page 1

7 0 0
                                    

yoww selamat datang di halaman pertama kisah LEICESTER

typo bertebaran.. tolong tandai ya kalau ada

happy reading.

..........

Pagi hari yang sejuk dan rasa dingin yang masih terasa membuat seorang remaja semakin mengeratkan selimut biru kesayangannya ke tubuhnya. Hari ini adalah hari Senin dimana hari yang mungkin banyak yang tak menyukainya karna harus upacara untuk anak sekolah.

Bunyi nyaring alarm menunjukkan tepat pukul lima pagi membuat remaja itu meraba samping kasur untuk mematikan alarm yang ada di handphonenya.

"Lima menit lagi dah" gumaman kecil itu ia lontarkan untuk dirinya sendiri, tak lama remaja itu kembali pulas dalam tidurnya.

Kenalkan remaja manis ini bernama Revanda Louza atau kerap disapa Revan. Dia laki-laki namun bukannya tampan malah wajahnya ini manis dan cantik, dengan bulu mata yang lentik serta mata yang indah bewarna biru itu yang ia dapat dari gen sang ayah.

Jangan lupa bibir ranumnya yang pink alami membuatnya sudah cocok mendapatkan predikat sebagai pihak bawah yang manis. Tampang manis itu tak selaras dengan kelakuan bin ajaibnya, kata orang-orang Revan itu nakal, pecicilan dan sudah diatur. Nyatanya jangan melihat orang dari luarnya, Revan yang sebenarnya bukan seperti itu.

Mata indah itu membola panik, "Anjing! gue telat" bukan, ini bukan telat ke sekolah namun ke dapur. Jam sudah menunjukkan pukul lima lewat sepuluh menit, ya, Revan hanya tertidur sejenak lalu tersentak kaget mengira ia telat padahal ini baru beberapa menit sejak ia bangun tadi, ada yang pernah mengalami?.

Rasanya tidak enak, itu yang dirasakan Revan setelah melihat jam di ponselnya. Memijit pelan kepalanya yang terasa pusing lalu turun dari ranjangnya meninggalkan tempat ternyaman nya, kasur.

Rumahnya --maksudnya rumah pamannya ini tidak mewah tidak bertingkat, hanya rumah sederhana yang pamannya miliki. Jika kalian bertanya dimana ayah Revan, beliau sudah menjadi bintang di langit.

Tujuan Revan saat ini adalah dapur untuk memasak sarapan, ah lebih tepatnya memasakan untuk pamannya. Dengan muka bantalnya Revan berjalan menuju dapur yang tak jauh dari kamarnya. Sampai di dapur Revan membuka kulkas yang berisi bahan yang akan Revan masak.

Cukup simpel untuk hari ini, Revan hanya memasak nasi goreng. Beberapa menit berlalu kini jam sudah menunjukkan pukul enam pagi, setelah berkutat dengan masakan dan cucian piring Revan meletakkan nasi goreng di atas meja makan lalu meninggalkannya ke kamar untuk bersiap ke sekolah.

"Males mandii" wajahnya ditekuk malas, jujur untuk mandi sangat malas apalagi untuk lainnya juga, Revan malas.

Namun langkahnya menuju kamar mandi, ya begitulah. Selesai mandi dan bersiap, Revan meraih kunci motornya lalu bergegas keluar.

Masih pukul enam lewat empat puluh lima, artinya masih ada waktu untuk sampai ke sekolah tepat waktu. Namun langkahnya terhenti saat melihat pamannya telah menyelesaikan sarapan.

Mata biru itu bersitatap dengan mata coklat milik sang paman, tangannya gemetar. Oh! jangan sekarang, sial. Batin Revan.

Dion--- pamannya menatap tajam Revan seolah ingin memutilasinya. Salah apa ia sekarang, siapapun selamatkan Revan. "Kau, masakanmu buruk" kalimat itu terlontar dari bibir Dion, tatapan Revan meliar menatap nasi goreng buatannya yang masih tersisa banyak disana.

"Gausah dimakan" ujar Revan berani menatap mata coklat Dion. Lalu pergi menuju pintu keluar walau hatinya berdoa agar sang paman tak main tangan sekarang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 20 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

LEICESTER Where stories live. Discover now