Happy reading!





















Jaemin terkejut ketika mendengar suara pria tak di kenal yang tengah menelfonnya.
Mengabarkan kalau teman, sekaligus sahabatnya dari kecil Huang Renjun, ditemukan meninggal dengan keadaan yang mengenaskan karena kecelakaan tadi malam.

Polisi mengatakan pihak keluarga belum bisa dihubungi dari tadi, polisi juga baru saja menemukan telepon genggam Renjun terjatuh di sekitar trotoar. Polisi menemukan kalau Renjun terakhir kali menghubungi Jaemin.















Jaemin berjalan masuk kelas dengan tangan dan kaki yang gemetaran, dan wajah yang pucat.

"Woi, lu kenapa?!"

"Guys, yang kecelakaan tadi malam... Itu Renjun..." Ucap Jaemin dengan suara tertahan seolah sangat berat mengucapkan kalimat tersebut.



Teman-temannya yang lain pun shock mendengar ucapan Jaemin. Banyak dari mereka yang langsung menangis.
Berita kematian Renjun pun cepat tersebar ke penjuru sekolah, para guru juga sudah mendengar berita itu.
Mereka ikut menangis dan merasa kehilangan, karena meskipun Renjun berteman dengan anak-anak yang bandel tapi, dia tetap rajin mengerjakan tugas-tugas nya, juga sangat sopan terhadap para guru.






































Seketika kepala sekolah mengumumkan untuk memulangkan siswanya lebih awal, karena para guru akan menghadiri upacara pemakaman Huang Renjun.

Tak lupa menganjurkan siswa siswi nya untuk tidak pulang terlalu malam dan tetap waspada di jalanan, terlebih lagi jalanan yang sepi.







































Sedari tadi Jaemin masih terdiam, dia tentu saja sangat shock mendengar kabar tersebut.

"Kita hadiri pemakaman Renjun nanti." Ucap Jeno-kakak kembar Jaemin, sekaligus yang paling tua diantara mereka.

Mereka berempat pun mengangguk, mengiyakan ajakan Jeno.
Melihat adik kembarnya yang murung, Jeno langsung merangkulnya, mencoba menenangkannya.

"Gue ngga nyangka Renjun bisa berakhir se-tragis itu." Gumam Hanjis.

Entah kenapa salah satu dari mereka sedikit tidak suka dengan kalimat 'berakhir' yang Hanjis katakan.






























































Suasana pemakaman Renjun terasa sangat muram, ditambah langit gelap menandakan akan adanya hujan deras.
















"Bagaimana, keluarga korban sudah bisa dihubungi?"

"Belum Pak."

Disana banyak sekali polisi yang berdatangan, menanyai satu persatu orang yang menghadiri pemakaman termasuk mereka berlima selaku teman paling dekat Renjun.
Sebelum dimintai keterangan, mereka meminta untuk memberikan penghormatan terakhir pada Renjun.

















Melihat figura foto renjun berwarna hitam, dengan fotonya yang tengah tersenyum menghadap kamera membuat kelima temannya tidak bisa menahan tangis.

"Ren..." Satu persatu dari mereka pun memberikan bunga mawar putih disamping foto untuk menghormati mendiang.









































Selesai keluar dari rumah duka, mereka melihat sekeliling tapi belum menemukan kerabat, saudara, maupun keluarga Renjun. Bahkan mereka juga tidak menemukan orang tua Renjun disana.

Upacara pemakaman Renjun diadakan oleh pihak kepolisian dan rumah sakit terdekat karena merasa kasihan dengan kondisi Renjun saat ditemukan.















Polisi pun mengajak mereka berlima ke kantor polisi dan mulai menanyai mereka. Yang pertama ditanyai adalah Hyunjin.

"Kok gue duluan?" Bisiknya pada Haechan.

"Karena tampang lu mirip kriminal." Jawab Haechan.

Hyunjin mendecih, lalu masuk ke dalam ruang interogasi.











Polisi mempersilahkan Hyunjin duduk dan mulai menanyai hal-hal random yang berhubungan dengan Renjun.

"Kamu benar-benar tidak ada hubungan spesial dengan mendiang?" Tanya polisi.

"Hubungan spesial apa lagi pak? Saya sama Renjun cuma temenan, bapak mau saya jadian sama Renjun?" Jawab Hyunjin agak kesal, pasalnya kenapa polisi menanyainya duluan padahal yang terakhir menghubungi Renjun itu Jaemin.

Dan kenapa polisi malah menyelidikinya dan teman-temannya sedangkan mereka benar-benar tidak ada hubungannya dengan kematian Renjun.




Hyunjin pun keluar dari ruangan.
Lalu berganti dengan Jeno, kemudian Haechan, Hanjis, lalu terakhir Jaemin.
































Tiga puluh menit berlalu, tapi Jaemin masih belum juga keluar dari ruangan. Jeno mulai khawatir apa yang terjadi dengan saudara kembarnya.

"Jaemin kenapa lama banget?" Ucap Haechan.
































Beberapa menit kemudian Jaemin keluar dengan air mata yang mengucur deras.

Mereka berempat langsung menenangkan Jaemin.

"Jaem, kenapa?" Tanya Haechan.

Jaemin hanya menjawab dengan gelengan kepala.



"Udah sekarang kita pulang ya..." Ucap Jeno dan diiyakan oleh yang lain juga.

Mereka pun berpamitan kemudian pulang ke rumah masing-masing.






















Namun sebenarnya didalam pikiran mereka masih merasa ada yang janggal.
Sangat janggal.




















Vote!

Silent Night Where stories live. Discover now