3. blonde n glasses

0 0 0
                                    

Taro sampai di kepas lantai 3. Dengan wajah serta nada yang kesal, dia menggeser pintu kelas dengan kasar dan melempar bangku terdekat kepada para pembully.

"Woi manusia-manusia congor gede! tadi gue dibawah perasaan berani banget ngomong. Sekarang diem?"
"ehm... A-apaan sih lu ro?! tiba-tiba jadi baik banget sama tu orang! Lu dibayar ya sama bapak dia?!"
"Iya nih! Pasti dibayar kan?! Kamu kan m-miskin! Bapak kamu pemulung ibu kamu kasir indojuni!"

Taro beradu kata-kata dengan para pembully. Dia masih sabar meladeni mereka sampai pada titik dimana Sena mengejeknya miskin yang diiringi dengan sorakan orang-orang. Kesabaran Taro seketika menghilang, karena ejekan miskin sama saja dengan mengatai orang tuanya tidak mampu.

Tanpa basa-basi, Taro langsung melayangkan pukulan dan tendangan, serta memukuli para pembully tersebut dengan kurai lipat dari meja guru. Setelah membuat Sena kabur dan beberapa orang babak belur, speaker pengumuman pun berbunyi.

"Atas nama Taro Fitre dari kelas 12-1, harap menuju ruangan BK segera. Terima kasih."

—BK—

Taro menuju ke ruang BK. Dan setelah beberapa cekcok dengan guru BK, Taro pun diminta agar diam didalam ruangan sambil "merenungkan" Perbuatannya. Selang beberapa lama, Taku masuk kedalam ruangan dan duduk di sebelah Taro.

"Aku jadi ragu kalau kamu itu Taro yang regresi. Bisa-bisanya marah cuman gara-gara satu ejekan padahal udah umur udah hampir 29." Ucap Taku dengan nada sarkas.

"Beda cerita. Kalo yang diejek gua ya gak masalah. Tapi kalo yang di ejek ortu gua gua gamungkin tahan. Lu juga tau kan... Walau sekarang masih idup, nanti belum tentu gua bisa nyelamatin mereka... Gua bisa aja ngelakuin kesalahan kayak dulu. Lagian kok lu bisa tau gua disuruh diem disini?" Jawab Taro sambil memalingkan wajah ke luar jendela.

"Heh. Gimana gak tau? UKS penuh begitu. Mana Sena juga keliatannya taku banget tadi."

keduanya tertawa bersama untuk beberapa detik, sebelum wajah Taku kembali serius.

"Tapi gua juga mau ngingetin. Kita sekarang belum sekuat dulu, Belum bisa dipercaya, dan belum ditakuti. Jadi swbisanya kita harus ngebangun image dan kontribusi sebanyak mungkin si outbreak besok. Siap?" Ucap Taku sambil memfokuskan pandangan ke Taro

"Tenang. Gua siap kapan aja kalo soal dungeon"an. Terus karena cuman kita First dari kota ini, gimana rencananya?" Tanya Taro

"Berhubung kota ini hanya ada tiga distrik, rencananya kita buat simple saja. Besok pagi. Aku siap siaga di distrik 3, kamu di distrik 1. Kita ketemuan di distrik 2 tengah kota. Dan simpan tenaga sebanyak mungkin untuk distrik 2." Ujar Taku

"Distrik 2... Disitu kan? Tempat 'bajingan' Itu bakal muncul? Yakin kita bisa kalahin? Dulu pertama kali kita lawan, kita hampir mati kan?" Tanya Taro sekali lagi

"Itulah kenapa ku suruh simpan tenaga. Lagian dulu kita belum terbiasa dan kompak. Tapi kalau tetap gak bisa, mana pantas kita memiliki julukan 'yang terkuat', apalagi sampai dikirim balik 'kesini'." Ucap Taku dengan nada monoton, namun bertujuan untuk membangkitkan semangat Taro

Taro menatap ke mata Taku yang serius, lalu menghela nafas dengan cukup berat sambil menatap keatas

"Bisa aja lu nyemangatin gua. Tapi jangan nyesel nanti kalo gua jadi lebih berkontribusi daripada lu ye~" Ucap Taro dengan senyum sinis

Taku hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum kecil, lalu meninggalkan BK tampa kata-kata. Namun mereka berdua tau bahwa mereka berharap nanti bisa memberikan yang terbaik dan menyelamatkan sebanyak mungkin.

From FailureWhere stories live. Discover now