Chapter 4 : Tentang speedrun

195 22 913
                                    

Putih cahaya matahari bersinar, menerangi ruangan berbau obat yang diisi bidadari itu.

Surai putih panjangnya terbang bersamaan dengan gorden seolah sudah dijanjikan.

Karena cantiknya, sesaat cahaya matahari berubah menjadi sayap imajinasi.

"Oh adikku...." Ares tersenyum bangga.

Sang malaikat menyadari kehadiran sang kakak, mengerutkan kening dari kasur rumah sakit.

"Ah ini nih pelakunya!" Sang adik menunjuk Ares menggunakan jari telunjuk, "yang kemaren hampir mau beli pulau komodo!" Ekspresi kesal diwajahnya.

Pelaku hanya terkekeh dan mendekat kekasur.

Ares itu tajir, sangat tajir sampai hampir membeli sebuah pulau dengan seluruh hewan hampir punah didalamnya untuk menyenangkan si adik.

"Kenapa gitu sih bang? Aku gak pernah bilang ya pengen pulau komodo," sang adik menolak untuk melihat sang kakak, memalingkan wajah dengan mata tertutup.

"Tapi kamu bilang mau tau rasanya megang komodo,"

"Ya gak sama pulaunya!" Si bulan lalu melototi kakaknya, lucu menurut Ares.

"Soalnya waktu itu katanya kamu mau ke pantai, yaudah sekalian,"

"Tapi itu kejahatan!" Yah... karena itu illegal, Ares tidak jadi membeli pulau komodo untuk adiknya, Alih-alih hanya tanah di Bali.

"Iya iya, maaf deh," Ares menyurai lembut adiknya, senyum tidak menghilang.

Mata berliannya melihat kearah lain, bergumam, "tapi... kalo gantiin pulau pake tanah doang kayaknya gak sebanding,"

Lalu mata berlian bertemu mata kosong, Ares tersenyum lagi, "kamu mau apa?"

"Malah nanya..." Sungguh sang adik tidak tau harus meminta apa lagi, hidupnya jauh dari kata ketidakpuasan.

Awalnya, hanya awalnya. Awalnya dia agak kesepian hanya diam dirumah sakit, tapi kakaknya selalu ada disisinya, melindungi dan menghiburnya setiap hari.

Satu-satunya harapannya sebenarnya... Adalah agar kakaknya tetap bisa tersenyum lagi setelah nanti dia mati.

Dia ingin kakaknya menumbuhkan sayapnya sendiri daripada berusaha memperbaiki sayap rusak adiknya.

Biarkan saja dia terjatuh, kakaknya sudah menderita cukup lama. Terbang Lah dan tinggalkan dia.

Tapi dia tidak bisa bilang.

Kalau dia bilang itu... Pria yang tampak besar itu pasti akan menangis.

Jauh dalam lubuk hatinya, dia tau kakaknya membutuhkan dia sebanyak dia membutuhkan kakaknya.

Jadi dia hanya bisa membuat wajah bersyukur itu lagi, dan tersenyum sambil menggenggam tangan Ares.

"Abang disini aja aku udah seneng kok,"

Klik!

Arley menjentikkan jarinya didepan muka Ares.

"Res? Yang lain udah pada masuk tuh,"

Day : 9 begun

"...." Ares hanya mengangguk, mengikuti Arley dari belakang.

Kemarin, viewers mereka pecah saat Yuki meng-upload video para talents di ruang musik.

「BUSET AKANE」

「I think my ears are in heaven guys, I'm dead」

「Wait Sty and Eloise knows eachother?」

「Ini pada punya channel masing-masing kah?」

1M yuk bisa yukWhere stories live. Discover now