12. Keep smile Bianca🌑

Start from the beginning
                                    

Bianca menundukkan kepalanya dan memilin tangannya. "Bisa kah kita menjenguk Darrel, aku ingin melihat keadaannya" Damian mendelik, kenapa wanita di sebelahnya begitu mengkhawatirkan sekali adiknya itu.

"Bisa, tapi sebelum itu kita ke mini market dulu, aku haus dan aku ingin kau membelikan aku minuman" Damian menghentikan mobilnya di depan mini market dan mengambil dompet dalam saku celananya.

"Ini, ambil uang ku dan belikan aku minuman sekalian dengan buah-buahan untuk Darrel, tidak mungkin kan, tunangan Damian menjenguk adik iparnya tanpa membawa sesuatu" Jelas Damian membuat Bianca mengangguk.

"Aku juga ingin memberitahukan sesuatu, bahwa hari ini kita tidak ke restoran dulu, hari ini kita akan menjenguk Darrel, kalo soal restoran mungkin kita bisa kesana lain waktu" Tutur Bianca membuat Damian mengangguk mengerti.

Bianca turun dari mobil, dan perlahan memasuki mini market, Damian yang melihat Bianca masuk. Segera menjalankan mobilnya meninggalkan Bianca di mini market

🌑Damian🌑

"Dimana Damian Violetta" Violetta yang baru masuk terhenti saat mendapatkan pertanyaan dari Amanda.

"Itu... Aku sama sekali tidak tau ibu" Jawab Violetta membuat Amanda mengangguk mengerti.

Violetta melangkahkan kakinya menuju kasur Darrel dimana pemuda itu menatapnya juga.

"Darimana saja kau, kenapa lama sekali" Darrel langsung memeluk Violetta dengan begitu erat takut akan pergi lagi, Violetta yang mendapatkan pelukan tiba-tiba hanya bisa mengusap pelan punggung tegapnya saja walau sebenarnya ia merasa sedikit sesak nafas.

"Kenapa kau tidak telepon saja dia Amanda" Usul Laurent kepada Amanda.

"Tidak usah Laurent, aku tau sifat putraku itu, dia suka benar pergi tanpa pamit dulu, liat saja saat dia kembali nanti aku akan langsung piting leher anak itu" Ujar Amanda dengan api yang membara di kepalanya, sedangkan Laurent hanya bisa menghela nafas saja.

🌑Damian🌑

Bianca keluar dari mini market dengan dua kantong kresek di tangannya, saat akan ingin berjalan, Tiba-tiba saja mobil Damian menghilang dari depan mini market.

Bianca mengedarkan pandangannya melihat ke segala arah mungkin saja Damian menepikan mobilnya di pinggir, namun nihil dia sama sekali tidak menemukan mobil Damian.

Bianca membuang nafasnya gusar, ia juga lupa handphone di dalam mobil Damian, perlahan kaki jenjang itu berjalan tak tentu arah sehingga matanya tak sengaja melihat bangku di trotoar jalan.

Bianca mendudukkan dirinya dengan kantong kresek di pangkuannya, mungkin saja Damian ada sedikit urusan makannya ia di tinggal, tapi setidaknya dia memberitahukannya terlebih dahulu kan sebelum dia pergi dan juga matahari mulai tenggelam pertanda akan masuknya waktu malam.

"Wah, liat. Siapa gadis cantik ini" Bianca mengangkat kepalanya dan betapa terkejutnya ia yang dimana terdapat 3 orang pria sedang menghampirinya.

Bianca perlahan berdiri dari bangkunya dan mulai berjalan, saat akan berjalan tiba-tiba saja tangannya di cegat oleh salah satu pria itu.

"Lepaskan aku sialan, atau kau akan menyesal" Bianca menatap tajam pria itu, yang dimana pria itu menyeringai.

"Menyesal? Pfft, aku sama sekali tidak pernah menyesal sayang" Pria itu ingin menyentuh pipi Bianca namun justru ia mendapatkan tamparan keras dari sang empu membuat pria itu tersungkur di bawah karena saking sakitnya.

"Brengsek" Saat akan hendak ingin lari tiba-tiba saja rambutnya di tarik oleh salah satu pria.

"Dasar jalang, beraninya kau menampar temanku" Pria itu semakin kuat menarik rambut Bianca membuat sang empu berteriak histeris.

"Arggh, sakit!!" Jujur Bianca belum pernah mendapatkan perlakuan kasar dari siapapun, tapi kali ini ia dapatkan dan itu adalah orang lain.

Pria itu langsung mendorong tubuh Bianca hingga terjatuh bahkan gaun yang ia kenakan kotor, Bianca yang melihat pakaiannya kotor menatap tajam mereka satu-persatu.

"Aku tidak akan memaafkan kalian" Ujarnya tajam.

"Dasar sialan, kau masih belum kapok juga" Kemudian pria itu menarik lagi rambut Bianca membuat sang empu sedikit meringis.

"Ini balasan karena kau menampar temanku" Pria itu langsung melayangkan tamparan ke wajah Bianca membuat ujung bibir Bianca sedikit robek dan mengeluarkan darah.

"BIANCA" teriak seorang pria, seketika ketiga pria itu menoleh dan dapat mereka lihat seorang pria datang menghampiri mereka.

"Ayo kita pergi" Segera ketiga pria itu pergi meninggalkan Bianca yang terkapar di bawah.

"Bianca apa kau baik-baik saja" Damian, pria itu menghampiri tunangannya dan membantunya berdiri.

"Hiks... Damian" Seketika Bianca memeluk erat Damian menumpahkan segala tangisannya.

"Shh.... Sudah nanti aku akan balas mereka yang telah menyakiti mu" Ujarnya dengan seringai yang lebar.

🌑Damian🌑

"Apa kau yakin ingin masuk dengan penampilan seperti itu" Damian masih terus bertanya, soalnya pakaian Bianca sangat kotor bahkan sudut bibirnya terluka.

Bianca mengangguk, membuat Damian membuang nafasnya gusar.

"Tolong jaga dirimu ya" Ujarnya saat melihat Bianca turun dari mobilnya dan memasuki pekarangan rumahnya.

Damian yang melihat Bianca masuk, menunjukkan smirknya. "Aku harap kau suka permainan ku Bianca, sayang" Kemudian Damian menjalankan mobilnya meninggalkan pekarangan Noella.

Bianca terus berjalan, tujuannya kali ini adalah pintu belakang karena ia masuk melalui pintu belakang yang menghubungkan dengan dapur

Bianca membuka pintu belakang dan dapat ia lihat Bi Abel selaku art yang sudah bekerja disini sudah hampir 40 tahun

"Astaga Nona" Bi Abel panik melihat penampilan Nonanya yang terbilang berantakan.

Bianca memasang wajah cerianya dan menyapa Bi Abel. "Bibi" Seru Bianca seketika ia memeluk Bi Abel, membuat Bi Abel ikut membalasnya.

"Kenapa penampilan Nona begini" Tanya Bi Abel. "Hehe tadi habis jatuh" Bohong Bianca tapi Bi Abel masih belum percaya.

"Kalo habis jatuh, kenapa sudut bibir Nona terluka" Tanya-nya lagi. "Oh, ini, tidak sengaja pas jatuh bibir aku duluan yang kena duluan" Jelasnya.

Bi Abel akhirnya mengangguk mengerti. "Kalo gitu Nona mandi dulu ya, biar Bibi yang ambil kotak p3k-nya biar luka di sudut bibir cepat sembuh" Jelasnya membuat Bianca langsung mengangkat tangannya tanda hormat.

"Siap, bos" Bi Abel terkekeh mendengarnya dan mengusap lembut kepala Bianca.

Bianca melangkahkan kakinya menuju lift dan memasuki-nya, sesampainya ia di atas Bianca melangkahkan kakinya ke kamar dan membukanya, Bianca menutup rapat pintunya.

Senyum yang menghiasi wajahnya tergantikan dengan wajah sedihnya, Bianca merosotkan tubuhnya dan menelungkupkan kakinya.

"Hiks... Aku sudah lelah hiks.... Ibu, tolong kembali, jangan tinggalkan Bianca sendiri disini hiks... Bianca butuh Ibu, tolong jangan pergi hiks" Bianca terus menangis dalam kesendirian.

Bersambung!!

Yuhuuu udah double up nih, dan kondisi gue udah sehat sudah terhitung udah 3 minggu gue sakit :v

DamianWhere stories live. Discover now