatu mengenai Wahyudi. Meski Anita ingin sekali tahu bagaimana kronologi suaminya bisa meninggal di kamar kost perempuan tersebut.

Bayangan sekilas Wahyudi bermesraan dengan perempuan itu menari-nari.

Otak Anita terasa sakit.

"Mbak, An. Ayo kita tunggu di mobil. Sebentar lagi jenazah akan dimasukkan mobil jenazah." Ajakan Wahyudianto.

Anita mengangguk. Dengan sisa tenaga yang dia miliki, Anita menunggu suaminya sesuai arahan adik iparnya.

Tangis Anita telah kering. Namun masih meninggalkan bekas sembab di kelopak mata.

Tak berapa lama, seorang lelaki dengan seragam polisi yang dilengkapi tanda 3 bunga melati emas di pundaknya menghampiri Anita. Dia tahu, lelaki tersebut adalah atasan sang suami. Anita cukup sering bertemu dengan beliau saat ada acara di kantor suaminya.

"Saya ikut  berbela sungkawa. Saya akan bantu usut tuntas kematian suami kamu bila pihak keluarga memberikan ijin."

Dengan mata yang dipenuhi oleh embun, Anita menggeleng. Perempuan itu memutuskan untuk tak menggorek sebab musabab kematian suaminya. Hatinya ingin. Karena dia juga haus akan informasi mengenai suaminya. Namun sekelebat senyum Aira dan Aera yang sirnah, memutuskan untuk dirinya tak perlu mengorek lebih lanjut kematian Wahyudi.

"Terima kasih. Saya tidak ingin aib suami saya lebih terlihat lagi. Sudah cukup bagi keluarga kami mengetahui suami meninggal di kamar kost perempuan lain." Anita mengutarakan isi batinnya. Cara bicaranya terkesan kurang formal, dia benar lupa diri, dengan siapa sekarang menghadap.

"Baiklah kalau begitu. Keputusan keluarga akan kami hargai."

Anita bagaikan patung hidup. Pandangannya kosong. Dia tak banyak bicara. Hanya seperlunya saja.

***

Acara pemakaman dengan serangkaian upacara kepolisian telah selesai. Beberapa pelayat yang merupakan teman suaminya juga terlihat masih berada di rumah mereka di Kediri. Anita menarik dirinya untuk istirahat sebentar. Dia butuh menyegarkan otaknya. Sejak kemarin pikirannya sangatlah kacau balau.

Anita mengamati foto pernikahannya dengan Wahyudi yang terpajang di kamar mereka yang ada di rumah orangtua suaminya. Tak terasa 10 tahun telah berlalu Anita menjadi teman hidup semati Wahyudi.

Kenangan indah di masa awal pernikahan mereka sekelebat terputar di kelopak matanya. Mereka menjadi salah satu pasangan yang bahagia akan takdir Tuhan. Setelah 3 tahun pacaran, akhirnya bisa mengakhiri masa lajang bersama lelaki yang dicintainya.

"Aku kangen kamu, Pa," monolog Anita seorang diri. Iluh bening menetes menyapa permukaan pipi Anita. Perempuan itu tak kuat lagi bila terus membendung air matanya. Akhirnya dia biarkan untuk menganak pinak. "Seandainya kemarin malam mama nggak ijinin papa ke posko, mungkin mama yang ada di samping papa saat kamu meninggal. Tapi kamu bohong sama mama. Ternyata alasan kamu ke posko justru ke tempat perempuan lain. Bagaimana nanti mama harus menjelaskan pada anak-anak? Apakah mama tega mengatakan yang sebenarnya. Memperlihatkan kebusukan papa di belakang kita semua? Mama ingin mengamuk seperti biasa saat papa melakukan kesalahan, namun semua kalah dengan rasa cinta mama ke papa. Papa istirahat yang tenang. Semoga ampunan papa dapatkan dari Allah."

*****

Cerita ini masih on going, di Kbmapp sudah sampai part 16

Suamiku Meninggal Di Rumah Pemandu LaguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang