accident

37 4 4
                                    

Sebuah tepukan pelan mendarat di bahu Muichiro. Pemuda itu menoleh ke arah Genya yang entah sejak kapan sudah berjalan di sebelahnya. Seperti biasa, Muichiro tidak terlalu ambil pusing dan terus melanjutkan langkahnya menuju gerbang tanpa berniat mengajak bicara Genya. Namun secara tiba-tiba, teman sekelas yang juga merangkap sebagai tetangganya itu mulai cekikikan tidak jelas di sampingnya.

"Ck! Daripada gue dianggep lagi jalan sama orang gila, mending cepetan bilang deh mau lu apa?!" seru Muichiro agak jengah. Muichiro tahu, sudah terlampau tahu dengan kelakuan aneh Genya saat menginginkan sesuatu darinya. 

Genya tidak langsung menjawab dan justru semakin tertawa keras. Hal itu membuat Muichiro tambah merasa jengkel. Maka yang terjadi selanjutnya adalah Genya yang meringis pelan sambil mengusap dahinya yang menjadi sasaran pukulan dari tangan maut Muichiro.

"Kenapa tiba-tiba mukul sih?!"

"Habisnya lu ditanyain baik-baik malah ketawa ketiwi ga jelas! Masih untung kaga gue tendang betis lu." sembur Muichiro kepalang emosi. 

"Aelah lu mah kaga peka. Ini temen lu lagi salting brutal malah respon lu kek begitu." Timpal Genya dengan raut muka sedih yang dibuat sedramatis mungkin. 

Muichiro melipat kedua tangannya di depan dada. Kesabarannya yang setipis buku catatan Inosuke benar-benar diuji oleh pemuda dengan gaya rambut mohawk itu. "Lu kalo masih ga jelas kek gini beneran gue tinggal pulang deh, serius."

"Ehhh bentar dulu mui! Iya deh iya ini gue jawab pertanyaan lu tadi hehe. Ntar malem gue boleh minta tolong ke lu buat bantuin ngerjain kimia ga?? gue tau lu pasti paham dan udah ngerjain tu tugas."

"Alah palingan sampe rumah gue lu malah cuma goleran sambil curhat soal Kuina, terus ujung-ujungnya nyalin kerjaan gue."

" Jadi orang tu ga baik kalo suujon terus. Etapi kalau lu maunya gitu ya gue ga masalah sih hehehhe"

"ENYAH LU ANJIRR"

Muichiro dan Genya terlalu sibuk adu mulut sampai keduanya tidak menyadari bahwa telah sampai di halte yang ada di dekat area gerbang sekolah mereka. Tidak lama, bis yang ditunggu Muichiro sudah datang. 

"Gue duluan gen, ntar malem kalo jadi mampir ke rumah jangan lupa bawain sate ayam 20 tusuk." Kata Muichiro ketika mulai berjalan meninggalkan Genya menuju pintu bis yang sudah terbuka.

Walau bertetangga, namun Genya terbilang jarang naik bis yang sama dengan Muichiro. Hal itu karena ia memiliki kakak laki-laki yang sangat protektif dan sayangnya juga merangkap menjadi salah satu guru di sekolahnya. Jadi untuk urusan berangkat dan pulang sekolah ia diharuskan bersama dengan kakaknya itu.

"Iya iya apasih yang engga buat Muichiro tercayang." Respon Genya sambil mengedipkan sebelah matanya dengan genit ke arah Muichiro, yang sontak mendapat delikan dari pemuda mungil itu.

"Gila merinding banget buset."

Muichiro segera melangkah masuk ke dalam bus dan menduduki bangku paling belakang yang dekat jendela. Di tengah diamnya, tiba-tiba sekelebat ingatan mengenai pembicaraan Zenitsu dan teman-temannya kembali mengganggu Muichiro.

Sejak tadi, ia sudah berusaha melupakan perasaan tidak nyaman akan hal itu. Entah kenapa ia yang biasanya sangat cuek dengan hal-hal berbau misteri tiba-tiba merasa terganggu.

Lamunan Muichiro buyar ketika dia merasakan beberapa penumpang di dalam bis berteriak panik. Ia baru menyadari bahwa bis bergerak tidak terkendali.

Suara tangisan dan teriakan mulai memenuhi pendengaran Muichiro. Muichiro hanya bisa memeluk erat tasnya dengan mulut yang tidak berhenti merapalkan doa. 

Semua terjadi begitu cepat saat ia merasakan bahwa bisnya menabrak sesuatu dan setelahnya jatuh hingga membuat beberapa bagian bis dan penumpang terpental kemana-mana.

Muichiro tidak bisa memproses apa yang sedang terjadi. Ia sempat membeku sebelum akhirnya ia merasakan seluruh tubuhnya kesakitan. Setelahnya hanya kegelapan yang melingkupinya.


PAST (MUICHIRO TOKITO)Where stories live. Discover now