train

34 6 0
                                    

"Hei"

Sebuah suara serta tepukan pada pundaknya membuat Muichiro terbangun dari lelapnya. Laki-laki mungil itu berusaha mengatur penglihatannya dan menyesuaikan dengan cahaya yang ada.

Dia sedikit mengernyit sesaat setelah menyadari bahwa ia bangun di tempat yang aneh. Dia tidak ingat kapan dan bagaimana bisa berada di sebuah kereta yang masih melaju ini.

Kepalanya menoleh ke segala arah untuk menemukan sedikit petunjuk atas keberadaannya saat ini. Namun hasilnya nihil, dia tidak bisa menemukan satu orang pun disini. Di gerbong kereta ini hanya ada dia seorang diri.

Lalu, dimanakah perginya orang yang menepuk pundaknya tadi? Muichiro sangat yakin bahwa tadi dia mendengar suara seseorang dan merasakan sebuah tepukan pelan yang membuatnya bisa terbangun.

Sebuah ingatan tiba-tiba melintas di otak Muichiro. Harusnya dia berada di rumah sakit sekarang. Dia kehilangan kesadaran setelah bis yang ia tumpangi mengalami kecelakaan.

Bahkan seragam sekolah yang masih ia pakai sekarang masih terdapat bercak darah dari bagian tubuhnya yang terluka. Muichiro sedikit bersyukur karena sebagian lukanya sudah mulai kering.

Karena tidak mau berlama-lama di tempat aneh ini, maka dengan keaadan tubuhnya yang masih terasa sakit, Muichiro tetap nekat bangun dari duduknya. Kakinya perlahan melangkah mencari apapun yang sekiranya bisa dijadikan petunjuk atas keberadaannya saat ini.

"Brengsekk, orang-orang pada kemana sih?" Keluh Muichiro saat tidak berhasil menemukan apapun.

Belum ingin menyerah, kini Muichiro beranjak menuju gerbong kereta di  belakangnya. Sebelum masuk, ia mengintip keadaan disana melalui sebuah kaca kecil di pintu gerbong.

Sebuah senyum kecil merekah di bibirnya saat melihat siluet seseorang disana. Dengan cepat, ia membuka pintu gerbong dan masuk ke dalamnya.

Kosong

Kembali lagi dia dihadapkan pada kondisi gerbong yang kosong. Padahal dia sangat yakin bahwa matanya tadi menangkap ada seseorang yang sedang berdiri di tengah gerbong. Tidak mungkin kan dia bisa pindah tempat secepat itu?

Muichiro mengusap wajahnya kasar. Apa jangan-jangan dia mulai berhalusinasi?

"H-halo...ada orang di-disini??" Masih berharap, Muichiro mulai memberanikan diri untuk bersuara setelah sedari tadi hanya diam. Kakinya ia bawa melangkah masuk ke dalam gerbong.

BRAKKK

Tiba-tiba pintu gerbong di belakangnya tertutup dengan sendirinya. Muichiro yang panik langsung berbalik badan dan berusaha membuka kembali pintu itu.

"Hahh kok gabisa dibuka? Woi! siapapun yang lagi iseng, tolong berhenti. Ini sama sekali ga lucu!!"

Belum selesai dengan masalah pintu yang tidak bisa terbuka, kini Muichiro di hadapkan dengan masalah baru.

Lampu yang menerangi gerbong kereta berkedip beberapa kali serta mengeluarkan suara aneh. Lalu tak lama kemudian terdengar suara seperti ledakan diikuti padamnya seluruh lampu yang ada disana.

Keadaan menjadi gelap gulita. Muichiro yang menyaksikan hal tersebut makin tidak bisa berpikir jernih. Kedua kakinya gemetar hebat membuat tubuhnya langsung merosot. Kini dia hanya bisa meringkuk ketakutan sambil bersandar di pintu gerbong.

"Sebenarnya gue sekarang ada dimana? Ke-kenapa gue bisa a-ada di tempat ini?" Muichiro terisak pelan. Dia menyembunyikan wajahnya di balik kedua kakinya tanpa peduli bahwa lututnya masih mengeluarkan  darah. Rasa takut terlalu mendominasi.

Namun hal itu tidak berlangsung lama karena kini kakinya menjadi kebas. Maka dengan segera ia berusaha meluruskan kedua kakinya.

"Eh?"

Saat akan menggerakan kakinya,  mata milik muichiro menangkap sebuah senter yang sudah menyala tergeletak tidak jauh dari tempatnya.
Dengan susah payah Muichiro beranjak untuk mengambil senter itu.

Setelah mengambilnya, Muichiro mulai menelurusi gerbong kereta ini. Muichiro menemukan perbedaan yang cukup kentara antara gerbong kereta tempat ia bangun dengan gerbong kereta ini.

"Disini ga sekosong tempat yang tadi." gumamnya sambil melihat barang-barang yang berserakan di kursi-kursi kereta.

Langkahnya menulusuri isi kereta terhenti saat menemukan sebuah kertas aneh yang tertempel di salah satu jendela kereta.

"Aku ingin bebas." Gumam Muichiro membaca tulisan yang ada pada kertas.

Diapun mengambil kertas itu dan menemukan bahwa masih ada tulisan lain di bawahnya.

"Aku menyesali perbuatanku. Aku tidak ingin mereka ada. Namun sudah terlambat untuk menghilangkan mereka. Hah? ini maksudnya apa sih?"

Muichiro tidak ingin ambil pusing.
Tepat setelah membuang kertas itu, angin di sekitarnya berhembus sangat kencang. Setelahnya diikuti oleh kilatan petir dan suaranya yang cukup memekakan telinga.

Muichiro merinding bukan main. Bukan karena suara petirnya, melainkan karena kilatan cahayanya yang menangkap sesosok bayangan  mahluk tengah berdiri di sampingnya.

Muichiro masih terdiam memaku, otaknya menyuruh untuk segera lari namun tubuhnya sangat sulit untuk bergerak. Senter yang dipeganganya kini sudah tergeletak tidak berdaya karena tangannya terlalu gemetar.

Keringat dingin mulai bercucuran. Ia bisa merasakan bahwa mahluk itu sudah semakin dekat dengannya.

Sebuah tangan yang terasa dingin bersentuhan dengan miliknya dan sontak membuatnya terkejut. Secara spontan dia menoleh dan mendapati bahwa jantungnya berhenti berdetak saat itu juga.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 14, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PAST (MUICHIRO TOKITO)Where stories live. Discover now