Chapter 7

61 7 16
                                    

September 5th

By Rubiya_Sinner

Chapter 7


Sepuluh tahun kemudian.
Wina, Austria.

Aku berjalan mengelilingi kota, menunggu dimulainya sebuah konser musik klasik. Cuaca saat itu sangat indah: langit biru dengan warna yang begitu cerah dan menyengat mata, angin sepoi-sepoi yang menyingkirkan semua awan, dan dedaunan penuh dengan warna—merah,oranye, emas, dan hijau muda—yang sangat menawan.

Ketika melewati pemandangan itu, aku mengambil foto-foto indah, yang sering kali menyertakan anak-anak dengan senyuman bahagia di wajah mereka. Hal ini memberikan kehangatan yang menyenangkan di hatiku.

Air dari air mancur memantulkan cahaya matahari dan, dengan percikannya, menciptakan permainan cahaya matahari yang tak terlukiskan pada tetesan air. Aku berjalan sampai matahari mulai condong ke barat, menyinari kota dengan warna merah tua dan opal.

Ruang konser mempersonifikasikan kemewahan dan kemegahan: chandelier kristal yang megah menerangi dari semua sisi, membuatnya tenggelam dalam warna emas dan mahoni, kursi beludru berwarna merah tua, dan ukiran dan plesteran apik yang menghiasi balkon yang berada di bawah langit-langit, yang menampilkan potret tokoh-tokoh bersejarah.

Aku mengambil tempat di barisan depan, merasakan antusiasme yang terpendam. Aku diliputi oleh banyak emosi yang bercampur aduk: rasa takut, terselubung di balik kegembiraan menantikan konser; rasa tegang, setipis renda, yang mencengkeram hatiku dengan ketidaksabaran; rasa cemas, yang membunyikan bel samar-samar di suatu tempat di dalam kesadaranku, tetapi tumpang tindih dengan kegembiraan. Akhirnya aku sampai di sini. Akhirnya, aku akan mendengar musiknya.

Chandelier telah meredupkan cahayanya dan hanya menyinari panggung utama, di mana hanya grand piano yang berada di sana. Sang komposer muncul dari balik tirai, menimbulkan tepuk tangan meriah di aula yang dipadati penonton. Saat itu, aku merasa jantungku akan meledak keluar dari dadaku, menyisakan luka menganga yang berdarah, berdetak begitu kencang, menimbulkan suara gemuruh yang keras di telingaku.

Sang pianis berjalan ke arah piano dan membungkuk dengan canggung ke arah penonton. Fakta bahwa aula itu gelap, berkontribusi pada suasana musiknya, karena—seperti sebelumnya—dia tidak menyukai kerumunan.

Kemudian dia duduk di depan piano, dan semua orang menahan napas. Nada pertama terdengar dari jemarinya, dan kemudian musik mengalir, memenuhi seluruh ruang di aula konser. Melodi yang ajaib dan memukau dengan transisi yang cepat dan lambat, kemudian meningkat dan menurun dalam bunyi dan perubahan nada suara. Musik itu melukiskan pemandangan dalam benakku, seperti saat aku mendengarnya untuk pertama kali.

Jiwaku yang pernah terluka dan hatiku yang berdarah telah menemukan keharmonisan berkat musik ini. Seperti obat, musik ini menyebar ke seluruh jiwaku, menyembuhkan luka, melukiskan dunia dengan warna-warna cerah, membuka pintu-pintu yang sebelumnya terkunci.

Ada beragam mahakarya musik: beberapa melodi membawaku kembali ke lautan yang bergejolak, yang lain mengantarkanku ke permukaan danau yang bagaikan cermin, membelai dengan hembusan angin segar, menggelitik hidungku dengan rumput berwarna zamrud, memaksaku untuk merasakan lompatan dari tebing yang curam menuju jurang yang dalam, karena aku seperti terhempas oleh hembusan angin yang sangat kencang. Komposisi lainnya membawa kedamaian yang membahagiakan, seakan-akan aku terbungkus selimut hangat, menghangatkan dari dalam dan memberikan perasaan aman.

Dan hanya satu yang tidak mungkin salah kukenali. Ringan seperti bulu. Halus seperti kelopak bunga ceri merah muda. Penuh kasih sayang, seperti sentuhan sinar matahari. Dan sedih, seperti kepingan salju, jatuh dari surga dan segera meleleh di telapak tangan manusia yang hangat. Musik ini diasosiasikan dengan akhir musim panas dan datangnya musim gugur, tetapi memberikan harapan bahwa di dalam hati seseorang, yang tertutup badai salju, matahari akan selalu menembus selubungnya. Seolah-olah ia memancarkan cahaya hangat dengan sinarnya yang tersebar, membantu untuk terlepas dari kungkungan dingin dan keputusasaan, memunculkan harapan seperti tunas kecil yang muncul dari dalam tanah.

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Sep 05, 2023 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

✔️ September 5th (Terjemahan)Onde histórias criam vida. Descubra agora