CHAPTER 02

25 13 10
                                    

Jangan lupa vote dan komen nya mantenan!

Happy reading guys 💙

᠃ ⚘᠂ ⚘ ˚ ⚘ ᠂ ⚘ ᠃

Kanaya mengusap bawah dagunya. Cuaca hari ini sangat panas membuat tubuhnya berkeringat dan kegerahan, sudah hampir sepuluh menit Kanaya berada di bawah terik matahari. Bel pulang sekolah pun sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu dan kini parkiran mulai sepi.

Masalah nya saat ini Kanaya tengah membenarkan rantai sepeda nya yang tiba-tiba saja rusak. Sial sekali nasibnya, sudah kepanasan, di tambah rantai sepedanya yang tidak kunjung benar. Entah Kanaya yang tidak mengerti bagaimana cara memperbaiki nya, atau memang rantai nya yang tidak mau kembali ke posisi semula.

"Sial banget nasib gue," gumam Kanaya sedih dengan tangan nya yang masih sibuk memperbaiki rantai sepeda.

"Ini gimana sih?! Kesini bukan, kesana bukan. Yang ini bukan, terus gimana.. huahh.." Kanaya mulai jengah karena usahanya sendari tadi tidak membuahkan hasil.

Rasanya ingin menangis saja bila sudah seperti ini. "Kenapa gak bisa sih, nyusahin banget! Dasar sepeda butut," gerutu Kanaya kesal.

Meskipun dirinya terlahir dari keluarga yang bisa di katakan berada, namun saat ini Kanaya sedang tidak di berikan pasilitas oleh ibunya hanya karena nilai ulangan nya yang turun.

"Tolongin gue dong, siapa aja tolong!" seru Kanaya, namun tidak ada satu orang pun yang mendegar nya.

Hingga Kanaya merasakan getaran dari dalam saku rok sekolahnya, segera Kanaya merogoh ponsel tersebut mengecek siapa siapa gerangan yang mengirimkan nya pesan.

Kanaya membulatkan matanya takkala membaca pesan tersebut. Hari ini ada tes pembelajaran dan Kanaya wajib mengikuti nya. Padahal Kanaya sudah ada rencana untuk pergi nonton bersama Gita, dia juga harus cepat-cepat pergi ke tempat lesnya karena waktu nya yang mepet, apalagi mereka yang terlambat tidak akan di beri kesempatan untuk ikut tes, bisa-bisa Kanaya di marahi habis-habisan oleh ibunya.

"Aduh gimana nih," Kanaya benar-benar sudah panik setengah mati.

Bagaimana bila nanti ibunya marah dan menghukum Kanaya hanya karena tidak ikut tes tersebut.

"Ngapain sih pake rusak segala."

Kalau sekarang Kanaya memesan ojol akan semakin lama. Gadis itu berfikir dengan keras agar bisa menemukan jalan keluar. Ketika Kanaya tengah berpikir sosok Nathan berjalan dari arah depan, Kanaya yang melihat itu sontak senang tak ketulungan, otak cerdasnya memberi ide cemerlang untuk meminta bantuan kepada Nathan.

Namun, sejenak Kanaya berpikir, Nathan itu tipikal laki-laki yang tidak bisa di ajak kompromi, tidak ada satu orang pun yang berani berhadapan dengan Nathan di sekolah ini, terkecuali Barbara.

"Eh bentar, kalau gue minta tolong sama dia, malu dong. Aelah bodo amat, gue gak peduli," putus Kanaya pada akhirnya.

"Stop!" Kanaya menghadang Nathan.

Membuat laki-laki berparas tampan itu menghentikan langkahnya, mata elang Nathan menatap tajam kearah Kanaya yang sontak membuat dirinya merinding takut.

"Minggir!" ujar Nathan tajam.

Nathan paling tidak suka bila ada orang yang menghalangi jalannya. Sikap nya yang arogan membuat orang enggan untuk mendekati Nathan, hanya orang-orang yang memiliki nyali besar yang bisa melakukan hal itu.

"Tunggu sebentar, gue mau minta tolong, lo mau kan nganterin gue?" tanya Kanaya ragu-ragu, walaupun dia sudah tahu pasti permintaan nya akan di tolak mentah-mentah oleh Nathan.

Between Of UsWhere stories live. Discover now