Bagian 2

60 9 1
                                    

"Ada apa dengan cara dudukmu, Floren? Kau sakit?" tanya Marquess Blythe, ayah dari tubuh ini.

"Tidak, Ayah," jawabku singkat.

Jujur saja, aku tidak terbiasa dengan cara makan orang-orang di dalam novel ini, persis seperti table manner yang kupelajari untuk menjamu klien penting di perusahaanku dulu. Bahuku rasanya pegal harus mempertahankan posisi ini demi memunculkan imej bahwa aku adalah Floren yang asli.

Di keluarga bangsawan seperti Blythe, kami tidak diperbolehkan untuk makan dengan ritme yang cepat karena dianggap tidak sopan dan seperti rakyat biasa.

"Apa kau masih memikirkan putra mahkota dan Lady Alesya?" tanya ayah.

Heh. Untuk apa aku memikirkan mereka? Aku harus hidup panjang umur dan hidup seperti ikan salmon!

Ikan salmon selalu berenang melawan arus dan aku akan melakukannya. Untuk apa takut alur cerita ini berubah? Toh, aku yang masuk ke dalam cerita ini saja sudah menjadi faktor yang jelas bahwa cerita ini kemungkinan besar akan berubah. Aku rasa aku tak perlu terlalu takut untuk bertindak.

Yang terpenting dan yang harus aku lakukan sekarang adalah bagaimana aku bisa bertahan hidup dalam beberapa bulan kedepan agar tidak mati seperti Florentine di cerita aslinya. Aku harus memikirkan ini baik-baik.

"Ini bukan tentang Pangeran Louis dan kekasihnya, Ayah." Aku menghela napas. "Apakah saya masih tidak bisa masuk ke pergaulan kelas atas?" tanyaku.

Ayah menatapku dengan seksama. "Kau bisa melakukannya kapan pun kau mau. Siapa yang berani melarangmu, putriku? Baginda Raja bahkan saat ini masih marah dengan keputusan sepihak Pangeran Louis."

Lihatlah pria ini. Sepertinya ia benar-benar menyayangi Floren. Ia bahkan tak peduli dengan larangan yang dikeluarkan putra mahkota. Apa jadinya kalau ia tahu bahwa yang berada di dalam tubuh putrinya sekarang ini bukanlah putrinya yang asli?

"Saya dengar, saya masih dilarang masuk ke pergaulan kelas atas. Saya hanya ingin tahu, apakah saya tetap bisa keluar rumah dan pergi berbelanja?" ujarku. Pokoknya aku harus berbelanja dulu dan memanfaatkan kekayaan Marquess Blythe sambil melihat situasi di luar saat ini.

"Kau bisa ke mana saja kapan pun kau inginkan, bahkan ke pergaulan kelas atas sekalipun. Kau harus mengingat itu, Floren. Tidak ada yang bisa menghentikanmu selain aku," jelas ayah.

Melihat wajahku yang sepertinya tidak percaya dengan ucapan ayah, ia pun kembali berujar. "Dengar ini, Floren. Aku menyayangimu lebih dari apapun. Aku akan memastikan bahwa Pangeran Louis dan Lady Alesya tidak akan bisa menyentuhmu. Aku juga akan membawakan seorang pria yang jauh lebih bermartabat dari Pangeran Louis.

"Aku berjanji atas nama Dewi Blythe yang melindungi keluarga kita. Kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun, Floren." Ucapan ayah membuatku menahan senyum dengan susah payah.

Oh, Dewi. Ini kah rasanya dicintai dan disayangi oleh seorang ayah? Tak hanya ia penuhi kebutuhanku, ia juga menjamin keselamatanku. Florentine, kau benar-benar beruntung! Maaf telah mengambil posisimu.

"Terima kasih, Ayah. Anda tidak perlu berjanji seperti itu, tetapi saya sangat menghargainya. Saya akan ingat itu baik-baik," jawabku sambil mengusap mulutku dengan kain sutera yang disediakan khusus untukku mengelap sisa makanan.

---

Suasana hatiku sedang baik saat ini. Setidaknya, aku memiliki peluang untuk bertahan hidup yang lebih besar karena Marquess Blythe telah menjamin keselamatanku.

"Nona, apakah Anda ingin keluar?" tanya Gwen hati-hati. Wanita ini sepertinya masih menaruh rasa curiga kepadaku.

"Gwen, apa kau bisa meminta pelayan di dapur untuk membawakanku dessert?" tanyaku. "Aku tidak sempat memakan dessert karena pembicaraanku dengan ayah cukup serius"

"Baik, Nona." Gwen pun segera bergegas ke dapur untuk menjalankan perintahku.

Tak lama kemudian, Gwen kembali dengan seorang pelayan yang membawa kereta dorong berisi berbagai macam hidangan penutup.

Air liurku rasanya ingin menetes sekarang juga. Apakah ini hadiah atas kerja kerasku di kehidupan sebelumnya?

Unlimited dessert!

Setelah Gwen dan pelayan dapur selesai menyusun hidangan penutup tersebut di atas meja, aku menyuruh pelayan dapur untuk keluar dari kamarku, menyisakan aku berdua dengan Gwen.

"Duduklah, Gwen. Ada yang ingin aku bicarakan," perintahku.

Gwen nampak panik. Sepertinya ia tidak terbiasa dan tidak berani untuk duduk di meja yang sama dengan Florentine.

"Duduklah. Ini adalah perintah," ujarku sekali lagi.

Gwen yang panik itu segera menarik bangku dengan gerakan hati-hati, takut meninggalkan suara decitan dan mengusikku.

"Cobalah salah satu kue ini. Kau harus makan apa yang kumakan." Jelas Gwen semakin kalang kabut. Namun, raut wajahku yang memaksa membuatnya mengambil kue coklat dengan hati-hati.

Kami menghabiskan kue yang kami ambil dalam diam.

"Semalam ... sebenarnya aku terjatuh saat ingin berendam," ucapku membuka pembicaraan.

"Apa?! Kenapa Anda tidak memanggil saya, Nona?" Gwen yang semula sudah mulai rileks kembali panik. "Saya akan segera menghadap Tuan Marquess dan menyerahkan diri atas kelalaian saya."

"Ini bukan salahmu, Gwen. Aku saja yang tidak ingin diganggu oleh siapa pun." Aku berusaha untuk menenangkannya.

"Apa ini ada kaitannya dengan sikap Nona pagi ini?"

Bingo! Ini dia yang kutunggu.

"Ya. Sepertinya begitu. Semalam kepalaku terbentur dan sangat sakit hingga aku tertidur. Saat bangun ... aku seperti telah melupakan banyak hal, termasuk diriku sendiri." Aku menunduk, berpura-pura bersedih.

Gwen segera menghampiriku dan duduk di bawah kakiku.

"Maaf, Nona. Maafkan saya. Apakah Anda benar-benar tidak ingin bertemu dengan dokter?" bujuk Gwen.

"Tidak. Aku tidak ingin ada orang lain yang tau. Aku tidak ingin dituduh melakukannya untuk menarik perhatian putra mahkota. Kau tahu, 'kan?" Aku menggenggam tangan Gwen yang kini berkaca-kaca menatapku. Kumohon, percayalah, Gwen!

"Tapi ... jika itu dokter keluarga Blythe, saya rasa ia akan menutup mulutnya rapat-rapat, Nona. Saya sungguh khawatir dengan kondisi Anda." Gwen berusaha membujukku.

"Aku tidak bisa menjamin itu. Terlebih, Lady Alesya saat ini dipilih untuk menjadi perwakilan kuil seperti ceritamu kemarin. Banyak dokter yang awalnya belajar penyembuhan dari kuil sebelum menerima pendidikan di Akademi Loin yang terkenal.

"Meski sudah menjadi dokter, mereka tetap merasa terikat dengan kuil dan pasti akan mendukung Lady Alesya. Aku hanya tidak ingin semuanya semakin rumit," jelasku pada Gwen yang kini memgerti mengapa aku tidak ingin diperiksa oleh dokter. Meski alasan sebenarnya adalah karena aku bohong~

"Baiklah, Nona. Saya akan menjaga rahasia ini dan membantu Nona untuk mengingat semuanya kembali!" Gwen berjanji dengan wajah penuh semangat untuk membantuku.

Maaf, ya, Gwen. Aku tidak punya cara lain untuk bertahan hidup saat ini selain menipumu dengan cerita itu.

---

Haloo

Sampai sini gimana nih guys? Masih lanjut apa engga? Komen ya❤️

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 28, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Caught by The Crazy DukeWhere stories live. Discover now