Horrible Awkward!!!

32.2K 2.4K 242
                                    

Chapter 10 | I hate you, Maleficent!!!

Masih dengan rasa kantuk yang amat sangat, gue bangkit dari atas kasur dan menuju ke kamar mandi. Tujuh menit kemudian gue sudah berpakaian lengkap, mengenakkan kemeja press body dengan lengan yang gue gulung sampai siku. Gue tatap wajah gue beberapa saat, menyisir rambut ke samping seperti biasa. Setengah jam lagi dia bakalan datang. Membawa gue ke premier. Yah, to be honest, gue nggak begitu suka film yang akan kami tonton. Gue sudah nonton yang pertama, menurut gue efeknya aja yang bagus. Jalan ceritanya biasa.

Film itu Avengers. Dia yang gue maksud adalah Rapika. Ehm, maksud gue Arafi Kazaldi. Afi.

Oke. Keputusan untuk nerima ajakkan dia hari Senin itu penuh pertimbangan, lho. Gue nggak langsung memberikan Afi jawaban karena Rex berdiri tujuh puluh meter-kira-kira-dari tempat gue dan Afi berbincang. Gue bilang ke Afi kalau gue bakal pikirin dulu, di pikiran gue masih ada Rex dan tatapan matanya yang mengerikan itu. Akhirnya, Afi men-scan Barcode BBM gue dan nyuruh gue jawab di BBM aja. Pas di kelas, gue kasih tahu Nani dan Tita soal ajakkan Afi. Tita bilang Afi bukan pembunuh, gue disuruh mengiyakan ajakkan itu. Maka, itulah yang gue lakukan. Bilang sama cowok itu kalau gue bersedia nonton premier Avengers sama dia di Plaza IndonesiaPremiere.

Lagian, Afi bilang dia bakal ngajak temennya juga. Dia booking tiga tiket. So, why nah, rite?

Mei masuk ke dalam kamar, bergerak-gerak lincah seperti orang aneh. Dia langsung berbaring di atas kasur gue. Mendesah-desah seperti minta diperkosa. Oh, no! Jangan dibayangkan! Siapa juga yang mau perkosa cewek kayak Mei? Nggak ada. Muka kami-gue sama dia-memang mirip, tapi tingkah laku Mei yang barbar nggak akan ngebuat cowok-cowok suka sama dia. Lagian, setiap dia kenalan sama cowok, dia selalu berharap cowok itu gay. Ckckck. Dia benar-benar mewarisi sifat Mami. Semoga kalau dia punya anak, anaknya cewek.

"Ngapain lo di kamar gue?" tanya gue sambil memakai sneakers. "Keluar sana!"

Seperti biasa, Mei nggak akan pernah mau mendengarkan perintah gue. Dia malah makin keras mendesahnya. "Hari ini gue ketemu sama Levi dan Sasuke." Dia berteriak tertahan. Gue masih nggak ngerti kenapa Fujo suka sekali bertingkah seperti Mei itu. Mereka nggak sadar kalau itu... menakutkan, ya? "Gue ketemu mereka di jfest Blok M. Loshi sama Entiin nyuruh Levi sama Sasuke buat pelukkan, dan mereka mau. Bahkan tadi Sasuke-nya nyium pipi Levi. Ngebuat Naruto cemburu. Arrggghhh!!! Itu unyu banget! Gue bahkan sampai mimisan. Di bawah sana."

"Itu namanya lo lagi mens, tolol." Gue memutar bola mata. Masih lima belas menit lagi jam setengah tujuh. Gue berharap Afi sudah muncul sekarang. Gue malas meladeni adek gila gue.

"Gue juga foto bareng mereka tadi. Terus gue share di fujofamily.net, banyak banget fujo yang iri sama gue, Loshi dan Entiin. Si Citra-ketua kami-bahkan mau nge-banned kalo kami buat iri lagi fujo-fujo yang lain next time. Hihihi, sukria deh kalo ngelihat mereka iri sama kita bertiga."

Gue mendekat ke arah Mei, menenangkan adek gue itu sebelum kerasukan setan beneran. "Lihat muka gue, Mei. Memangnya gue peduli sama hal itu, heh?"

"Lo harus peduli!" seru Mei sengit. "Lo kan homo sekarang. Hanya gue, Mami sama Papi yang terima lo apa adanya. Gue malah nggak akan mempermasalahkan kalo lo mau ikeh-ikeh kimochi sama Rex di ruang tamu. Gue bakal pura-pura tidur."

"Gue jadi kayak gini kan gara-gara kalian!"

Mei mendengus seperti kerbau. "Bukan keleus. Mami sama Papi itu ngelihat potensi lo sebagai homo di keluarga ini, makanya mereka bantu gali potensi itu. Hasilnya... lo beneran jadi homo, kan. Makanya, kalo lo ngupil, aura homo lo dipendam dulu. Biar nggak terlihat potensinya."

Horrible Life!!!Kde žijí příběhy. Začni objevovat