09

953 89 4
                                    

Notes : Chapter ini agak berat, so kalau kalian sensitif sama bacaan yang including mental illnesses sama child neglect (penelantaran anak) please proceed with caution!

.

.

Malam itu, setelah menidurkan Yujin, Zhang Hao dengan sedih mengurung diri di kamar mandi selama setengah jam. Dia merobek segulung tisu toilet, membuat seluruh lantai tertutup gumpalan tisu basah kuyup.

Dia tidak bisa mengerti. Obrolan telepon awalnya berjalan dengan baik, dengan percakapan mereka tentang pangsit daging segar dan sup jahe yang dimaniskan dengan gula merah; bagaimana dia bisa begitu tidak masuk akal dan menggunakan kata-kata kasar untuk menyerang Tuan Sung? Tuan Sung adalah seorang pria sejati yang telah menempuh pendidikan berkualitas tinggi. Sekalipun pihak lain telah tersinggung parah, dia masih bisa memahami bobot kata-katanya dari awal hingga akhir, tapi bagaimana dengan dirinya sendiri?

Dia tidak bisa menyembunyikan detail dari didikan kasarnya sampai akhir.

Tidak ada disiplin keluarga dan tidak ada pengendalian diri-tidak peduli seberapa sopan dan penuh hormat dia biasanya berpura-pura ketika di depan orang lain.

Sebenarnya, lebih dari sepuluh tahun yang lalu situasi serupa pernah terjadi sebelumnya, namun lebih ekstrim dan dengan konsekuensi yang lebih parah. Jika bukan karena satu kejadian membingungkan di mana dia kehilangan kendali, mungkin Zhang Hao akan menjalani kehidupan yang sama sekali berbeda hari ini.

Tahun itu, Zhang Hao baru berusia sembilan tahun dan tinggal di panti asuhan di Kota A bernama 'Rumah Harapan'. Anak-anak panti ini hampir semuanya mempunyai cacat fisik; ada yang cacat dan ada yang sakit. Zhang Hao adalah salah satu dari sedikit orang yang sehat. Dia memiliki penampilan yang imut dan watak yang cerdas secara alami, seperti apel merah yang dipajang di etalase depan toko yang halus dan berkilau seperti hiasan yang dicetak dari cetakan plastik.

Ketika Zhang Hao baru saja masuk ke panti asuhan, para suster disana memberitahunya, kamu pasti bisa meninggalkan tempat ini dengan sangat cepat, karena orang tua akan mengantri untuk membawa pulang anak sebaik kamu.

Alhasil, Zhang Hao dengan sepenuh hati menunggu apa yang disebut dengan "rumah" dan menantikan sepasang orang tua yang akan menyayanginya.

Namun tampaknya hal itu tidak terjadi, karena Zhang Hao tinggal di panti asuhan selama bertahun-tahun, kehilangan kesempatan untuk di adopsi satu demi satu. Pada akhirnya, dia tidak sempat mendapatkan orang tua yang akan menjadi miliknya. Zhang Hao kecil dipenuhi oleh harapan, namun yang tidak dia ketahui adalah bahwa para suster di panti asuhan memberikan kata-kata penyemangat yang sama kepada setiap anak.

Akhirnya, pada suatu hari di musim gugur yang cerah, Zhang Hao mengalami perubahan dalam peruntungannya.

Saat itu, dia sedang duduk di bangkunya melipat origami ketika suster membuka pintu dan memanggilnya, mengatakan bahwa paman dan bibi yang telah menjadwalkan janji beberapa hari yang lalu sudah datang. Pameran kali ini sangat istimewa; itu hanya memamerkan satu apel-dirinya sendiri.

Suster bilang, "Tidak akan ada anak lain yang bisa bersaing dengan kamu, jadi kamu harus benar-benar menangkap peluang ini. Paham?"

Zhang Hao mengangguk.

Menurut rencana, dia menggunakan kedua tangannya untuk memegang botol berisi bintang dari origami dan keluar, dengan maksud agar botol itu berfungsi sebagai hadiah pertemuan untuk calon orang tuanya-hadiah yang berisi kepolosan masa muda dan dilipat secara pribadi oleh seorang anak, orang tua mana yang tidak menyukainya?

Namun pasangan yang ditemui Zhang Hao sangat kritis dan tidak mudah tergerak oleh lipatan origami anak-anak.

Mereka ingin melihat kondisi yang sebenarnya.

Fairytale - BinhaoWhere stories live. Discover now