2. hidup selamanya

203 59 3
                                    

Seharusnya aku sudah curiga, ketika dia mengutarakan kalimat konyol kepadaku.

"Kazu, apa rencanamu jika aku tidak hidup untuk selamanya?"

Aku ingin mencakarnya kala itu juga; karena demi Tuhan, bagaimana bisa pertanyaan konyol itu keluar dari mulut makhluk berumur panjang seperti manusia? Aku yang cuma kucing saja merasa bahwa pertanyaan itu tak seharusnya ada.

Kendati demikian, sekarang ketika Hanbin benar-benar sudah tidak hidup, aku mulai memikirkan pertanyaan itu kembali. Apa yang harus aku lakukan? Aku harus apa akan ketidakberdayaanku meenghadapi perpisahan tiba-tiba ini? Aku tidak sempat menyusun rencana apapun, karena aku pikir setidaknya Hanbin akan hidup selamanya untukku. Aku menunggunya untuk mengetuk kaca jendela tiap ia sampai ke pekarangan rumah sebelum masuk melalui pintu seperti yang ia lakukan dulu. Alih-alih pergi tanpa mengatakan apapun padaku. Aku merasa seperti dikhianati.

Hidup untuk selamanya itu berbeda-beda dari tiap sudut pandang. Jika aku mati sebelum Hanbin, maka itu artinya Hanbin hidup selamanya untukku. Karena dia masih bernapas sampai aku mati. Aku tidak menduga, kalau ternyata akulah yang hidup selamanya untuk Hanbin.

Aku hanya punya waktu seminggu, untuk menabung memori-memori berantakanku selama satu tahun hidup sebagai kucingnya. Hanya sisa beberapa hari untukku duduk di meja tepi jendela dan mengunci ingatanku di tempat di mana aku dan Hanbin menghabiskan waktu bersama. Selepas ini, aku akan dibawa pergi ke rumah orang tua Hanbin—di mana tak ada lagi kenanganku dan Hanbin di sana.

Tidak akan tersisa Hanbin lagi di dunia ini.

Ku dengar dari ibu, Hanbin kecelakaan saat pulang dari kampusnya. Di hari yang cerah, di hari yang wujudnya sama dengan sebelumnya, tanpa aba-aba Hanbin meninggalkanku di dunia yang besar ini. Aku membayangkan dirinya terkapar di aspal. Berdarah-darah, tergores, dan tidak bergerak—seperti yang kulihat di televisi.

Apa dia tidak tahu, betapa takutnya aku? Tidak ada tempat yang lebih aman daripada bersamanya untukku. Dunia ini terlalu besar, dan dia sudah tidak ada.

Hanbin, jika kau tidak hidup untuk selamanya, seharusnya kau membawaku bersamamu. Itu adalah rencana yang paling tepat. Aku tidak rela jadi kucing siapapun lagi. Aku akan jadi kucing terakhir Hanbin, dan Hanbin selamanya adalah tuan terakhirku.

Jadi, aku berlari meloncat ke luar lewat pentilasi. Tak kupedulikan suara ibu dan ayah Hanbin yang berteriak melarangku pergi. Telapak kakiku terasa dingin karena cuaca yang akan menuju hujan ini. Langit bergemuruh, sampai aku takut karena suaranya begitu mencekam. Tapi aku lebih takut karena tidak ada Hanbin.

Aku tidak ingin diasuh siapapun lagi selain Hanbin.

Langkahku mulai terdistraksi oleh tetesan-tetesan bening dari langit. Aku mulai berlari karena takut basah. Takut bulu berwarna hitam, jingga, dan putih yang selalu dipuji indah oleh Hanbin ini kotor. Aku melesat melewati beberapa pasang kaki.

Manusia sangat besar. Dan mereka juga jarang melihat ke bawah. Mereka tidak akan tahu bagaimana rasanya berlarian dengan kaki-kaki kecil sambil melewati banyak raksasa.

Akhirnya, aku memilih berteduh di sebuah gang sempit. Rasanya agak tidak asing. Setelah kutelaah sekelilungku, aku menyadari banyak hal. Ada bertumpuk-tumpuk kardus yang sudah meleyot karena hujan, ada beberapa tong kosong, serta ban bekas.

Ah benar, tempat ini tempat di mana Hanbin dan aku pertama kali bertemu.

Kemudian, aku melihat Hanbin berjalan masuk dari ujung luar gang. Ia tersenyum padaku, dia selalu tersenyum seperti itu meskipun tahu aku tidak bisa membalas senyumnya. Dia tetap tersenyum seperti itu walaupun tahu kalau dia sudah mati.

Jika kita tidak bisa hidup untuk selamanya, aku akan menciptakan tempat baru di mana aku dan kau tidak akan pernah mati.

tbc

jika kita tidak hidup selamanyaWhere stories live. Discover now