01. Panji dan Undangan merah Jambu

Start from the beginning
                                    

"Kopinya gimana pak? " Lirih Adhi terdiam

"Minum saja sama Panji, itu di tungku kubuat sedikit Ubi bakar... Anggap sarapan kalian... Pakai waktumu efektif Dhi... Segera lepaskan anak tunggalku" Ujar Bapak seraya pergi meninggalkan Dapur

Adhi terdiam, jantungnya bergetar hebat seiring irama Api yang panas menjilat jilat tungku tanah liat itu.

*****

"apa yang bapak pikirkan?" lanjut Panji memecah lamunan pak Atmo....

"kalau kamu mau pergi Bapak bisa mengerti.. Kalian berdua butuh.... Penutup" lirih Pak Atmo ragu.....

"bapak tahu....?" timpal Panji lagi.... Sejenak dia menghampiri lelaki yang lebih tua kemudian terduduk bersimpuh di depan kursi bambu ayahnya....

"lebih dari yang seharusnya Bapak tahu" lanjut Pak Atmo dengan nada sedih

"seberapa jauh?" timpal sang Putra kemudian ...tangannya dengan lembut namun asertif memegangi jemari sang ayah

sang ayah memandang dalam dalam mata sang putra "terlalu jauh...." lirihnya lebih lanjut

"Apa Panji berdosa Bapak?" Sahut si muda pahit

Pak Atmo terdiam ....sungguh dia tak menyukai rengkah di raut wajah anaknya ...acara TV masih mengeluarkan berisik tengah malam yang tak perlu.... Dua mata dengan bentuk dan warna sama namun usia berbeda itu saling berpandangan dalam diam...

"Bapak bukan Tuhan Nak....Bapak tak berhak...." Timpal lelaki yang lebih tua masygul....

"Tapi Pak...." Lanjut si Muda lagi meremas jemari sang tua yang dipanggilnya bapak ...

"Panji hanya terlalu jatuh cinta ...dan Bapak gak mau kau susah karenanya ...." Kesal sang ayah ....

"Mempelai laki laki itu brengsek pak ...dia buat aku lebih pintar dan lebih baik ....dan karena aku gak sebrengsek dia ...aku tak mau lagi terluka ....aku tak mau lagi melukai siapa siapa....termasuk bapak ... termasuk ibu....termasuk dia ....aku gak mau mas Adhi mengingatku sebagai kegagalan...kami indah .. .kami usai ...kami bukan kegagalan .." ujar panji dalam suara tergetar ....tak bisa ditahannya cairan bening dari mata besar lentiknya ...

Bapak memeluk tubuh mungil tegap lelaki muda sewarna madu itu ...kedua punggung mereka bergerak gerak dalam sedu sedan ...

"Datanglah ke pernikahannya ...sambut kepergiannya dengan senyum...." Ujar sang ayah tersendat ...

Panji terdiam kemudian perlahan menggeleng ....

"Biarkan kami saling berpendar dari jauh ....saling membelakangi ataupun saling merindu dalam diam ....ada hati yang kami harus jaga ...ada jiwa yang harus kami obati...." Senyum si muda pedih

Sang ayah menepuk pipi kokoh putra kesayangannya yang kemudian mengeluarkan amplop cokelat dari sakunya

"Mereka menerima lamaranku untuk magang sebagai paralegal junior ....firma hukum terkemuka....Surabaya...." senyum si muda dengan mata sembab itu....

Pak Atmo terdiam memandangi wajah yang tersenyum patah arang itu....wajah bocah laki laki yang sangat dikasihinya....terbayang panji kecil yang walaupun mungil sangat gagah berani...wajah terlelapnya di samping rumput rumput yang diaritnya sepanjang siang untuk sapi mereka .... Panji tanggung yang sepenuhnya hancur melihat peti berisi sahabat terdekatnya Thomas yang pelan pelan masuk ke lubang di tanah pemakaman di ujung desa .... Panji yang dengan sumringahnya bercerita tentang Demonstrasinya menentang pembangunan waduk kedung Ombo dengan si Arab bongsor Haryadhi Hidayat ....

"Jadi ini caramu menghukum Bapak le?" Ujar pak Atmo perlahan

Ganti Panji yang terdiam memandang sang ayah sementara malam makin larut

"Gak ada yang salah dengan apa yang Bapak lakukan ....Bapak menyelamatkan aku...." Senyumnya pahit

"Lantas .....?"

"Bapak mau aku melanjutkan hidup....ini caraku melanjutkan hidup...." Lirihnya seraya bangkit berdiri dan berjalan menuju kamarnya ,meninggalkan sang Bapak sendirian di ruang keluarga

Sebelum menghilang di balik pintu si muda memanggil Laki laki yang sedang menikmati kreteknya itu

"Dan Pak......" Ujarnya tertahan

"Nggih Le?" Senyum si Tua sesaat

"Aku yakinkan pada Bapak ...aku akan buat Bapak dan Ibuk bangga .....aku gak akan bikin malu Bapak dan Ibuk" ujar si muda sambil tersenyum sebelum menutup pintu kamarnya ....

Nak...... Pedih si tua dalam hati
Dia hancur .....tapi dia gak mau hancurin hati kami......

********
Panji terdiam memandangi langit langit kamarnya ....sejenak Lamat terdengar celotehan dan tawa menggelegar sang Adhi ....Si tampan ....gembul ....bodoh ....jenius ....seksi ....dan baik hati....Haryadhi Hidayat .....

kekasih yang ditemuinya semasa ospek di Bulaksumur.....yang setia menjaganya di Panti Rapih saat terbaring gak sadar akibat pukulan kakak tingkat yang gak nyaman sama mulut kritisnya ....

yang tak sadar menjadi teman bicara paling bijaksana dan menyenangkan mengenai kehidupan sampai jauh malam di kostannya di Klebengan .....

yang perlahan lahan membuatnya menjadi terbiasa dan nyaman dengan tingkah konyolnya ....

yang membuatnya terpesona saat memimpin aksi dan melakukan advokasi terhadap mereka mereka yang terpinggirkan .....

yang membuat luka dihatinya akibat kematian sang sahabat dan cinta pertamanya .....Thomas ....perlahan pulih......

yang membuatnya lengkap ketika tahu bahwa rasa yang ada dalam hati mereka adalah sama dan tahu bahwa Panji untuk Adhi dan Adhi untuk Panji sehingga mereka tak lagi merasa terlalu sendiri ....

Yang Minggu depan akan melaksanakan pernikahannya dengan perempuan cantik pilihan orang tuanya .....

"Mas Adhi udah maju kan mas?" Perlahan si mungil memeluk tubuhnya sendiri yang berbalut sweater kuning bergambar panda pemberian sang kekasih yang merupakan rajutan ibunya .....

Airmata jatuh dari mata besar coklat muda laki laki mungil berkulit manis seperti gula Jawa itu

"Karenanya ....Dik Panji izin maju juga ya mas?" Lanjutnya tergetar diiringi isak tangis sedu sedan tanpa suara .....yang membuatnya lelah dan tertidur .....sejenak Alam membuai panji kecil untuk terlelap ....agar kembali bangun dengan sehat dan segar di esok hari

the eternity origins : Pages of PanjiWhere stories live. Discover now