"..."

Kata-kata Sooji tersangkut di mulutnya. Dia memalingkan wajahnya dari Soojung dan mengernyitkan alisnya.

"Sebaiknya kau lupakan mucikari itu!"

"Minho bukan mucikari! Dia anggota band! Jangan samakan dia yang bekerja keras untuk mengejar mimpinya dengan mucikari yang tidak berguna itu!"

"Baiklah, baiklah. Kalau begitu anggota band-yang-bekerja-keras-untuk-mengejar-mimpinya itu mencampakkanmu karena dia 'tidak bisa melihatmu sebagai wanita lagi', 'kan?"

"Jung Soojung bodoh!!!"

Sooji membenamkan wajahnya di atas meja dan meratap cukup keras hingga terdengar di kamar sebelah. Meminjam kekuatan minuman keras, air matanya meluap dengan luar biasa. Meskipun setengah tahun telah berlalu sejak dia putus dengan mantan kekasihnya, dia masih belum sepenuhnya melupakannya.

"Maaf, maaf... Tapi sudah kubilang berkali-kali, kau harus melupakannya! Dan rahasia menyembuhkan patah hati adalah cinta baru!"

"Jadi aku harus berkencan dengan Kim Myungsoo? Aku tidak mau!!!"

Sooji meratap seperti anak kecil saat pelayan masuk untuk menanyakan pesanan terakhir mereka. Keduanya memesan makanan penutup dan setelah itu, secara terpisah pergi.

Setelah turun dari kereta, Sooji berjalan di kawasan pejalan kaki di sepanjang sungai. Di tengah perjalanan, dia seperti tertabrak sepeda dan meski isi tasnya berserakan, dia berhasil sampai ke apartemennya dengan selamat.

Dia naik lift dan menekan angka 5 sambil dengan lesu bersandar ke dinding. Ketika dia berada di depan pintunya, dia memasukkan tangannya ke dalam tasnya untuk mencari kuncinya.

"Hah?"

Dia dengan panik memeriksa isi tasnya beberapa kali. Tapi tidak peduli berapa banyak dia mencoba, dia tidak merasakan kunci dengan tangannya. Akhirnya, dia menuangkan semuanya dari dalam tasnya dan mulai mencari. Kemudian, dia merasakan darah mengalir dari wajahnya.

"Apa? Tidak disini! Tidak disini! Bahkan ponselku?!"

"...Apa yang sedang kau lakukan?"

Mendengar suara tenang yang familiar, Sooji secara naluriah mengangkat kepalanya. Pemilik suara itu menatapnya dengan mata basah.

"Tuan Kim?"

"Apa yang kau lakukan di depan kamar orang lain?"

Myungsoo dengan kuat memegang kunci di tangan kanannya. Ekspresi wajahnya tetap sama tetapi suasananya entah bagaimana menegang. Sooji mengalihkan pandangannya kembali ke depan pintunya.

"... Kamar orang lain? Tapi ini kamarku..."

"Tidak. Kamarmu di sebelah. Ini kamarku."

"A–Apa?! S–sebelah?!"

Sooji terkejut ketika suara melengking keluar dari bibirnya. Dengan nada rendah dan dalam, Myungsoo membalas,"Mengapa kau terlihat sangat terkejut? Bukankah aku sudah memberitahumu tadi pagi? 'Mulai sekarang, kita akan menjadi tetangga'. Jangan bilang, kau sudah lupa? Kau memiliki ingatan yang buruk. Ayo tambahkan item lain dalam rencana peningkatan untuk membantu meningkatkan kemampuan ingatanmu."

"Tidak, tidak, tidak, tidak! Saat kau mengatakan 'tetangga', aku pikir maksudmu kiasan. Aku tidak berpikir kau bersungguh-sungguh... "

"Oh, begitu? Ngomong-ngomong, kesampingkan itu, ayo kita kembali ke pertanyaan pertama. Apa yang kau lakukan di sini?"

"Itu..."

Mata Sooji berputar-putar secara acak saat dia memikirkan apa yang harus dikatakan. Jika dia mengatakan yang sebenarnya, Myungsoo pasti akan menganggapnya bodoh. Di kantor, dia dikenal sebagai wanita yang cakap. Namun mengingat kejadian tadi pagi, Myungsoo pasti akan melabelinya sebagai wanita tak berguna begitu dia mengetahuinya.

Namun, Myungsoo menatapnya seolah-olah dia bisa membaca pikirannya dan berkata dengan nada mengejek,"Tidak mungkin kau 'kehilangan kuncimu di suatu tempat' dan tidak bisa masuk ke kamarmu, 'kan?"

"..."

Sooji merasakan keringat dingin keluar dari tubuhnya. Wajahnya menegang dan dia mengalihkan pandangannya dari Myungsoo. Melihat reaksinya, Myungsoo mengangguk dengan sadar.

"Yah... Bagaimana dengan ponselmu?"

"Aku kehilangannya bersama dengan kuncinya..."

"Berapa sisa uang di dompetmu? Bagaimana dengan kartu kreditmu?"

"Aku memiliki sisa 15 ribu dan kartu kreditku ada di rumah..."

"Jadi begitu..."

Myungsoo terdiam dan meletakkan tangannya di atas mulutnya seolah sedang memikirkan sesuatu. Setelah sekitar sepuluh detik, dia perlahan mengangkat wajahnya dan dengan nada seperti sedang berbisnis, memberi tahu Sooji,"Kalau begitu, silakan pilih. Apa kau mau tanpa kata memasuki kamarku atau tidur di luar? Mana yang kau sukai?"

06 September 2023

Mr. Perfectly Fine [END]Where stories live. Discover now