Ya tahu lah, batin Yeosang, tapi kok Kak Seonghwa bisa tahu sih? Tunggu, jangan-jangan. "Sebentar, jangan bilang Kakak mau belajar bela diri demi Kak Hongjoong?"

"Emang iya."

Yeosang nepok jidatnya. Dalam hati ia sudah merapalkan sumpah serapah untuk kakaknya yang gak bisa ngerem mulut, pasti kelepasan bilang begitu sama Seonghwa. "Kak ... lebih baik gak usah deh, serius. Aku gak akan komen lagi mengenai jadwal gym, tapi please, Kakak gak perlu sampe belajar beladiri segala, Kak—"

"Lah emangnya kenapa? Ini gak cuma demi Hongjoong, tapi demi aku sendiri juga. Gak usah khawatir, aku bisa berlatih di Dojang milik pamanku, gratis gak perlu bayar," ujar Seonghwa, tanpa sengaja memotong ucapan Yeosang.

Yeosang sendiri balik megangin kepalanya, susah kalau sudah begini. Memang akan lebih cepat jika langsung mengatakan bahwa Hongjoong merupakan dominan, pemegang sabuk hitam taekwondo, dan kemampuan tinjunya setara dengan atlet pro.

Namun, kemungkinan Seonghwa tidak akan mempercayainya adalah sembilan puluh persen jika ia yang memberi tahu. Jika meminta Hongjoong langsung mengubah penampilan pun ada kemungkinan Seonghwa akan menjaga jarak karena malu sudah salah mengira.

Ya masih mending kalau cuma malu, kalau semisal Seonghwa juga takut lihat wajah intimidasi Hongjoong? Sudah dipastikan kakaknya akan merasakan patah hati dengan cepat.

Yeosang tak bisa melakukan apa-apa lagi, memang yang paling benar hanyalah dengan membuat mereka berdua semakin dekat, agar Hongjoong dapat sedikit demi sedikit menunjukkan sifat aslinya.

Yah, lagi pula belajar bela diri tidak semudah itu, yang jenius dan memiliki bakat saja setidaknya butuh satu tahun, biarkan saja Seonghwa mempelajari teknik dasar untuk saat ini.

Toh, sebelum Seonghwa mahir, Yeosang yakin Hongjoong sudah bisa menunjukkan jati diri yang sesungguhnya pada Seonghwa lebih dulu, sehingga Seonghwa pun tak perlu memaksakan dirinya lagi. "Baiklah, terserah Kakak aja, yang penting jangan ganggu pekerjaan," akhirnya ia memberi respons, yang artinya ia gak mau gara-gara ini kakak kesayangannya di kafe jatuh sakit.

"Siip! Tenang aja, aku pandai ngatur waktu kok," balas Seonghwa sembari memberi gestur oke. Ingin lanjut ngobrol, tapi ada banyak pelanggan yang datang, sehingga ia pamit untuk kembali bekerja.

"Duh, semoga Kak Seonghwa gak maksain diri," doanya. Sebelah tangan Yeosang bergerak untuk mengeluarkan ponsel dan mengirim chat pada seseorang dengan penuh emosi.

|

Sementara itu.

Hongjoong yang baru saja selesai meeting terdiam melihat layar ponselnya.

Ini apa salahnya tiba-tiba dimaki? _-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ini apa salahnya tiba-tiba dimaki? _-

Pukul empat sore lebih lima belas menit, Seonghwa mendadak gelisah karena Hongjoong tak kunjung datang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pukul empat sore lebih lima belas menit, Seonghwa mendadak gelisah karena Hongjoong tak kunjung datang. Tak biasanya pria manis itu terlambat sampai selama ini.

Pikiran Seonghwa tak bisa tenang, otaknya mulai memikirkan kemungkinan terburuk. Khawatir ada yang menghadang ketika Hongjoong menuju kemari. "Aduh, apa telepon Yeosang saja ya? Buat nanyain Hongjoong."

Baru selesai ngomong, yang dibicarain udah nongol. Yeosang berjalan sembari berbicara via telepon, entah dengan siapa, Seonghwa tak dapat mendengar percakapannya. Sampai akhirnya Yeosang membuka pintu dan masuk ...

"Iya, lutut sama sikunya berdarah."

Deg-!

Seonghwa hampir menjatuhkan gelas yang tengah ia lap kering. Apa? Siapa? Dengan panik ia meletakkan kembali gelas ke meja dan berjalan cepat menghampiri Yeosang. Ia semakin khawatir, apalagi sejam lalu, Yeosang tiba-tiba keluar dari kafe dengan panik setelah mendapat telepon.

"Udah diobatin kok—eh woi Kak ape kenape?" Yeosang gak habis pikir, ini Seonghwa tiba-tiba guncang bahu dia kenceng banget. "Oh, gak, ini karyawan aku tiba-tiba kumat gilanya, biasalah," ujar Yeosang menyambung percakapan di telepon. "Udah dulu ya, Bu. Gak apa-apa kok, gak usah khawatir."

Setelahnya, Yeosang mematikan sambungan dan menatap Seonghwa. "Apa sih, Kak?" sewotnya, tapi raut panik Seonghwa bikin ia ikutan panik. "Woi, Kak kenapa elah, jangan bikin panik, kebelet boker?" Dan Yeosang mendapat pukulan di bahunya. "Salah mulu."

"Itu tadi siapa yang berdarah-darah? Ada apa? Kenapa? Jangan bilang it—"

"Kak, tenang, bukan Kak Hongjoong kok, lagian Kak Hongjoong mah gak usah dipikirin, bodyguardnya banyak," potong Yeosang yang akhirnya paham akan tingkah aneh Seonghwa yang tiba-tiba. Dan muji otaknya yang spontan bilang bodyguard, iya juga ya, kenapa gak kepikiran dari tadi.

"O-oh," respons Seonghwa penuh syukur. Eh, tapi walau bukan Hongjoong, ini berdarah-darah loh. "Trus siapa? Udah gak papa? Kok bisa sampe berdarah?" tanyanya, karena ia yakin orang ini pasti memiliki hubungan dengan Yeosang, mengingat pemuda itu pergi dengan cepat.

"Pacar aku, Kak. Jongho. Jatuh dari sepeda dia, heran suka banget macu sepeda cepet-cepet tapi gak tau ngerem kalau nemu rintangan," jelas Yeosang, tadi panik banget, ya gimana gak panik?! Jongho nelepon dan cuma ngomong empat kata, jatuh, luka, darah, banyak. Ampun ini emang pacarnya suka banget bikin khawatir. Mana pas Yeosang nyampe di sana Jongho cuma giggling. "Tapi gak apa kok, cuma luka lecet doang, udah diobatin juga."

"Syukurlah," balas Seonghwa.

Yeosang cuma ngangguk. "Oh, iya."

"Apa?"

"Seperti yang aku bilang barusan, Kak Hongjoong punya bayak bodyguard, jadi Kak Hwa—"

"Gak, aku tetep bakal belajar bela diri, mulai besok," potong Seonghwa. Tersenyum menang ketika melihat ekspresi wajah Yeosang. "Tapi Hongjoong kok tumben belum dateng?" akhirnya ia bertanya.

"Hari ini Kak Hong gak bisa kemari, banyak rapat, tadi dia nelepon minta dibawain pesanan yang kaya biasa," jelas Yeosang, berjalan memasuki meja kasir dan duduk di sana. "Kak Seonghwa bisa siapin? Kak Hong bilang, kalau ada Kak Hwa, mau Kak Hwa yang nyiapin."

Dengan cepat Seonghwa mengangkat jempolnya, kelewat semangat, walau sibuk, Hongjoong tetap ingat padanya. Itu cukup memberinya energi walau tak bisa bertemu Hongjoong hari ini.

Tbc

—ralat hwa, Hongjoong gak inget kamu, dia ingetnya sama jajanan manis di kafe tempatmu bekerja aowkowkwow.


ρʅσƚ ƚɯιʂƚ
Rabu, 4 Oktober 2023
Authan—♥︎

Plot Twist - JoongHwaWhere stories live. Discover now