H-13: Menikah dengan siapa?

230 26 0
                                    

RIRIN POV

Aku mengecek ponselku setiap satu menit sekali. Hasilnya tetap sama. Babas belum menghubungiku sejak kemarin.

Ah, aku frustasi! Seharusnya kan Babas sekarang memohon dan meminta maaf padaku. Tapi ini? Dia bertingkah seperti tidak terjadi apa-apa. Menyebalkan!

"Mbak Ririn... kalo kangen sama Mas Babas langsung telpon aja, Mbak." ucap Lita sambil memijit kakiku.

Aku mendelik tajam, "Gue nggak kangen!"

"Tapi keliatannya kangen,"

Aku melotot kearah Lita, "Jangan sok tau!"

Lita tertawa, lalu membalurkan pelembab pada kulitku. "Dulu gue pikir Mbak Ririn harusnya putus aja sama Mas Babas. Gue nggak tega liat Mbak Ririn sedih terus karena Mas Babas. Makanya waktu Mbak Meta nawarin kerjasama gue terima Mbak...."

Aku melirik Lita tajam, "Itu mah akal-akalan lo doang. Lo butuh duitnya kan?"

Lita cengengesan, "Itu juga sih. Tapi alasan utamanya ya karena gue nggak suka sama Mas Babas. Mbak Meta bilang, dia bakal nyariin Mbak Ririn cowok yang lebih baik asal gue mau ikutin perintah dia."

Aku berdecih pelan, "Asal lo tau, Lit. Lo itu dibodoh-bodohin sama si ratu iblis!"

Lita tersenyum masam, "Setelah gue pikir-pikir sih iya, Mbak. Kayaknya Mbak Meta punya ilmu sihir deh, sampe gue nurut aja gitu kata dia."

"Itu sih ilmu duit. Lo nya aja yang mata duitan!" cecarku kesal.

Lita cengengesan, "Itu juga sih, Mbak."

"Denger ya, Lit. Gue nggak perduli apa yang semua orang bilang, karena yang ngejalanin hubungan ini gue. Kalian nggak akan pernah tau apa aja yang gue dan Babas lewatin,"

Lita mengangguk, "Iya Mbak. Maaf ya... Sekarang mah asal Mbak Ririn bahagia, gue ikut dukunglah."

"Gue bukan caleg, jadi gue nggak butuh dukungan lo. Lo fokus aja sama hidup lo sendiri." ucap gue memberi nasihat.

"Iya Mbak." Lita berkata dengan pasrah.

Saat aku sedang menikmati pijatan dari Lita, salah satu asistenku membawakan kotak berwarna merah muda.

"Mbak Ririn, tadi ada tukang paket yang nganterin ini. Katanya buat Mbak Ririn," ucap asisten itu sambil meletakan kotak itu disampingku.

"Dari siapa?" tanyaku penasaran.

"Nggak tau, Mbak. Yang ngirim cuma nulis love di kolom pengirimnya," jelas asistenku.

"Love?" ejaku bingung.

"Artinya cinta, Mbak." ujar Lita memberitahu.

Aku mendelik kesal kearah Lita, "Kalau itu gue juga tau artinya!"

Aku menatap kotak itu curiga. Dari bungkusannya sih, terlihat menjanjikan.  Namun, siapa yang tau isinya? Mungkin saja ini bom yang dikirimkan oleh salah satu pembenciku kan?

Aku pun menyerahkan kotak itu kepada Lita. "Nih, coba lo buka dulu!"

Lita terlihat bingung, "Loh, kok gue Mbak? Inikan buat Mbak Ririn,"

Aku berdiri, lalu merapikan bajuku. "Gue takut isinya bom. Jadi lo aja yang buka, biar lo yang mati duluan."

Mata Lita terlihat membola, "Astaga Mbak. Tega amat sama gue!"

Aku mencibir, "Lo jangan ngomong tega-tegaan ya sama gue! Yang kemarin ngekhianatin gue siapa?"

Lita cengengesan, "Iya Mbak iya... Ungkit terus aja, nggak apa-apa." ucap Lita sambil mulai membuka kotak itu.

One Month Notice [COMPLETED]Where stories live. Discover now