Chapter 83 ♗

Start bij het begin
                                    

"Tapi itu tidak menjadi bagian dari yang kuniatkan untuk kuungkap." Valias Bardev kembali menegakkan kepalanya. "Aku sudah menyingkap setiap ingatan yang dimiliki orang itu." Dia memiringkan sedikit arah berdirinya menunjuk sang yang dia maksud. "Kini aku tau semua yang diprakarsai Gubernur kalian itu. Aku tau semua yang orang ini tau. Jika ada yang ingin kalian ketahui sebelum kalian menemui orang itu, kalian bisa tanyakan padaku."

"Di mana dia berada sekarang?" Caessar langsung bertanya ke intinya.

"Bagian lantai tertinggi bangunan ini." Valias Bardev menjawab. "Tempat yang sangat tepat untuk menjadi tempat sebuah pertarungan terbesar dari sebuah babak terakhir. Kota ini benar-benar mencengangkan, hm? Sebuah rumah boneka bagi sesosok figur tunggal. Kalian semua tidak lebih dari sekumpulan binatang ternak baginya. Memang sudah sepantasnya kalian memberontak."

Darius bertanya dengan pikiran yang kini semrawut. "Apa yang... Anda maksud?"

"Tuan benar-benar ingin aku menjelaskannya sekarang?" Valias Bardev memandangnya. "Atau temui dulu Gubernur itu, dengar apa yang akan dikatakannya, lalu baru bertanya padaku jika ada pertanyaan yang masih belum dia jawab?" dia memberikan tawarannya.

Darius tercenung pada kemudahan yang dimiliki remaja itu. Meskipun sosok remaja itu saat ini merupakan sosok remaja yang berbeda dari yang sebelumnya dia kenali, berdasarkan hasil simakan yang dia mengerti. Rhinel di sebelahnya berseru mantap dengan penuh semangat yang menggebu-gebu. "Temui dia dulu! Kita harus mendengar dari dia langsung!"

"Kalian sudah bisa bergerak lagi? Masih butuh menyembuhkan diri?" Jowan bertanya datar pada para teman-temannya.

Banyak dari mereka menjawab bahwa mereka sudah merasa baik-baik saja dan bisa melanjutkan niatan mereka menemui Jorel. Yang satu bertanya kikuk. "Jika kita akan pergi lewat pintu itu, kita akan terdampak efek yang sama lagi, bukankah begitu?"

Rhinel bertanya pada Valias. "Tuan Muda ... Norra...? Anda tau yang harus kami lakukan tentang halangan kami di sana itu?"

Valias menolehkan kepalanya memeriksa bagaimana keadaan mage Palis yang kini hanya duduk memegangi kepalanya bagai orang dalam gangguan depresi itu. "Dia. Hanya dia yang bisa mengucapkan mantra yang akan menghentikan aktif batu anti inti mage itu. Batu itu saat ini terhubung dengan mana pribadinya. Menyebabkan mereka hanya mematuhi kehendaknya. Jika mantranya dibaca oleh selain dia, batu itu tidak akan merespons."

"Dia terlihat seperti orang dungu. Bagaimana dia akan melakukannya untuk kita?" gerutu Jaeha jengah.

Jowan, Rhinel, Sheena, dan Caessar sudah menghampiri mage Palis itu mencoba membuatnya bicara dan sedikit-sedikit mencoba memanipulasinya untuk bersedia mengucap mantra. Meskipun mereka juga ragu percobaan mereka akan berhasil.

Di tempatnya Alister buka suara memberi saran. "Jika dia mage seharusnya dia memiliki inti yang sama, bukan? Tempatkan dia di area tadi dan buat dia terpaksa membacakan mantranya untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Saya rasa itu trik yang cukup bagus."

Seuntai senyum yang dimiliki pelayan tua itu ketika dia bicara memberikan sarannya tadi, kepandaiannya dalam mengikat kelima mage Palis di ruang bawah tanah area bangsal kurungan itu, membuat semua yang mendengar ucapannya membuat pendugaan bahwa orang tua itu sebenarnya adalah sosok seseorang yang berbahaya.

Tapi Jaeha yang mendengar usulan dari Alister tadi menganggap itu adalah sebuah ide yang brilian. Dia menyetujui ide itu. Membuat permintaan pada Kei untuk menyeret sang mage Palis ke titik dimana mereka tersiksa tadi.

"E- Enlallilionavar!!"

Setelah dia menyerukan itu Alister yang ikut dengan Kei berada di dekat mage itu membuat pukulan di bagian punuk yang menyebabkan sang mage langsung kehilangan kesadarannya.

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu