part 3

25 3 0
                                    

Suara deru mobil menggema di telinga. Mataku jelalatan memandang kiri dan kanan jalan. Gedung-gedung tinggi menjulang, kokoh dengan arsitektur modern. Megah dan mempesona.

Cuaca hari ini sangat bersahabat. Tidak mendung dan juga tidak panas. Angin pun berhembus manja membelai rambut panjang hitamku.

Motor yang di lajukan James lumayan cepat berlomba dengan mobil dan motor lain yang memenuhi jalan raya.

Wangi tubuh James semerbak menggelitik hidung mancungku. Membuatku begitu nyaman berboncengan dengannya. Hingga tak sadar jika tanganku melingkar di pinggangnya dan kepalaku bersandar di pundaknya.

"Ehm, ehm," James berdehem.

"Apa!" ketusku.

"Ehm, ehm," lagi-lagi lelaki jutek ini berdehem. Menyebalkan! orang lagi asik ini.

"Apaan, sih, James!" sentakku.

"Jaga jarak, Nona," sahutnya.

"Jarak, apa?" aku masih bingung dengan ucapannya. Ngomong apa sih dia ini?

"Ini, Nona," jawabnya sembari menunjuk tanganku yang melingkar di pinggangnya.

Slappp!

Secepat kilat kutarik kedua tangan dan melipatnya di dada. Ia hanya terkekeh. Malu. Sungguh malu. Sial. Mau ditaruh mana ini muka cantikku?

Degh!

Jantungku berpacu, hangat menjalari tubuh ku ketika tangannya menggapai kedua tanganku dan kembali melingkarkan di pinggangnya.

"Pengangan yang erat, Nona, kita akan ngebut," setelah berkata, motor sportnya melaju amat kencang hingga sulit untuk membuka mata.

"James! pelan-pelan!" seruku.

Tak ada jawaban. Laju motor semakin kencang. Hatiku berdegup kencang seperti ada yang tidak beres. Ada apa sebenarnya.

"Nona, berpegangalah dengan erat. Kita sedang di buntuti," James mengingatkanku.

Diikuti? bagaimana mungkin? siapa yang sedang menguntit kami?

Laju motor mulai melambat, perlahan aku mulai membuka mata. Di mana ini? pemandangan indah ini ...

"Sial! mereka masih membuntuti kita!" James terlihat was-was.

Aku menoleh ke belakang. Benar kata James. Sebuah mobil hitam mengejar kami dengan kecepatan tinggi. Seketika peluhku mengucur.

"Si–siapa mereka James?" ucapku terbata.

"Apa Nona membuat status pagi ini sebelum kita berangkat?" tanyanya di antara kejar-kejaran ini.

"I--iya,sih," lirihku.

"Mereka penculik! pasti!"

"Pegangan,Nona!" dan motor melaju semakin kencang.

Motor berbelok dan berhenti di antara padang ilalang. James turun dan menarik tanganku.  Kami berlari berdampingan.

Brummm!

Mobil hitam itu berhenti di pinggir jalan.

"Itu mereka!" teriak sekumpulan orang berbadan tegap dan gempal. Otot mereka mencuat di antara baju gomrong yang mereka kenakan.

Mereka mengejar kami di belakang. Derap langkah kaki sekumpulan berandal terdengar bersahut-sahutan. Detak jantung sudah tak beraturan. Ketakutan dan jiwaku rasanya tak tau di mana.

Hosh! Hosh! Hosh!

Napasku tersengal. Aku sudah tak sanggup berlari. Muka seram mereka terngiang di pelupuk mata . Beruntung orang-orang itu tertinggal jauh.

My Bodyguard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang