2. Ayah

901 46 0
                                    

Kala bergegas menuruni satu persatu anak tangga begitu melihat jam di kamarnya sudah menunjukkan waktu makan malam. Dia tidak pernah dam tidak boleh terlambat makan malam karena ayah nya sangat menghargai waktu. Kali ini ia terlambat karena tak sengaja tertidur. Kala tidak tahu apakah ayah nya akan marah atau memaafkannya kali ini.

Sebelum memasuki ruang makan, Kala di sambut oleh pelayan.

"Tuan muda, tuan dan nyonya sudah menunggu anda." ucap pelayan pada Kala.

Kala mengangguk mengerti lalu segera masuk dan langsung disambut oleh tatapan tajam ayah serta tatapan lembut dari bunda nya. Kala hanya bisa menundukkan kepalanya karena ia sadar akan kesalahan yang ia lakukan.

"Terlambat 10 menit."

Suara berat ayah nya adalah hal yang paling Kala hindari. Sungguh, Kala sangat takut pada ayah nya. Dia selalu berusaha untuk tidak membuat ayahnya marah. Terakhir kali, ia membuat ayah nya marah dan berakhir dikurung di kamarnya selama dua hari.

"Maaf, ayah."

Hanya kata itu yang bisa ia ucapkan karena tidak ada alasan untuknya terlambat makan malam.

"Duduk dan segera makan." titah Aryan tegas.

Kala segera duduk di kursi di samping ibunya. Menu makanannya sudah tertata rapi di hadapannya dan kali ini adalah menu yang sangat tidak disukainya, sayur. Sejak kecil Kala tidak suka sayuran namun dirinya selalu dipaksa makan sayur. Suka atau tidak, ia harus tetap makan sayuran.

Tapi kali ini Kala benar-benar ingin menolaknya. Oleh sebab itu ia menyingkirkan berbagai sayuran yang hanya dikukus itu ke bagian pinggir piringnya dan akhirnya langsung mendapat teguran dari bundanya.

"Dimakan sayang. Kali ini bunda kasih sayurannya cuman sedikit lho, Kala harus habisin." ujar Mia.

"Malam ini libur dulu ya bun, makan sayurnya? Kala lagi nggak mau makan sayur." pinta Kala.

"Habiskan makananmu dan jangan sampai ayah lihat ada sisa di piringmu." ucap Aryan yang menegaskan kalau Kala tidak bisa membantah lagi.

Kala menghela nafas pelan sebelum akhirnya memaksakan diri untuk makan. Dia tidak bisa membantah setiap perkataan ayah nya dan dia juga belum pernah mencoba untuk membantahnya. Kala sangat takut pada ayah nya.

Setelah selesai makan malam, Kala berniat untuk segera kembali ke kamarnya namun suara ayah nya membuatnya mengurungkan niat untuk pergi.

"Kali ini ayah membiarkanmu bukan berarti nanti kau bisa mengulanginya. Jika kau terlambat lagi, ayah tidak akan memaafkanmu. Kau mengerti itu?"

"Mengerti, ayah."

"Pergilah." titah Aryan menyuruh putra bungsunya itu kembali ke kamar.

Kala masih diam di tempatnya. Dengan ragu ia menatap ayah nya dan mulai bicara. "Kala boleh main game?" tanyanya. Tentu ia harus meminta izin karena biasanya saat Kala bermain game, anak itu akan lupa waktu dan berakhir tidak diizinkan main lagi. Kala harus meminta izin agar ayah nya bisa memberikan batas waktu kapan ia harus berhenti bermain.

"Hanya satu jam, setelah itu segera tidur." jawab Aryan. Dia tidak melarang putra bungsunya itu bermain game namun hanya membatasi waktunya.

"Makasih, ayah."

Aryan mengusap surai hitam kecoklatan milik putra bungsunya itu. Sisi manja dan penurut Kala adalah hal yang paling disukainya. Aryan sangat suka jika Kala bergantung padanya yang artinya anak bungsunya itu tidak akan lepas dari pemgawasannya. Namun, Kala belum sepenuhnya bergantung padanya. Aryan tahu putra bungsunya itu ingin mendapatkan masa remajanya seperti anak seusianya. Sayangnya, dia tidak akan memberikan itu pada putra bungsunya, Kala.

"Jangan lupakan jam tidurmu." ujar Aryan mengingatkan.

"Baik, ayah!"

Kala bergegas kembali ke kamarnya yang berada di lantai dua, meninggalkan Aryan dan Mia yang memperhatikannya.

"Beberapa hari ini, Kala terlihat murung," ujar Mia pada suaminya.

Kala memang bukan anak yang ceria namun sebagai ibunya, Mia bisa merasakan bagaimana suasana hati putranya walau anak itu tidak mengatakannya.

"Putra kita memang selalu seperti itu, kan?"

Aryan memeluk Mia. Di antara ia dan Mia, Kala memang paling dekat dengan Mia. Kala tidak manja namun ia selalu berlindung pada bundanya. Anak itu memang tidak suka dimanja oleh Mia namun ia juga tidak ingin jauh dari bundanya.

"Tapi kali ini berbeda, Kala tampak memikirkan sesuatu."

"Itu hanya perasaanmu, jangan dipikirkan."

Mia menghela nafas pelan. Aryan benar, mungkin hanya perasaannya saja yang terlalu berlebihan pada anak bungsunya mereka.

**
*

Aryan berjalan menuju kamar putra bungsunya. Ini sudah satu jam lebih dan seharusnya Kala sudah tertidur. Aryan memang selalu masuk ke kamar Kala untuk memastikan anak itu benar-benar tidur.

Saat pintu kamar Kala terbuka, suasana kamar yang sunyi dan gelap menandakan bahwa penghuni kamar sudah terlelap.

Aryan mendekati tempat tidur di mana Kala tertidur. Ia merapikan selimut yang digunakan putra bungsunya. Pria berumur kepala empat itu mengusap lembut rambut putranya sebentar sebelum memberikan kecupan singkat pada pelipis Kala.

"Selamat tidur, pangeran kecil ayah."

Setelah mengucapkan itu, Aryan keluar dari kamar meninggalkan Kala yang kembali membuka mata.

Kala belum benar-benar tidur. Ia sejak tadi tahu apa yang dilakukan ayah nya dan memang ayah nya selalu melakukan hal itu. Dalam pikirannya, Kala hanya merasa bahwa dia seharusnya tidak diperlakukan seperti itu lagi. Dia sudah remaja sekarang namun ayah nya selalu memperlakukannya seolah ia masih anak sekolah dasar.

Ayah bukanlah seseorang yang bisa Kala bantah ucapannya. Namun Kala berkali-kali bergelut dengan pikirannya yang menyuruhnya untuk mencoba membantah segala ucapan ayah nya walau pada akhirnya ia tetap tidak menuruti pikirannya dan malah diam, menuruti setiap apa yang ayah nya katakan.

Entah sampai kapan Kala akan patuh namun ia tidak bisa berjanji untuk selamanya patuh pada ayah nya. Karena mungkin nanti jika ada kesempatan, ia bisa sesekali membantah ucapan ayah nya walau ia tahu konsekuensinya akan sangat besar. Ingat, itu hanya angan-angan Kala saja. Ia tidak seberani itu melawan ayah nya.

_____________
Tbc>>

Haloo, gimana chapter ini?

Kalian ada dipihak siapa? Kala atau ayah? Kalau aku sih netral aja wkwk.

Terima kasih udah selalu support setiap karyaku. Tanpa dukungan kalian aku nggak akan bisa bikin cerita yang baik.

See you next part 👋



Story Nakala [Tamat di PDF]Where stories live. Discover now