♧First : Nightmare♧

49 5 1
                                    

Jangan lakukan itu, Ibu!

Aku tidak mau mati!

Jangan membunuhku!!!

"Hah! Hah! Hah!"

Mimpi buruk apa tadi? Ibu tiri tidak berhenti mengejarku dengan tangannya yang membawa sebuah senjata. Dimimpi itu, beliau sangat amat membenciku.

Ini tidak jauh berbeda dengan yang ada didunia nyata, dimana aku diperlakukan tidak selayaknya anaknya, melainkan sebagai binatang liar yang tidak diinginkan. Itu semua tidak lepas dari statusku, yang merupakan anak haram hasil Ayahku dan Pelacur bayarannya. Aku disebut sebagai aib karena darah Kekaisaran tidak mengalir dalam tubuhku.

Ngomong-ngomong, aku belum memperkenalkan diriku. Namaku Karina Luste Alkina, berumur 6 tahun. Sudah lama aku tinggal disini, dan tidak ada seorangpun dari orang tuaku ingin melihatku.

Yah, begitu bodohnya diriku yang terlalu mengharapkan kasih sayang. Ibuku meninggal beberapa tahun yang lalu karena disiksa oleh Ibu tiriku yang kini telah naik takhta menjadi seorang Permaisuri. Semuanya karena Ibuku dibawa ke Istana oleh Ayah yang tidak ingin dirinya dicap sebagai Kaisar tidak bertanggung jawab. Semua perbuatan Ayah akhirnya berdampak padaku, yang tidak dicintai oleh keluargaku.

Kecuali Kakak laki-lakiku yang kedua. Sekarang, Saudaraku akan bertambah karena Ibu tiriku dikabarkan hamil anak bungsu.

Tok! Tok! Tok!

Tidak lama kemudian, aku mendengar suara ketukan pintu yang berasal dari luar. Seperti yang sudah kuduga, ketika kuberi titah masuk yang ada hanyalah Pelayan biasa-biasa saja. Tampaknya dia terpaksa melakukan aktivitasnya, entah itu memandikanku, menggantikan pakaianku, dan masih banyak lagi.

Dan setelah aku melakukan semua aktivitas itu, aku dituntun ke ruang makan olehnya. Tidak ada orang, suasananya sepi sekali. Yang ada hanyalah sisa makanan yang mereka sisakan untukku. Aku duduk disalah satu kursi tanpa ada orang banyak disampingku, sedangkan Pelayan yang menemaniku sedang cuci piring. Kedua tanganku meraih peralatan makan yang tersusun rapi diatas meja makan, kemudian kuambil beberapa banyak makanan secukupnya.

Setelah makanan itu berada didalam piring, aku memakannya sedikit, satu suap garpu. Rasanya tidak enak dimulut, seperti makanan yang diambil dari tempat sampah dan diolah untukku makan. Betapa menyedihkan sekali aku ini, sudah tidak dianggap sebagai anak, sampai memperlakukanku seperti orang rendahan seolah-olah aku ini tidaklah setara dengan mereka. Daripada dimarahi karena tidak makan, lebih baik kuhabiskan saja dengan penuh keterpaksaan.

Setelah sekian lama, akhirnya aku selesai makan. Butuh waktu yang lama bagi mulutku untuk terbiasa dengan makanan busuk itu. Ditambah lagi, aku meminum banyak sekali air demi membersihkan bau makanan busuk dari mulutku. Selesai makan, aku mencuci piring kotor bekas makananku, sebab tidak ada yang mau mencucikannya untukku. Mereka hanya melakukan pekerjaan mereka untuk keluarga Kaisar saja, bukan untukku. Ah... beginilah mimpi buruk yang kurasakan sejak Ibu kandungku meninggalkanku. Aku hidup dibesarkan tanpa adanya cinta kasih seorang orang tua.

Sesudah mencuci piringku, sekarang aku mengajak Pelayan itu menemaniku pergi berjalan-jalan ketaman belakang, sekedar mencari udara segar. Sesampainya disana, banyaknya bunga yang terpampang didepan wajahku. Entah bunga-bunga apa yang tersusun rapi memancarkan keindahan itu, aku pergi melewatinya, tapi ada satu bunga yang menarik perhatianku.

Yaitu Night Gerbera.

Bunga itu berwarna hitam kebiruan dengan kelap-kelip dimahkotanya. Bunga ini indah, aku menyukainya pada pandangan pertama. Dan bunga ini termasuk bunga yang dipelihara dengan sangat baik karena bersifat langka, sebab bunganya akan bercahaya dimalam hari memikat banyak kunang-kunang. Manusia ingin memburu bunga itu demi menjadikannya sebagai bahan pajangan, serta menjadikannya barang sintesis untuk dijadikan hiasan pada gaun kelas Bangsawan.

Bisa dibilang bunga ini mahal jika dijual dipasaran, harganya 50.000 Gold. Untunglah bunga ini terdapat ditaman bunga Kekaisaran Alkina.

"Indah sekali... kapan aku baru bisa menjadi sepertimu, wahai Night Gerbera? Begitu banyak orang yang mencintaimu, sampai ingin memilikimu. Sedangkan aku sebaliknya," ada makna tersembunyi yang terdapat didalam bunga ini. Sayangnya, aku tidak tahu persis apa maknanya itu, mungkin orang-orang yang lebih pintar dariku jauh lebih tahu.

Pelayan itu tampaknya mendengarkan apa yang kugumam barusan, tetapi ia memalingkan wajahnya dan entah memasang raut wajah seperti apa, seolah-olah tidak mau melihatku. Aku mencoba untuk tidak peduli, dan menatap keindahan bunga yang ada dihadapanku.

Dan...

"Karina Luste Alkina!"

Suara itu... aku mengenalinya. Suara yang kutakuti dan menjadi mimpi burukku. Suara yang terdengar dingin, kejam, siapapun yang mendengarnya pasti merinding. Suara itu adalah suara Ibu tiriku, yang merupakan seorang Permaisuri Kekaisaran kesayangan Ayahku.

Aku menoleh kebelakang sesaat, mataku melihatnya. Beliau ada dihadapanku, jauh dan pergi mendekatiku. Wajahnya terlihat kacau, dan itu benar-benar menakutiku. Begitu beliau sudah berdiri dekat tepat dihadapanku, beliau bertanya dengan wajah dinginnya. "Habis darimana kau? Kenapa kau tidak melakukan pekerjaan yang semestinya kau kerjakan?!"

"Apa kau sadar posisimu disini sebagai apa?"

"I-Ibu..."

Plak!

"Jangan memanggilku dengan mulut busukmu, dasar jalang kecil!"

Aku ditampar oleh beliau setelah ia membentakku, dan aku yang memanggilnya Ibu secara tanpa sadar. Beliau memang membenci panggilan itu, apalagi panggilan itu keluar dari mulut anak hina sepertiku, yang sama sekali tidak pantas memanggilnya dengan sayang begitu.

Sekarang Beliau sedang hamil, beberapa bulan lagi akan lahir. Siapa lagi kalau bukan Adikku, Adik perempuanku sesuai dengan apa yang kulihat dari penglihatanku. Aku khawatir, dengan emosi Beliau yang tidak beraturan, Adikku akan mengalami masalah didalamnya.

"Ikut aku!" Beliau sengaja menarik tanganku, membuatku tersentak. Aku berjalan mengikuti langkah kaki cepat milik Beliau, dengan tanganku yang digenggam kuat olehnya. Sakit... terlebih lagi Pelayan yang tadinya hanya ikut denganku tidak mau membantuku.

Dasar jahat!

Beliau membawaku sampai kedalam Istana, dan kami berdiri didepan pintu berwarna hitam yang tidak lain adalah ruang terlarang, yang tidak boleh dikunjungi oleh siapapun karena mengerikan. Ini adalah ruang Penyihir, kenapa Beliau membawaku kesini? Aku tidak bersalah! Aku tidak mau disiksa oleh mimpi buruk ini!

"Karena kau pergi ketaman tanpa menyelesaikan pekerjaanmu, kau harus diberi hukuman!" Beliau membuka pintunya dan membuangku kedalam, kemudian pintu itu ditutup lagi olehnya. Sekarang tersisa diriku, tempat ini gelap dan tidak terlihat apapun, sangat gelap. Tidak lama setelah itu lampu ruangan menyala sendiri, menampilkan banyak alat-alat khusus Penyihir padaku dan seseorang yang sedang berdiri jauh disana membelakangiku.

"Hohoho! Rupanya Yang Mulia Permaisuri membawakanku seekor kelinci kecil ya?" Penyihir itu tertawa jahat, ia berbalik badan menatapku dengan tangannya memegang sebuah jarum suntikan yang berisi cairan biru.

Tunggu, apa-apaan ini? Aku akan dibunuh?

Penyihir berwajah jelek itu menghampiriku, mendekat padaku. "Tenanglah, aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya ingin mencoba cairan ini, yang kutemukan setelah kucari selama beberapa tahun. Cairan ini bisa memberikanmu dua pilihan."

"Mati, sudah jelas sekali. Tidak ada seorangpun manusia biasa bisa tahan dengan ini. Tapi jika hidup, artinya kau adalah salah satu makhluk menjijikkan dari mereka, hahaha!" Penyihir itu tertawa jahat. Lalu, Penyihir itu menangkapku dan menutup mulutku. Aku memberontak, tapi tidak berhasil. Pada akhirnya, aku menerima suntikan menyakitkan itu dan cairan birunya berhasil masuk kedalam tubuhku.

Pusing...

Aku langsung pingsan setelah menerimanya, tubuhku melemah. Aku tidak bisa menahannya, ini menyakitkan. Aku tidak yakin, mungkin ini adalah akhir hidupku.

Tidak masalah, aku memang tidak diinginkan di Istana ini...

♧♧♧
To Be Continue...

𝐃𝐀𝐑𝐀𝐇 𝐂𝐀𝐌𝐏𝐔𝐑𝐀𝐍 ; Carl CastielloWhere stories live. Discover now