H-17: Kita masih ada waktu kan?

243 27 0
                                    

I'm dying inside
I wanna think that it's a lie why why
Even if I shout there is no answer
A flood of loneliness
In the rain rain rain

She's in the rain
When I look at how beautiful you are
Time stops
It's hard to even open my eyes now
No whoa, she's in the rain

-The Rose, She's in the rain-

RIRIN POV

Hari ini kakiku sudah lumayan membaik. Aku sudah bisa berjalan sendiri walaupun dengan langkah tertatih.

Dua hari yang lalu, Babas selalu menemaniku dan membantuku kesana kemari. Namun, kemarin dan hari ini dia tidak datang.

Dia bilang dia mempunyai rapat penting, tapi Babas berjanji untuk menemuiku malam ini. Babas juga bilang dia akan menginap di rumahku karena besok hari libur.

Oh, Tuhan... Apa yang harus aku lakukan? Aku merasa sangat tidak sabar untuk menyambut Babas.

Perasaan ini sama seperti saat dulu, saat aku tidak sabar untuk menunggu jemputan Babas ketika kami akan malam mingguan. Dulu kami sering menjelajah ke berbagai kafe atau tempat rekreasi di Jakarta, rasanya tidak ada tempat yang tidak pernah kami kunjungi bersama.

Aku mempersiapkan diri sebaik mungkin. Kalau Babas melihatku cantik saat di rumah, mungkin dia akan khilaf dan menikahiku saat ini juga.

Aku memakai dress pendek bermotif bunga-bunga tanpa lengan dan memakai bando pita agar terlihat manis.

Aku duduk di depan teras sambil menunggu Babas yang akan datang. Babas bilang, dia sedang dalam perjalanan menuju rumahku.

Tidak berapa lama, ada sorot lampu mobil yang datang ke halaman rumahku. Aku langsung berdiri antusias untuk menyambut kedatangan Babas.

Namun ternyata itu bukan Babas. Itu Jemy.

Aku menelan rasa kecewaku, tapi masih tersenyum untuk menghargai Jemy. Jemy mendekatiku, lalu menyerahkan sekotak kue untukku.

"Wah, makasih ya." ucapku saat mengambil kotak itu.

"Maaf, karena aku datengnya malam. Aku cuma mau mastiin keadaan kamu. Kaki kamu baik-baik aja kan?" tanyanya khawatir.

Aku mengangguk, "Baik-baik aja kok. Udah bisa dibawa jalan, tapi emang agak pincang sih. Oh iya, masuk yuk!"

Jemy menggeleng cepat, "Aku duduk di luar aja. Nggak enak kalau harus masuk malam-malam,"

"Oh oke, kalau gitu yuk duduk dulu!" ucapku mempersilahkannya duduk. Kami pun duduk berdampingan.

"Syukur deh kalau kaki kamu nggak parah, jadi kamu nanti masih bisa ikut syuting sesuai jadwal. Aku cuma mau mastiin itu," ujar Jemy tersenyum lega.

"Maaf ya, aku jadi ngeberatin. Kayaknya dua hari lagi aku udah bisa ikut latihan kok," ucapku tak enak.

Jemy menggeleng panik, "Bukan itu maksudku. Jangan dipaksain. Kamu masuk minggu depan aja atau dua minggu lagi nggak masalah. Aku cuma mikir kalau kamu cedera parah, aku bakal mundurin jadwal syutingnya sampe kamu sembuh,"

"Tenang aja, kakiku udah baikan kok. Nanti kalau beneran pulih, aku langsung rajin latihan lagi,"

Jemy tersenyum puas, "Good girl! Pokoknya aku nggak mau kamu paksain diri,"

Aku mengangguk, lalu menyadari kalau dari tadi aku belum memberikannya minum. Aku langsung berdiri bersiap untuk memanggil asistenku di dapur, "Kamu mau minum apa? Maaf ya aku lupa nawarin," ucapku tak enak.

"Air putih aja," jawab Jemy cepat.

"Jangan dong! Aku punya banyak jenis minuman loh. Kamu mau apa? Sebutin aja," tawarku sekali lagi.

One Month Notice [COMPLETED]Место, где живут истории. Откройте их для себя