- 1 -

612 41 21
                                    

Brugh... 

Beberapa dokumen ia letakan di meja kerjanya dengan sedikit kesal. Ini bukan kali pertamanya harus membawa pekerjaan ke rumah, ada beberapa bahan meeting untuk esok pagi yang harus segera ia selesaikan malam ini.

"Sher, makan dulu nak." tiba-tiba seorang pria paruh baya masuk kedalam kamarnya, yang tak lain adalah pak Darmawan, ayahnya.

"Nanti deh Yah, aku mandi dulu." jawab Sherina yang justru malah membuka laptopnya.

"Mandi dulu kok buka laptop sih. Ayo dong Sher, ayah sama ibu sengaja nunggu kamu pulang loh baru mau makan." ujar Ayahnya lagi. Sherina memang jarang sekali pulang ke rumah. Jika harus ada liputan pagi, ia akan lebih memilih pulang ke apartemen yang jaraknya lebih dekat ke kantor.

Sherina melirik jam dinding, sudah jam setengah sembilan malam dan ayah ibunya sengaja menunggu dia pulang untuk makan malam. Mana tega Sherina melewatkan makan malam bersama di rumah.

"Ya udah, oke. Kasih aku waktu sepuluh menit Yah!" bergegas ia menyambar handuk dan pergi ke kamar mandi, membuat Ayahnya menggelengkan kepala sambil terkekeh gemas.

"Kamu bawa pulang kerjaan lagi nak?" tanya ibunya saat Sherina baru saja keluar dari kamar setelah selesai mandi.

"Iya, besok ada meeting jam delapan pagi. Gak kira-kira kan tuh atasan! Mau gak mau deh bu harus banget selesai malem ini bahan presentasinya. Pusing!" Sherina kemudian mengambil piring, sedikit nasi dan beberapa lauk yang sudah disiapkan oleh ibunya. "Arrrgghh.. masakan ibu memang selalu juara!" ujarnya saat menikmati suapan pertamanya.

"Bisa aja kamu!" senyuman hangat terukir di wajah ibunya yang nampak awet muda.

"Ayah pikir kamu pulang tuh karena kangen Ayah Ibu loh Sher, taunya cuma pindah kerjain kerjaan kantor aja. Padahal sudah lama sekali ya bu kita gak ngobrol-ngobrol santai, tidur bertiga, pergi hangout sama-sama?" ucapan Ayahnya kali ini membuat Sherina sejenak berhenti mengunyah makanannya lalu menggelengkan kepalanya.

"Gak gitu dong Ayaahhh..." Sherina kehilangan kata untuk sekedar menjelaskan kesibukannya. Ayahnya memang paling sering mengingatkannya untuk Me Time, mungkin karena beliau dulu juga pegawai kantoran, jadi mengerti betapa pentingnya untuk beristirahat sejenak dari kesibukan di kantor.

"Kamu tuh sekali-kali ambil cuti Sher, sekedar istirahat dirumah aja gak apa-apa loh. Ibu takut kamu gila karena kerjaan." tambah ibunya.

"Hampir sih ini bu. Hehe bercandaaa.. ah Ayah Ibu nih gimana? Orangtua lain tuh banding-bandingin anaknya sama anak orang lain biar kerja nya giat, biar punya karir bagus, ini kok malah ngedukung anaknya buat males-malesan." Sherina terkekeh.

"Jangan lupa me time nak, ngedate misalnya sama temen kantor yang biasa barengan kamu. Di ajak ke rumah juga boleh kalau kamu mau kenalin dia ke Ayah Ibu. Siapa namanya tuh? Aryo?" 

Kali ini Sherina tersedak mendengar ucapan Ayahnya. "Apa sih Yah, masa sama Aryo?! Astagaaa.. yang bener aja!" Sherina masih menepuk-nepuk dadanya.

"Ayah, udah ah kasihan itu Sher sampai keselek begitu!"

Selesai makan malam, Sherina berkutat kembali dengan laptopnya. Seperti yang dia bilang tadi, menyiapkan bahan presentasi untuk meeting esok pagi. Waktu menunjukan pukul sebelas malam saat ibunya mengetuk pintu kamarnya kemudian masuk dengan segelas susu hangat di tangannya.

"Belum selesai?" tanya ibunya yang kemudian menaruh gelas di atas meja kerja Sherina.

"Sedikit lagi bu. Doain presentasiku besok lancar ya bu biar bisa liputan ke Jepang."

"Jepang? Wah.. hebat sekali anak ibu!" Ibu berdiri di sebelah Sherina sambil mengusap kepala putri tunggalnya.

"Belum hebat bu, kalau besok lancar, baru hebat!" gelak Sherina.

Akan Ku TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang