"Aww" jerit Akasia. Ia kemudian membungkuk melihat sesuatu yang mengenai kakinya.
Rupanya telapak kakinya mengenai mengenai pecahan kaca. Darah segar pun mengalir dari kakinya.
"Damn" umpatnya. Dengan tertatih ia kemudian berjalan ketepian dan kembali duduk diatas pasir.
Kepalanya tertunduk berusaha mengambil pecahan kaca itu. Tetapi ia agak kesulitan.
"Biar kubantu" ujar seseorang.
Akasia menengadahkan kepalanya dan melihat Allegro sedang menunduk menatapnya. Lelaki itu kemudian berjongkok didepan Akasia dan menarik kaki Akasia.
"Ahh.. sakit tuan" rintih Akasia.
Allegro melihat Akasia sejenak. "Tahanlah" perintahnya kemudian.
Akasia mengangguk. Rasa perih yang dirasakannya kini agak teralihkan oleh debaran jantungnya yang seolah hendak keluar. Bagaimana tidak. Allegro kini begitu dekat dengannya dan Akasia bahkan bisa mencium dengan jelas harum tubuh Allegro.
Akasia menaikkan pandangan matanya dan menelusuri wajah Allegro. Rambut Allegro yang agak ikal, hidungnya yang mancung, rahang yang begitu kokok terpahat dengan begitu sempurnanya diwajah Allegro.
Ada satu hal yang seharusnya bisa terlihat dengan jelas. Kumis itu. Arghhh rasanya Akasia begitu inginnya menyingkirkan kumis itu. Karena kumis itu Allegro jadi terlihat lebih tua dari usianya.
"Boleh aku tanya sesuatu tuan ?" Tanya Akasia tiba-tiba.
Allegro mengangguk sambil membebat luka dikaki Akasia dengan robekan kemejanya sendiri.
"Kenapa tuan tidak mencukur kumis tuan ?" Tanya Akasia lagi.
Allegro mengerjap. Lelaki itu kemudian menatap Akasia.
"Kenapa memangnya ?"
Akasia tersenyum ragu-ragu. "Tidak.. hanya saja tuan kelihatan lebih tua dengan kumis itu"
Allegro melihat kearah lain sejenak dan kemudian mengangguk sambil kembali fokus pada kaki Akasia.
"Begitu ya" jawabnya singkat. Ia kemudian bangkit.
"Tuan mau kemana ?" Tanya Akasia. Ia kemudian melihat luka dikakinya yang rupanya sudah terbalut rapi.
"Malam ini kita akan menginap disini" jawab Allegro sambil terus berjalan.
Akasia bangun dan dengan tertatih-tatih berusaha mengejar Allegro.
"Bagaimana dengan Adrian tuan" tanya Akasia.
Allegro menoleh dan melihat Akasia yang kesulitan berjalan. Ia menghela napas dan mendekati Akasia. Tanpa aba-aba Allegro lantas menggendong Akasia.
"A.. apa yang tuan lakukan" jerit Akasia terkejut.
"Kau terlalu lama. Soal Adrian.. aku masih menunggu informasi yang lebih akurat" jawab Allegro sambil terus berjalan. Berat tubuh Akasia sepertinya bukanlah hal yang berarti untuknya.
Akasia tertunduk malu karena kedekatan wajahnya dengan wajah Allegro.
"Lebih baik kau pegangan kalau tidak mau jatuh" ujar Allegro sambil terus menatap kedepan.
Akasia mengangguk dan dengan perlahan kedua tangannya terangkat dan melingkar dileher Allegro.
***
Akasia menatap berkeliling didalam ruangan segi empat itu. Losmen ini tidak bisa dibilang kecil tetapi tidak juga dibilang besar. Dan kenapa hanya ada satu tempat tidur. Pilir Akasia bingung.
YOU ARE READING
Mr. Allegro
RomanceAku terpaku ketika mata gelap itu menatapku tajam. Waktu serasa berhenti, napasku tercekat, jantungku berdebar tak karuan. Disaat aku bisa dekat dengan lelaki yang selama ini hanya bisa kupandang, hatiku justru luluh lantah seketika saat bertemu ora...
part 5
Start from the beginning
