25. Frustrasi

Mulai dari awal
                                    

Bara tampak berpikir.

"Lo pikir gue nggak punya kekhawatiran yang sama? Gue juga awalnya takut. Gue bingung harus menerapkan parenting apa buat anak gue nantinya, karena gue punya contoh yang sangat minim." kata Mahesa, "tapi gue percaya sama Ciara. Meski sama-sama dibesarkan sama orangtua tunggal, buktinya Ciara bisa kok jadi anak baik, sukses lagi." tambahnya, "gue cuma tahu gue harus jadi orangtua yang lebih baik dari Papa."

Bara mengacak-acak rambutnya. Ia merogoh saku dan mengeluarkan ponselnya dari sana. Ia kembali mengecek keberadaan Alma. Gadis itu masih ada di hotel. Entah apa yang dia lakukan di sana sementara ini masih hari kerja.

Ibu jarinya menggulir layar, kali ini ia membuka aplikasi Instagram. Story Alma berada paling depan. Dengan ibu jarinya, ia menekan bulatan dan melihat update story gadis itu.

"What the..." Kalimatnya terhenti karena Mahesa menutup mulutnya dengan tangan.

"Jangan mengumpat di rumah gue. Nanti calon anak gue dengar." katanya.

Mahesa belum resmi jadi ayah, tapi dia sudah mulai protektif. Ia merasa perlu memulai semua kebiasaan baik di rumahnya.

Bara menggigit bibirnya kuat-kuat. Dilihatnya foto Alma di kolam renang. Bukan, bukan tempatnya, tapi apa yang gadis itu kenakan. Gadis itu memakai bikini berwarna hitam yang terlihat kontras dengan kulitnya yang putih. Dia melilitkan kain di pinggangnya yang belahannya terlihat hingga pahanya. Bahunya, perutnya terekspos sempurna.

"Shi..." Umpatannya terhenti lagi karena tangan Mahesa menutup mulutnya. Kepala Bara mendadak pusing. Bagaimana bisa gadis itu berpakaian seperti itu dan menguploadnya di story instagram. Bagaimana bisa dia membiarkan ribuan orang melihatnya dalam balutan pakaian yang hanya menutupi payudaranya.

"Wow..." Mahesa berseru saat melihat isi ponsel Bara.

"Ish..." Bara mendorong bahu Kakaknya hingga dia menjauh. Lelaki itu terkekeh ringan.

"Nggak ada yang salah pakai bikini di kolam renang." kata Mahesa.

"Nggak... nggak... nggak bisa... nggak boleh." Bara berdiri lagi, lalu berjalan mondar-mandir.

Mahesa meraih ponselnya di atas meja, "IGnya Alma apa?" Ia bertanya sambil mengutak-atik benda pipih itu.

"Mau ngapain lo?" Bara melotot, lalu melempar lagi bantal sofa hingga tepat mengenai wajah Mahesa. Tawa lelaki itu meledak. "Ra, suami lo ganjen, nih." Ia sedikit berteriak.

***

Seharian ini pikiran Bara tidak tenang. Ia mengecek keberadaan Alma berkali-kali dan tahu jika gadis itu hari ini cuti. Dia, mungkin bersama Gia, pergi ke mall, restoran, spa, nail art, dan masih banyak lagi. Gadis itu berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Gadis itu seperti burung yang baru saja lepas dari sangkar emas. Dia sepertinya sedang menikmati hari-hari selepas kandasnya hubungan mereka.

Bara tahu ia hanya perlu satu hal untuk membuat hati dan pikirannya tenang, yaitu mematikan aplikasi yang terpasang di ponselnya hingga ia tidak bisa lagi melacak keberadaan Alma. Tapi ia tidak bisa melakukan itu. Ia yakin akan lebih gila lagi jika tidak tahu apapun tentang gadis itu. Ia hanya bersyukur Alma tidak mematikan GPSnya. Gadis itu pasti lupa kalau GPS itu masih tersambung ke ponselnya.

Bara menaruh kantong plastik di atas meja, tepat di depan Aneth.

"Mau jenguk siapa lo?" Aneth bertanya saat melihat plastik itu berisi buah-buahan.

"Buat Ciara." Bara menjatuhkan bobotnya di salah satu kursi kosong dan melirik Ciara yang sedang fokus menatap layar komputernya. Tangannya mengambil buah jeruk dan mengupasnya. Ia mengupas dua buah dan menaruhnya di piring kecil yang ia ambil dari salah satu laci di ruangan itu.

Deep Talk Before Married [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang