10 . Rui rindu Mama

Start from the beginning
                                    

"Mama na, napa nagic lagi? Mama na cakit?"

"Tidak. Mama bahagia bisa bertemu Rui." Iyuki memberikan senyum terbaiknya kepada Rui, membuktikan seberapa bahagianya dia saat ini.

Rui menatap Iyuki dengan tatapan cemas. Sekarang Rui yakin, jika mamanya benar-benar sakit. Disaat seperti ini Rui ingat perkataan abang Ryu nya.

"Ingat, Rui. Jika ada orang yang bahagia tapi menangis. Maka mereka orang sakit. Dan mereka akan disuntik dengan jarum setebal lengan sikembar." Itulah ucapan abang Ryu yang terngiang-ngiang dikepala Rui.

Rui berpikir sebentar dan mengangguk setelah dapat ide. Rui mempunyai rencana untuk melarikan Mamanya saat dokter akan menyuntiknya dengan jarum besar nanti, agar Mamanya tidak kesakitan.
Membayangkan Iyuki yang merengek sambil memegang pantatnya yang terdapat bekas suntikan. Rui tidak bisa membiarkannya! Sebagai seorang kesatria pelindung, Rui harus melindungi Mamanya apapun yang terjadi.

Melihat tatapan bingung putranya, sekali lagi Iyuki memeluknya erat dan menghujani nya dengan ciuman. Oh, putranya selalu imut dan manis. Membuat Iyuki sangat ingin mengurungnya untuk dirinya saja.

Tapi pemikiran itu segera ditepis, dan tersadar kalau putranya tidak memakai apapun kecuali popok bergambar jerapah.
Iyuki buru-buru masuk kedalam kamar yang sudah terang-benderang. Sebab si pemilik sudah menghidupkan lampu dan bersandar disandaran tempat tidur.
Begitu Iyuki masuk dan membawa Rui dalam gendongannya, mata itu berkilat. Cemburu melihat kedekatan Iyuki dan Rui.

Iyuki sudah terbiasa dengan tatapan seperti itu. Karena di keluarganya, dia juga sering mendapatkan tatapan yang sama. Bahkan dari Stevan, suaminya sendiri.

Berjalan ke sisi lain tempat tidur. Iyuki membaringkan kembali Rui disana. Rui yang matanya mulai layu dan terkantuk-kantuk, membenamkan dirinya di bantal yang sudah dipungut Edgard dan meletakkannya ditempat semula.

Tak butuh waktu lama. Dengan usapan tangan hangat Iyuki dirambutnya, Rui tidur dalam waktu singkat.
Iyuki mengangkat selimut dan memposisikan agar putranya tetap nyaman selama tertidur. Memandang wajah dengan pipi chubby kemerahan itu untuk sesaat, senyuman pun tak pernah hilang dari Iyuki.

Setelah beberapa saat, barulah senyuman itu hilang dari wajah Iyuki. Digantikan dengan tatapan dingin dan aura membunuh. Membuat Edgard yang ada dibagian lain tempat tidur menatap dalam Iyuki sebelum mengangkat bahu acuh tak acuh.

"Kenapa kalian tidak membawanya pulang?" Hanya pertanyaan biasa. Sekedar basa basi, tapi sejujurnya Edgard berharap bahwa Rui tidak akan pulang kerumahnya.

"Dengan kepala berjejer di gerbang dan Mansion yang berbau darah! Menurutmu, bagaimana saat Rui ada disana?" Tanpa mengalihkan pandangan kearah Edgar. Iyuki bangkit dan berjalan kebalkon. Edgard tanpa sadar menelan ludahnya. Itu keputusan yang terbaik, membiarkan Rui ada disini. Bisa dibayangkan seperti apa Mansion Dominic saat ini oleh Edgard, dan Edgard tidak ingin memikirkannya lebih jauh.

Iyuki telah hilang dari balkon. Sudah pasti dia datang kesini karena salah satu pemberontak ada di negara ini, dan Iyuki juga berkesempatan bertemu Rui lagi. Karena itulah dia bersikeras pada suaminya untuk mengambil misi negara ini.

Kenapa Edgard tidak bereaksi saat Iyuki datang? Jawabannya sudah jelas. Karena Edgard sudah tau bahwa malam ini ibu Rui akan datang berkunjung.
Darimana Edgard tau? Tentu saja dari ibu tirinya, sebab dia adalah tangan kanan Iyuki, ibu dari Rui dan nyonya besar Dominic saat ini.

Edgard melihat kearah Rui yang pulas tidur menghisap ibu jarinya di samping. Mendekat kearah anak itu, kemudian mengambil barang dari laci sebelah dan memasukkannya kedalam mulut Rui.
Ini masih jam tiga dini hari, puncaknya mimpi. Jadi Rui sedang terlelap tidur dengan suasana hati bahagia karena bertemu mamanya. Dan ditambah lagi Paccifier yang menyumpal mulutnya.

Petualangan Rui (Rui Untuk Dominic 2) Where stories live. Discover now