PART 23: Newlyweds (not really)

Mulai dari awal
                                        

"Gue cepuin kak Yeonjun sih, biar dia jauh-jauh dari lo," ucap Hueningkai.

Yang mau di-cepu-in kelabakan membela diri.

Beomgyu yang duduk di seberang Sanha yang masih sibuk memuji-muji Yeonjun hanya menyimak dalam diam, menikmati lunch box miliknya. Hanya mereka yang masih tinggal di studio band, jadi mereka bisa makan dan mengobrol di antara mereka sepuasnya.

Tadi mereka sepakat untuk membagikan lunch box dari Yeonjun setelah latihan dan pizza untuk makanan selingan saat istirahat. Sesuai dugaan, beberapa orang membawa dua lunch box karena masih ada sisa.

"Gua masih gak nyangka dia beneran jadi seksi konsumsi kita," Soobin tiba-tiba berkomentar setelah menghabiskan isi lunch box-nya. "Ini gak dimintain bayaran di akhir bulan 'kan ya?" tanyanya pada Beomgyu yang ada di sampingnya.

"Eh iya juga. Ini gak disuruh bayar di akhir tahun 'kan? Atau persemester?" Taehyun jadi ikut penasaran.

Sanha tidak mau ketinggalan. "Atau jangan-jangan aslinya lo yang disuruh 'bayar'?!" pekiknya sambil membentuk tanda petik dengan kedua jari telunjuk dan tengah.

Beomgyu mendengus, menahan tawa dan rasa kesalnya. "ENGGAK YA!" Beomgyu hampir mendatangi Sanha untuk menjitak kepalanya.

Untungnya sudah diwakilkan oleh Hueningkai dan Taehyun.

"Beneran?" celetuk Soobin.

"Apanya yang beneran?!"

"Beneran gak harus bayar– maksudnya kita! Kita yang gak harus bayar!" Soobin buru-buru melengkapi kalimatnya saat Beomgyu sudah siap memukul dirinya.

Beomgyu berdeham. "Enggak kok. Katanya emang niat mau ngasih."

"Atas alasan apa?" Kali ini Taehyun yang bertanya.

Yang ditanya mengedikkan bahu. Benar juga. Beomgyu hanya tahu bahwa Yeonjun sangat suka memberi, terutama untuk orang-orang di sekitarnya. Namun kali ini, Yeonjun memberi untuk orang-orang di sekitar Beomgyu. Kenapa?

"Dia emang suka ngasih sesuatu ke orang sih. Tanya langsung aja nanti,"

Sanha bertepuk tangan dramatis. "Kak Yeonjun keren banget...," ucapnya tak kalah dramatis.

Beomgyu diam-diam setuju.

Kalau kepercayaan "orang yang muncul saat dibicarakan akan panjang umur" itu benar, maka Yeonjun akan panjang umur.

Pemuda modis yang menggunakan celana bahan hitam dan kemeja biru muda sebagai luaran dari kaos putih, serta dilengkapi dengan beberapa cincin logam sederhana di jarinya itu baru saja kembali.

"Hai, guys. Maaf lama. Gimana makanannya?" Yeonjun mendudukkan dirinya di samping Beomgyu, menyapa kelima manusia itu dengan ramah.

"Enak banget, kak! Kayaknya ini lunch box terenak yang pernah aku makan. Makasih, kak Yeonjun," jawab Hueningkai dengan sama ramahnya. Masih normal.

"Enaklah, jelas. Sering-sering begini yak," Soobin nyengir. Mulai agak tidak normal.

"ENAK BANGET GILAAA– ADUH!" Kepala Sanha dijitak sekali lagi oleh Taehyun. Yang ini tidak normal.

"Makasih atas makanan enaknya, kak. Kita harus ganti gak?" Kali ini Taehyun yang bersuara. Yang ini sebenarnya normal, tapi keterusterangannya yang agak tidak normal.

Beomgyu menepuk jidatnya, mengundang lirikan dari Yeonjun.

"Enggak dong. Masa orang ngasih minta diganti," jawab Yeonjun enteng setelah tertawa kecil.

Ketiga orang teman Beomgyu diam-diam lega. "Ngasihnya dalam rangka apa, kak? Ada yang ulang tahun?"

Yeonjun sedikit tertegun dengan pertanyaan itu. Tidak ada alasan khusus, dia hanya mau mendukung latihan band hari ini dengan memberikan sedikit makanan. Dia selalu suka memberi, jadi semuanya terasa natural bagi Yeonjun.

Karena mendapatkan jawaban yang sama seperti jawaban Beomgyu tadi, Taehyun—dan Soobin, Sanha, dan Hueningkai yang sama-sama penasaran—menganggukkan kepalanya dan menyimpulkan bahwa pada dasarnya Yeonjun adalah orang yang dermawan.

Setelah sesi interogasi selesai, Yeonjun mengalihkan perhatiannya pada Beomgyu. Tangan Yeonjun terangkat untuk menyeka secuil remahan tepung roti di dagu Beomgyu dengan ibu jarinya.

"Tadi kamu ngambil yang mana?" tanya Yeonjun, melihat kotak di hadapan Beomgyu tinggal menyisakan nasi setengah porsi. Beomgyu masih merasa kenyang, makanya dia tidak bisa menghabiskan semuanya.

"Tadi... aku ambil yang ada udang goreng karena yang sisa itu," jawab Beomgyu menahan ke-salting-annya.

Alis Yeonjun bertaut. "Kenapa gak ngambil duluan? Biar bisa ngambil yang side proteinnya daging sapi,"

"Yang udang juga enak kok! Tadi sengaja ngeduluin anak-anak yang lain. Kita sepakatnya gitu," Beomgyu tersenyum, meyakinkan Yeonjun bahwa dirinya juga menikmati makanan pemberiannya. "Tadi udah selesai urusan berkas acaranya?"

Raut wajah Yeonjun berubah menjadi kesal. Sepertinya teringat pada apa yang telah dilaluinya. "Udah. Tadi akhirnya nungguin dosen selesai ngajar dulu karena ternyata dia gak bisa ninggalin kelasnya. Entah itu lagi ngapain. Padahal tadi dia bilang bisa keluar sebentar. Makanya lama deh,"

Beomgyu terkekeh melihat Yeonjun misuh-misuh sendiri. "Yang penting acaranya di-acc, 'kan?" Beomgyu mengelus pundak Yeonjun lembut, berusaha menenangkan Yeonjun.

Yang ditanya mengangguk dan wajahnya menjadi lebih rileks.

Namun hanya beberapa detik karena kemudian wajahnya kembali menegang.

Melihat kemana arah mata Yeonjun memandang, Beomgyu sepertinya tahu alasan Yeonjun terlihat mati kutu seperti itu.

"Guys, gua tahu kak Yeonjun ngasih dalam rangka apa," kata Taehyun, pandangannya masih terkunci pada pasangan yang membeku saat mengingat eksistensi manusia lain selain mereka di ruangan ini.

"Gue juga sayangnya tahu," Sanha menimpali. Tidak lupa dengan wajah sedih dramatisnya.

"Sama," "Gue juga," kata Soobin dan Hueningkai hampir bersamaan.

"Karena mereka jadian," ucap keempat pemuda itu bersamaan.

emang ya, kalo lagi sama ayang, dunia serasa milik berdua. yang lain cuma ngontrak

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

POPULAR • Yeongyu [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang