---

"A-Aku ingin mengatakan sesuatu, Myungsoo! Mengapa kita tidak berangkat kerja terpisah saja?"

"Apa kau sudah menemukan orang lain untuk menemanimu? Aku tidak terlalu keberatan, kau tahu," kata Myungsoo sambil makan malam.

Di depannya, Sooji mengerucutkan bibirnya karena ketidakpuasan.

Sepulang kerja, keduanya makan malam bersama seolah itu adalah hal paling wajar untuk dilakukan. Mereka baru mulai makan bersama beberapa hari yang lalu namun suasana tenang di antara mereka terasa seperti sudah mereka lakukan selama beberapa bulan.

Sejujurnya menyusahkan karena Sooji harus memasak untuk Myungsoo setiap dua hari sekali, tetapi memiliki seseorang yang menghargai makanan yang dia siapkan terasa luar biasa. Demikian pula, meminta seseorang memasak untuknya adalah pengalaman yang menyenangkan. Karena itu, Sooji merasa hubungan mereka tidak terlalu buruk.

Ngomong-ngomong, hari ini di apartemennya, giliran Myungsoo yang memasak. Makanan yang dia siapkan selalu rumit dan terlihat sangat menggugah selera. Myungsoo menjelaskan,"Aku hanya ingin menyajikan sesuatu yang lebih lezat dari yang kau harapkan," mengisyaratkan bahwa dia mencoba yang terbaik untuk mengesankan Sooji.

Tak mau mengaku kalah, Sooji pun berusaha sekuat tenaga dalam memasak. Pasti suatu hari dia akan memenangkan pertarungan ini. Dia sama sekali bukan seorang profesional tetapi dia percaya diri dengan masakannya. Sayangnya, Myungsoo sedikit lebih baik darinya.

Misalnya hari ini, dia menyiapkan hidangan rumit lagi di hadapan Sooji. Ada salad sayur, sop sayur, semur daging sapi, dan roti, semuanya berjejer rapi di atas meja.

Meja tersebut tidak sama dengan meja tengah yang mereka gunakan sebelumnya; sekarang menjadi meja makan untuk dua orang. Sepertinya apa yang dibeli Myungsoo ketika dia pindah akhirnya tiba beberapa hari yang lalu.

Saat dia menggantungkan kakinya di kursi makan baru, Sooji mulai menggali makanan.

"Hm, sup ini enak! Rasanya seperti masakan buatan restoran!"

"Yah, itu mudah. Kau hanya perlu menyiapkan bahannya sehari sebelumnya dan kemudian merebusnya setelahnya. Aku bisa mengajarimu resepnya. Apa kau ingin melakukannya bersama lain kali?"

"Aku ingin tahu apa aku bisa melakukannya... tapi aku akan melakukan yang terbaik! ...Omong-omong, ayo kembali ke topik."

Sooji tersenyum melebar tapi dia dengan cepat mengalihkan fokusnya kembali pada apa yang awalnya ingin dia diskusikan. Menghadapi Myungsoo, dia meninggikan suaranya seolah mengajukan protes.

"Jika itu pagi hari, itu akan baik-baik saja, tapi aku pasti khawatir dan gelisah saat malam hari. Jadi, ayo berangkat kerja terpisah besok pagi."

"Memang pagi hari cerah dan tidak masalah jika kita pergi sendiri-sendiri, tapi kita bisa naik kereta yang sama bersama-sama, 'kan?"

"Ugh..."

Dia tidak bisa membantahnya karena itu benar jadi Sooji hanya mengerucutkan bibirnya. Melihat itu, Myungsoo terasenyum lembut.

"Aku sudah mengatakannya sebelumnya, katakan saja yang sebenarnya kepada orang yang ingin kau ajak bicara. Lagi pula, jika kau membiarkannya, orang pada akhirnya akan kehilangan minat."

"Bahkan jika kau mengatakan itu..."

"Lalu, apa kau ingin mengubah rumor itu menjadi kenyataan?"

Myungsoo menyipitkan matanya sambil mengulurkan tangannya ke arah Sooji. Tangannya yang besar mengusap pipi Sooji, lalu menelusuri bagian bawah bibirnya. Bahu Sooji terangkat mendengar gerakan itu.

Mr. Perfectly Fine [END]Where stories live. Discover now