"Mantan gue juga banyak."
Marchel langsung tertawa begitu saja. "Kalo sewaktu-waktu Yudha gue rebut dari lo gimana?"
"Sebisa mungkin gue nggak akan biarin itu terjadi. Karena gue beneran sesayang itu, dan gue nggak akan semudah itu buat ngelepasnya."
Yudha meraih tasnya dengan sebuah senyum yang penuh dengan kemenangan sebelum berpamitan. "Gue cabut, Kak."
Tak ada pembicaraan saat keduanya menuju parkiran. Dimas juga bingung untuk buka suara, karena saat ini Yudha terlihat sedikit aneh.
Saat mobil melaju akhirnya laki-laki itu baru bertanya, "Dim, lo beneran nggak masalah emangnya?"
Lagi-lagi pertanyaan ini.
"Dia cuma temen lo, kan? Gue tau. Dan gue tau nggak semua orang yang deket sama lo pernah beneran pacaran sama lo."
"Dim, tapi gue—"
"Gue nggak akan permasalahin lo lagi sama siapa."
"Gimana kalo gue butuh lo?"
"I'll be there. Call me if you need me."
Yudha mengalihkan pandang pada sisi kiri, memperhatikan seorang badut di lampu merah. "Will you do anything for me?"
"Gue nggak akan nolak."
"Apapun itu?"
"Ya, apapun itu."
"Kalo gue bilang cium gue sekarang?"
Detik berikutnya mereka bersatu menyapu seluruh kegundahan yang membuat hati gelisah. Hanya sebuah kecupan ringan yang Dimas berikan, namun dapat Yudha rasakan penuh perasaan laki-laki itu padanya.
Jika sudah begini, memang harus segera diakhiri.
***
"Begitu banget muka lo? Segitunya nggak mau ketemu gue?"
Yudha meletakan totebag di sofa kemudian menatap laki-laki itu kembali. "Gue nggak mau lama-lama, nanti pacar lo keburu dateng."
"Santai aja sih dulu, kayak ada yang nyari—"
"Gue juga udah jadian."
"Oh...? Tumben nggak HTS?"
"Gue capek."
Hanya respon singkat yang diberi sebelum Yudha sibuk sendiri mengemasi barang-barangnya yang masih tersisa. Kebanyakan barang lama yang bahkan saat Yudha tanyakan laki-laki itu juga tak tahu bagaimana bisa ada di tempat itu.
"Ini—astaga.... Buang aja barang-barang yang udah nggak kepake."
Baru saja ingin memisahkannya pada tumpukkan barang yang akan Yudha buang nantinya, tapi tangan laki-laki itu lebih gesit untuk meraihnya.
"Gila kali? Ini hadiah pertama dari lo, lupa?"
"Pasti udah sempit lah."
"Siapa bilang mau gue pake?" Kaus itu langsung diletakkan hati-hati di meja untuk mengamankannya.
Kali ini Yudha abaikan dan kembali mengemasi bawaannya. Ingin segera sudahi semua, karena semakin lama di sini akan semakin dalam juga perasaan aneh yang sesak ini.
Langkah awal yang diambilnya ini tentu sempat ditentang sang pemilik tempat, menanyakan tujuan yang memang sudah sepatutnya hilangkan semua jejak jika ingin memulai suatu hubungan.
Selama ini tak ada yang berinisiatif untuk itu, karena akan berakhir kembali untuk satu sama lainnya.
Semua barang miliknya sudah kembali padanya, termasuk hal yang tidak akan pernah sampai pada tujuan. Katakanlah Yudha sudah lelah karena berakhir sia-sia.
"Gue pamit."
Begitu Yudha tengah berjalan ke arah pintu, tiba-tiba sebuah lengan melingkar di pinggangnya begitu saja. Belum lagi kepala laki-laki itu yang bersandar pada pundak kirinya.
"Berat."
"Gue pasti bakal kangen lo banget."
"Ngapain? Fokus aja sama pacar lo yang sekarang."
Tak kunjung dilepas membuat Yudha memaksakan diri menggeliat hingga akhirnya laki-laki itu melepasnya. Kemudian ia menoleh padanya dan berkata, "Let's act like strangers when we meet each other."
Setelahnya tanpa menoleh dan sepatah kata, Yudha benar-benar meninggalkannya dengan segala hal yang tidak akan pernah mungkin bisa bersama.
Di hadapan kini dengan pilihan yang tepat, Yudha juga yakin akan pilihannya.
Ponsel langsung diselipkan begitu saja di sela-sela helm yang melekat di kepala selagi Yudha duduk di belakang Esa.
Ada tiga kali dering berbunyi sebelum panggilannya diangkat.
"Halo? Kak?"
Yudha menarik napas dalam-dalam kemudian berkata, "DIMASSS I LIKE YOUUU!!!!"
Tidak peduli bagaimana Esa yang sempat terkejut tengah mengemudi, tidak memperdulikan juga para pengendara lain yang mungkin bereaksi sama atas seruannya yang begitu lantang dan tiba-tiba itu.
Yang Yudha pedulikan sekarang adalah Dimas harus mendengar langsung dari bibirnya.
Dimas harus tau jika dirinya adalah tujuan Yudha saat ini.
YOU ARE READING
First Time
FanfictionJati diri yang baru membuat Dimas bukan apa-apa dibandingkan dirinya yang dulu. Nasihat percintaan yang biasa ia beri pada teman-temannya hanya menjadi angin lalu, karena tak memberi manfaat apa-apa pada dirinya. Semua hal kembali menjadi pengalama...
13. Getting Started
Start from the beginning
