001: SETELAH LIBUR PANJANG

5 1 0
                                    

Selamat membaca!

TRINGGG! Suara jam alarm berbunyi. Entah sudah keberapa kalinya, tapi Milly tetap tidak bangun.

"Milly! Ayo bangun Milly!"

BRUK! BRUKK! Kali ini suara pintu diketuk dengan brutal terdengar menggantikan suara alarm. "Milly! Milly!"

Wanita bernama Milly itu menutup telinganya dengan bantal. Dia benar-benar tidak ingin mendengar suara teriakan ibunya. Dia ingin tidur lebih lama karena semalam sleep call dengan Jonathan, pacarnya.

"Milly! Nggak dengar apa kata Mami? Ayo bangun! Ini hari pertama kamu sekolah!"

Setelah mendengar kata-kata itu, Milly segera bangun dari ranjangnya. "Aaaaa gue benci sekolah!" keluh Milly seraya mengambil handuk dan juga membuka kamarnya yang ia kunci.

"Kenapa kamarnya di kunci? Mami kan udah bilang, jangan kunci kamarnya biar bisa dibangunin. Kalau kamu telat gimana?" tanya Gladis nampak kesal di ambang pintu. "Mami juga udah harus ke kantor nih! Nanti jangan lupa sarapan, Sayang," ucap Gladis seraya hendak mencium Milly. Namun, Milly berhasil mundur satu langkah menghindari ciuman ibunya.

"Mami! Milly bukan anak kecil lagi! Inilah kenapa Milly ngunci pintu kamar! Mami suka diam-dima masuk dan nyium Milly kalau lagi tidur!"

Gladis memukul keningnya sendiri. Ia benar-benar lupa karena Gladis kini sudah kelas 2 SMA. Wanita itu pun mengacak rambut Milly seraya mengembangkan senyumannya.

"Mami lupa! Maaf deh kalau gitu!"

"Janji nggak akan cium Milly lagi!" ucap Milly seraya bertolak pinggang. Wajahnya dia buat pura-pura marah.

"Yahhh tergantung! Kamu kan tetap anak Mami." Gladis nampak cemberut. Sejujurnya, ia terkadang merasa Milly tumbuh sangat cepat. Gladis masih suka menciumnya dan juga memanjakan Milly seperti bayi.

"Mmm permisi Nyonya. Tuan Andrian sudah datang dan meminta Nyonya segera turun karena ada pertemuan penting," ucap Bi Fifi melaporkan bahwa asisten pribadi Gladis sudah menunggu di bawah. Seperti biasanya, Gladis sangat sibuk dengan pekerjaannya.

"Ehh..., udah ahh! Mami berangkat ya! Takut telat nih! Jakarta Macet!" Gladis sudah siap dengan tas kerja yang Bi Fifi bawa.

"Iya. Hati-hati, Mom! See you!"

"Oh ya, hari ini Uncle bakal jemput ke sekolah. Mami udah kasih nomor kamu ke Uncle Dikta. Kita sekalian mau dinner, jadi jangan latihan saman terlalu sore. Jam pulang kerja juga macet banget!" keluh Gladis seraya turun dari tangga.

Milly awalnya mengangguk saja, tapi dia akhirnya berlari kecil ke arah tangga. "Mom, Milly datang sama Nathan aja ya?"

Gladis pun berhenti melangkah saat di tangga. Dia mendongakkan kepalanya dengan tatapan bombastic side eye! Milly benar-benar tahu apa arti tatapan itu. Gladis tidak menyukai Nathan dan selalu menganggap kekasihnya itu nakal. Gladis tidak pernah menyutujui hubungan mereka meski sudah satu tahun berjalan.

"Kita mau kumpul keluarga, Sayang. Jangan coba-coba bawa orang lain, oke!"

"Mom, tapi-"

"Milly! Mami udah harus berangkat sekarang. Bye!" Gladis langsung berlari, seolah tak mau mendengar apa yang akan Milly keluhkan kembali.

"Mami!! Milly nggak kenal siapa Uncle Dikta!" teriak Milly dan Gladis terkekeh mendengarnya setelah keluar dari rumah.

Sejujurnya, itulah tujuan Gladis. Ia ingin mempertemukan Dikta dan juga Milly supaya mereka mengenal satu sama lain. Sudah 8 tahun lamanya Dikta belajar di luar negeri. Mereka sudah lama tidak bertemu dan melupakan wajah satu sama lain. Padahal, Gladis berharap mereka berdua bisa saling jatuh cinta. Meski itu keinginan yang gila, tapi Gladis lebih tenang melihat Milly bersama Dikta, dibanding pria-pria lain.

Tidak ada lagi pria lain yang bisa Gladis percaya. Dia pernah dikhianati oleh mantan suaminya---ayahnya Milly. Jadi Gladis berharap, anaknya tidak mengalami hal yang sama. Dia punya firasat buruk terkait Nathan, pacarnya Milly saat ini. Beberapa minggu yang lalu Gladis meminta Dikta untuk segera pulang setelah pasca sarjananya selesai. Ada sesuatu yang ingin dia katakan dengan serius pada adik tirinya itu.

**

"Milly Ratu Jardana!" teriak Hana sahabatnya di depan pintu kelas. Milly yang baru saja duduk pun tersenyum dengan kedatangan Hana.

"Berisik lo pagi-pagi udah teriak nama lengkap gue!"

Hana pun memeluk Milly, ia terkenal sebagai pick me girl dari kelas 11. Hana memang cantik dan punya kebiasaan mencari perhatian para pria. Sejak awal kedatangannya di sekolah, Hana sangat dibenci oleh kakak kelas perempuan. Banyak yang akhirnya dari hubungan para kakak kelas kandas karena pacar mereka selalu membela Hana. Banyak dari pacar mereka yang tertarik dengan kecantikan Hana. Itu sangat menyebalkan!

Akan tetapi, Milly senang berteman dengan Hana. Jika bukan karena Hana, dia tidak akan bisa jadian dengan Nathan. Hana juga yang membuat Milly mengenal betapa asyiknya menjadi anak remaja yang sedikit nakal. 'Sedikit saja', karena Milly tidak boleh terlalu bermasalah. Gladis selalu memperingatkan Milly akan menjadi salah satu penerus bisnis Jardana.

"Lo tahu nggak?! Semalam Kak Rey nelepon gue dan nembak gue!" ucap Hana sangat senang. Milly jelas kaget mendengarnya karena Rey adalah pria yang Hana sukai sejak lama.

"Demi apa lo? Terus, terus?" ucap Denis yang juga baru datang. Pria setengah wanita itu langsung menyambar bangku di depan Milly dan Hana. Posisi yang sempurna untuk tiga orang, oh tidak! Di mana Gery? Mereka harusnya ber-empat. Gery itu cowok sedingin kulkas yang Denis sukai. Maklum! Si banci unyu itu suka yang cuek-cuek dan menantang. Menurut Denis, Gery itu benar-benar cool!

"Morning!" ucap Gery yang kini duduk di samping Denis.

"Morning, Ger!" jawab Hana dan Milly berbarengan.

Berbeda dengan Denis, ia malah langsung nemplok kaya cicak di lengan Gery. "Sayangkuh! Si Hana katanya ditembak Kak Rey semalam. Kamu kapan nembak aku?" ucap Denis memanja di lengan Gery. Pria itu pun segera mengedikkan tangannya, berharap Gery mau melepaskannya.

Denis pun hanya mendengus pelan. Ia kembali fokus pada Milly dan Hana. Sementara Gery nampak sama sekali tidak tertarik dengan pembicaraan atau gosip pagi ini. Pria itu malah sibuk mengeluarkan buku pelajaran pertama ke atas mejanya.

Milly masih ingat saat kelas 10, kejadian Denis ngejar-ngejar Gery karena pria itu terkenal kegantengannya saat main basket. Awalnya memang Gery sangat risih dengan Denis, tapi akhirnya Gery tahu kalau Denis mampu membuatnya tertawa. Sehingga dia tidak ragu bergabung dengan geng Milly. Hanya bergabung loh ya! Bukan berarti membalas perasaan Denis yang jeruk makan jeruk. Sebenarnya..., tanpa Milly sadari, Gery sangat memperhatikannya sejak awal. Sayangnya Milly lebih memilih Nathan yang terkenal suka bermain wanita.

"Ehh terus gimana?" tanya Milly ikut penasaran.

Hana mengangkat bahunya sejenak. "Menurut lo?"

"You terima kan?" tanya Denis lagi denga gaya bancinya. Dia benar-benar nggak sabar menunggu jawaban Hana. Matanya ia kedip-kedipkan membuat Milly terkekeh pelan.

Hana pun tersenyum misterius. "Gue cuma read! Dia pasti bakal penasaran banget deh!"

Milly pun menggelengkan kepalanya. Dia tahu permainan Hana. Tarik-ulur adalah apa yang biasa dia lakukan. Banyak pria yang selama ini mengejar Hana dan banyak juga yang kecewa karena sikap Hana yang memang suka mencari perhatian. Ternyata oh ternyata, para pria itu sering salah tangkap sinyal! Tapi..., ini kan Kak Reynald! Kenapa Hana juga harus tarik-ulur?

"Lo tarik-ulur sama Kak Rey? Yang benar aja! Nanti kalau dia-" Denis belum selesai bicara.

"Suttt!" Hana langsung menutup bibirnya dengan cepat. Matanya tertuju ke pintu masuk kelas. Di sana, Milly dan Denis bisa melihat Reynald sedang mencari keberadaan Hana. Ketika mata mereka bertemu, pria itu langsung melambaikan tangannya pada Hana. Hana membalasnya dengan ragu dan Rey menggerakkan HP-nya, sebagai tanda bahwa dia menunggu balasan dari Hana.

"Tuh kan! Lu liat sendiri aja! Dia masih nunggu jawaban gue!" ucap Hana dengan bibir menyengir dan sengaja berbicara dengan nada pelan.

Milly pun terkekeh pelan seraya mengeluarkan bukunya saat wali kelasnya masuk ruangan.

"Selamat pagi anak-anak!"

** 

Jangan lupa komen yukk kalau mau dilanjut ^^

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 07, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

When Milly Meet UncleWhere stories live. Discover now