Mizpah

1.3K 50 3
                                    

''Merindukan sosok yang telah pergi.


Ketika tangan kanan berbalut kain kasa putih bersama senyum lebar yang memamerkan dua gigi kelinci, Taehyung diam termenung beberapa saat. Memikirkan bagaimana suara jahat salah satu teman sekelasnya berputar seperti melodi rusak di kepalanya.

"Mau sampai kapan lo bertahan sama orang yang ga jelas kaya dia?"

Seharusnya Taehyung tidak usah menceritakan Jungkook pada sahabat-sahabatnya. Setidaknya mereka tidak akan menyalahkan pemuda manis yang kini berlari sambil menarik sepeda kearahnya.

Hanya karena Taehyung berubah semua mengacapnya terkena pengaruh buruk Jeon Jungkook. Anak sekolah tetangga yang sangat terkenal hampir di semua lingkungannya.

"Udah lama nunggu yah?" Taehyung mendengar kalimat pemuda itu sangat jelas di telinga, tapi pikirannya di tempat lain meskipun matanya terpaku pada emerald cokelat bersinar cerah didepannya. Maka, ketika sebuah lambaian tangan tepat di depan mata terayun dua kali, Akhirnya Taehyung kembali.

"Hm? Gak juga." Sedikit linglung sambil tersenyum kaku.

Langsung mengerti, senyum lebar kelinci perlahan meluntur pada wajah manisnya. Berubah menjadi lekungan garis cemberut.

"Lagi mikirim sesuatu?" Menebak, dan jeda detik yang Taehyung gunakan sudah menjadi jawaba yang cukup untuk Jungkook meskipun pemuda itu tersenyum tipis sambil menggeleng kepala lalu membual, "Tidak ada."

Taehyung pikir mungkin Jungkook tak bisa membaca gerik kebohongan pemuda Kim. Karena selanjutnya, Ketika tangannya menarik tangan kiri Jungkook dan mengambil alih sepeda pemuda itu, si manis kelinci hanya tersenyum kemudian dan berputar di sisi kanannya. Melingkarkan tangan di lengannya sambil menyandarkan kepala di bahu.

Taehyung tidak tahan untuk tidak mengelus surai lembut sedikit berkeringat di pundaknya, mengecupnya lalu sedetik ikut menyandarkan kepala disana sambil berjalan menelusuri pinggiran jembatan. Mengabaikan bagaimana kenderaan yang berlalu lalang.

Mungkin adalah salah satu kesalahan Taehyung.





Kalau saja hari itu Ia sedikit lebih peka bahwa senyum pura-pura yang menemaninya sepanjang jalan yang mereka tempuh dengan derap langkah  lamban menuju rumah menyembunyikan misteri gelap yang dapat membawakan hari hitam yang sama sekali tak Ia inginkan.

Hari memang hanya gelap oleh mendung awan tapi Taehyung sudah merasakan basah hujan. Meringkuk di lantai sambil memegang kertas berisi figura Jungkook dan dirinya.







"Berkelahi lagi?" Pertanyaan Taehyung hari itu ketika keduanya bersinggah sebentar di taman yang tak jauh dari rumah merek.

Jungkoolnya hanya tersenyum sambil mengangguk seakan merayu karena habis ketahuan melakukan kesalahan.

Lebam di tangannya belum kering tapi Taehyung sudah menemukan benjolan ungu baru di dahi. Pantas saja saat pertama kali bertemu di tepi jembatan, Pemuda itu tak henti-hentinya bermain dengan poninya.

Sedikit terlambat sadar tapi setidaknya tetap ketahuan juga. Menghela nafas berat, berdiri sambil memperhatikan lebam dan bagaimana bibir pemudanya tak henti-hentinya tersenyum kembang.

Jungkook jelas menangkap lelah di wajah itu. Bagaimana tidak? Taehyung sudah ribuan kali melarang dan memperingati dirinya untuk tidak pulang dengan lebam atau goresan luka dari sekolah. Sedikit merasa bersalah, wajahnya memelas.

"Kamu capek juga yah sama Aku?" Kalimatnya hati-hati. Taehyung diam menatapnya lama sebelum kembali menghela nafas berat, melepaskan ransel dan mengeluarkan kotak obat.

Oneshoot [TAEKOOK]Where stories live. Discover now