Sunoo tertawa mendengarnya, itu mungkin akan seru. Jungwon melirik lagi. "Lo tau, gue sama dia pernah beberapa kali ngobrol" Menunjuk tepat pada Haechan.

"Oh ya?"

"Ya, waktu gue sama tim cleard ketemuan. Kalo ga salah waktu itu kita buat konten bareng"

"Dia populer di kalangan gadis-gadis sekolah" Sunoo meletakkan ponselnya, mulai bersandar pada bahu Jungwon. July yang duduk di depan mereka menoleh kebelakang, dengan ekspresi wajah yang aneh.

"Guys kalian harus lihat ini" Ponselnya dia hadapkan pada wajah dua sahabatnya.

Jungwon menyipit. "Aku tau ini agak lama..." Ejanya pada sederet kalimat berbintang. "Tapi aku mau cincin ini pas di jari manis.... Kamu"

Keduanya ngebug, pasalnya memang hubungan July dan satu makhluk yang super sibuk bekerja itu tak pernah jelas. Entah itu July yang bilang sendiri kalau Haruto cuek, dan Haruto sendiri yang ga yakin apa July suka dia.

Sunoo menganga. "Dia lamar lo?! Hartanto ngelemar July??!" Teriakan itu di dengar semua orang, lantas July mendapatkan semua perhatian.

"Haruto ege" Tawa Jungwon, ketiganya berjingkrang heboh. Di ikuti dengan suara-suara ucapan selamat dari berbagai orang, July tersenyum pada keduanya. "Apa gue harus terima?"

Sunoo memutar bola matanya. "Iya lah, kalian tu selalu jaga jarak padahal ga bisa jauh-jauhan"

Jungwon setuju. "Aneh kalian berdua"

"Ya kan maksud gue kalo dia ga suka gue ga usah deketin sekalian, gue nunggu loh sampe Harua brojol dia masih aja pasif" July itu legowo anaknya, ya cuman kalo udah di gantung begini siapa yang bakal betah.

"Udah, sekarang lo dilamarkan. Terima pokoknya, kalau dia jahatin lo ada kita yang bakal urus"

July tersenyum pada keduanya, baik, dia ingin semua hal baik dihidupnya berjalan lancar. Bertanya lagi pada hatinya memastikan agar dia tak salah lagi, July mengetik beberapa kalimat singkat yang dapat dipastikan membuat Haruto berhasil dalam kisah cinta kali ini.

***


Lampu rumah itu masih padam, menandakan para penghuni masih belum beranjak dari alam mimpi. Sunoo melihat bagaimana kacaunya beberapa mainan Harua, suaminya pasti sulit mengurusi Harua sendirian. Hari ini jadwal mereka shooting, namun masih terlalu pagi untuk para staff datang.

Sunoo mengecup lembut pipi bayi laki-laki nya, begitu nyanyak tidur putranya. Mengelus perut bulat Harua, selain rindu pada putranya Sunoo jelas juga rindu pada suaminya. Koper dan barang bawaannya dia tinggal di luar kamar, menatap sosok shirtless yang juga masih tidur.

Sunoo melepas semua pakaiannya, menyelinap masuk kedalam selimut itu. Menggerayangi suaminya.

Heeseung terjaga dengan sentuhan menggelitik dibalik selimut, menyibak kain itu dan menemukan sosok cantik yang tengah mengulum penisnya. Heeseung terkekeh, dia pikir ini mimpi. Sunoo meraih wajah itu, meraup bibir suaminya dengan tak sabaran. Seketika Heeseung benar-benar terbangun, merengkuh tubuh naked Sunoo menyalurkan kerinduan yang mendalam.

Tautan keduanya terlepas, Sunoo beranjak mengukung Heeseung. Meraih batangan tegak itu, perlahan mengarahkan pada lubangnya. Sunoo menurunkan tubuhnya perlahan, sudah terlampau lama namun dia masih meringis merasakan sensasinya.

"Mhh Sunoo kangenh mas" Jemarinya meraba perut kotak Heeseung, turun guna memeluk Heeseung kembali.

"Sebulan bukan waktu sebentar, apa kita ga bisa tunda shooting hari ini" Heeseung juga tak bisa pungkiri dia sangat merindukan Sunoo, ingin rasanya menghabiskan waktu bersama istrinya lebih lama diatas ranjang.

 ɴᴏ ʀᴇɢʀᴇᴛ (ʜᴇᴇsᴜɴ) √Where stories live. Discover now