Dua

46 4 0
                                    

"Gue gak mau mati dulu woy

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Gue gak mau mati dulu woy. Gue belum ngerasain jatuh cinta!" teriak Langit kembali.

-

-

-
Samudera jengah dengan lelaki di belakangnya. Ia menarik tangan lelaki itu melingkari pinggangnya. Mungkin saja ini pertama kalinya lelaki itu di ajak bermain-main dengan maut. Sial sekali mobil papanya mengikutinya. Mengapa ia harus ketahuan dari papanya? Pasti gara-gara lelaki itu. Bajingan memang.

"Lo kalau mau mati jangan ngajak-ngajak gue napa?" ucap lelaki di belakangnya. Ia tersenyum dan menambah kecepatan kembali.

Ia mengecoh mobil papanya dan masuk ke gang di mana gang itu ada sebuah club malam yang jarang di ketahui orang.

"Thanks," ucap Samudera sembari memarkir motor itu.

"Lo ngapain masih duduk di situ?" tanyanya pada Langit.

"Gu-gue kira hari ini adalah hari terakhir gue hidup," ucap Langit dan seketika tawa Samudera menggema.

"Cupu. Sok ngatain gue pendek padahal lo sendiri lebih penakut dari gue," ejek Samudera.

"Terserahlah. Btw sekarang ini di mana?" tanya Langit.

"Tempat rahasia gue," jawab Samudera dengan smirknya.

Langit hanya berusaha mengingat bagaimana ia sampai di sini. Sial. Ia kemudian mengecek handphone miliknya. Sial kembali. Baterainya habis. Bagaimana ia pulang sekarang?

"Lo ngapain masih di sini?" tanya Samudera.

"Gue gak tahu jalan pulang," jawab Langit.

"Hahahahaha. Gak tahu jalan pulang? Anak mama lo?" tanya Samudera kembali.

"Ini hari pertama gue di kota ini. Jadi wajar jika gue gak tahu jalan pulang," jawab Langit yang mampu menghentikan tawa Samudera.

"Itu urusan lo. Udahlah gue mau masuk," jawab Samudera dan mulai masuk dalam bar.

Langit merutuki dirinya sendiri. Sungguh ia tidak tahu jalan pulang. Apalagi ia hanya ingat nama apartemen miliknya. Dan satu hal lagi ia merasa dijahili oleh lelaki pendek tadi. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Ia termenung meratapi sundukannya yang sudah di pastikan dingin. Ia kemudian memakan beberapa sundukan telur puyuh bacem untuk mengganjal perutnya. Yakali dia makan nasi kucing di depan club malam yang ramainya minta ampun.

Mungkin bagi orang-orang sekitarnya, Langit memang aneh. Di depan club malam tapi makan makanan angkringan. Namun ia tak menghiraukan pandangan-pandangan dari mereka. Sial. Apa ia harus menyusul lelaki pendek tadi ke dalam club malam?

Samudera kembali setelah beberapa menit berada di dalam club malam. Ia menghampiri Langit dengan buru-buru. Ia kemudian menariknya ke dalam tanpa persetujuan.

"Kenapa lo nyeret gue ke dalam?" tanya Langit.

"Gue butuh teman," jawabnya.

"Gue bukan temen lo," sanggah Langit.

DI PENGHUJUNG SENJA (yunsang)Where stories live. Discover now