PROLOG

27 3 1
                                    

"Uncle, jangan nikahin gue, ya! Please! Lo bisa kan bilang sama nyokap gue? Gue ini masih terlalu belia loh!"

Pria yang katanya miripnya dengan Zain Malik itu mengangkat setengah alisnya. Belia? Hahaha! Kata-kata apa itu? Dan..., apa lagi? Nikah? Siapa juga yang mau menikahi wanita bar-bar seperti Milly?

"Uncle, coba lihat deh ini." Milly benar-benar gila karena membusungkan dadanya pada pria yang dia panggil Uncle. Dikta pun segera menutup matanya. "Uncle ih!! Lihat dulu! Punya gue rata kan? Gue bilang juga apa?! Gue tuh masih terlalu muda untuk nikah. Dada gue aja nggak ada buahnya. Lo nggak akan nafsu deh di malam pertama!"

Dikta pun menjauhkan tangannya dari wajah. Dia kemudian menghela napasnya pelan seraya menggelengkan kepalanya.

"Uncle tolong dong bilang ke Mama kalau gue belum dewasa. Gue nggak akan bisa urus rumah."

"Bisa-bisanya gue punya keponakan kaya lo gini! Lagian kata siapa kita bakalan menikah?"

Milly langsung melongo setelah mendengar penjelasan dari Uncle Dikta. Adik angkat mamanya yang katanya sangat disayangi oleh keluarga Jardana memiliki umur yang bedanya 10 tahun darinya. Dulu, ketika nenek dan kakek Milly masih hidup, mereka berharap Milly dan Dikta bisa menikah. Akan tetapi, tentu saja itu tidak berjalan mulus. Dikta sendiri tidak akan bisa membayangkan menikah dengan keponakannya sendiri. Itu gila! Karena itu, Dikta sering gonta ganti pacar. Dia berharap bisa mendapatkan wanita yang kakaknya suka. Yappp, Dikta harus mendapatkan restu Gladis---kakak perempuan satu-satunya di keluarga Jardana.

"Jangan-jangan lo berharap banget ya gue nikahin?" ledek Dikta dan Milly langsung menendang kaki Dikta hingga pria itu mengaduh kesakitan.

"Enak aja lo kalau ngomong! Gue udah punya pacar ya! Lagi pula, gue masih 17 tahun! Ogah, gue nikah sama om-om kayak lo!" ucap Milly dengan nada sangat tinggi membuat Dikta kesal mendengarnya.

"Gue juga ogah ya nikah sama anak kecil kaya lo! Lo sendiri yang bilang kan kalau lo gak punya dada. Emang dasar lo wanita dada rata!"

"Apa lo bilang?!" Milly langsung saja menarik rambut Dikta dan terjadilah perang dunia di antara keduanya.

Gladis baru saja pulang dari kantor, ia mendengar suara keributan di atas dan langsung tahu siapa pelakunya.

"Nyonya, sudah pulang?"

"Iya Bi. Itu mereka berdua kenapa? Berantem mulu!"

"Hahaha iya Nyonya, tadi sih Bibi dengar lagi ngomongin pernikahan, tapi nggak tahu juga deh Bibi," ucap Bi Fifi seraya mengambil tas dan juga jas milik Gladis.

Sudah jalan 7 tahun ia menjadi single parents dan sudah 7 tahun juga dia kerja keras untuk menggantikan posisi orang tuanya di perusahaan keluarga Jardana. Gladis adalah wujud kakak dan ibu yang sempurna bagi Dikta dan Milly. Setidaknya, itu yang mereka pikirkan setelah Gladis bangun dari keterpurukannya setelah melihat mantan suaminya; ayah Milly selingkuh dengan sahabatnya sendiri.

"Hahaha! Yaudah Bi, tolong siapkan makan malamnya ya. Dikta ke sini karena saya yang suruh."

"Ohh udah siap dong Nyonya. Bibi udah siapin dari tadi. Chicken katsu kesukaan Tuan Dikta juga udah Bibi buatin."

"Oke, makasih Bi. Kalau gitu tolong panggil mereka berdua ya. Saya mau mandi dulu sebentar biar nggak terlalu bau nih. Dikta nggak akan suka bau rokok dari saya."

Bi Fifi pun terdiam sejenak. Ia tahu kalau Gladis habis merokok, artinya ada banyak pikiran tentang pekerjaan atau mungkin yang lain. Yang jelas Bi Fifi harus melapor hal ini pada Dikta. Menjaga keluarga ini juga sangat penting sebagai salah satu pekerjaannya. Bi Fifi sudah benar-benar dekat dengan keluarga Jardana sehingga berpikir ingin melakukan yang terbaik untuk semuanya.

When Milly Meet UncleWhere stories live. Discover now