Part 1

889K 16.1K 709
                                    

Seminggu kemudian benarlah keluarga Andre-sahabat Rama datang. Disinilah Naifa, di hadapkannya dengan Andre dan Puri-istrinya, di sebrangnya ada seorang Lelaki dengan paras wajah tampan yang ia tebak adalah Gibran Muhammad Azzam-calon suaminya.

Sedari tadi Naifa menundukan wajahnya tak berani menatap orang-orang sekitar sampai suara Puri memanggilnya.

"Naifa..," panggil Puri.

"Iya tan?"

Saat mengangkat wajahnya, orang pertama yang ia lihat adalah sepasang mata tajam di sebrangnya, mata calon suaminya. Gadis itu beristigfar, sesegera mungkin Naifa mengalihkan pandangannya menatap Puri.

"Bagaimana Naifa, Apa kamu menerima perjodohan ini?" tanya Puri.

Naifa menghela nafasnya pelan, di tatapnya Andre dan Puri, ada segurat pengharapan dari wajah mereka.

"Bismillah, Insha Allah, atas ridho Allah Naifa menerima perjodohan ini," ucap Naifa sontak membuat semua orang yang berada di tempat itu mengucapkan syukur.

Saat matanya tak sengaja melihat Azzam, dia pun tersenyum. Terlihat sekali ada kelegaan dari wajah tampannya itu.

"Alhamdullilah, terimakasih Naifa," ucap Andre.

Naifa mengangguk kemudian tersenyum. Pandangannya teralih pada Rama yang duduk di sebelahnya, ada gurat kelegaan dan kebahagian yang terpancar dari wajah Pria itu.

Percakapan antara dua keluarga ini berlanjut hingga waktu hampir larut. Keluarga Andre pun segera pamit pulang, Naifa sempat menyalami  Andre dan Puri dengan mencium punggung tangan mereka.
Saat Naifa berhadapan dengan Azzam di telengkupkan kedua tangan di depan dada sambil menundukan wajah, dan Azzam melakukan hal yang sama.

Setelah mobil itu hilang di balik persimpangan, Ratih-Ibu Naifa memegang bahu Naifa.

"Apa kamu yakin nak atas pilihan mu?" tanya Ratih.

Naifa mengangguk di tatapnya mata Ratih.

"Naifa yakin bu, Naifa pun sudah meminta petunjuk pada Allah. Insha Allah, Allah meridhoi pilihan Naifa," Naifa tersenyum, lalu membimbing membawa Ibunya masuk di karenakan cuaca diluar sangat tidak baik untuk kesehatan.

* * *

Azzam POV

Aku terpaku mendengar ucapan Papa bahwa aku akan di jodohkan dengan seorang gadis anak sahabat Papa. Namanya Hasnaifa Almeera Nagita, nama yang cantik.

Apakah orangnya secantik namanya? pikirku bertanya.

Sebenarnya aku ingin menolak perjodohan ini, Namun Papa bilang bahwa seminggu lagi keluargaku akan menemui keluarganya untuk melamarnya secara resmi. Aku pun tak bisa menolaknya. Sebelum itu Mama mencoba memberikanku untuk berfikir dan menasehatiku.

Beristikharahlah nak, berdoalah meminta jalan yg terbaik pada Allah. Karna sesungguhnya hanya kepadanyalah kita meminta dan memohon petunjuk. Insha Allah, Allah akan memberikan jawaban yg terbaik atas semua masalahmu.

Begitulah nasehat yang Mama katakan padaku. Dan aku pun mengikuti nasehatnya, aku pun mulai shalat istikharah dan meminta ridho-nya.

Seminggu berlalu bergitu cepat, Insha Allah aku mendapatkan jawaban atas doa-doaku. Kini aku sedang berada di rumah calon istriku. Rumah yang megah namun sederhana. Di hadapanku adalah seorang gadis dengan memakai gamis hijau tosca dan jilbab yg senada. Di tambah dengan riasan make-up yang tidak tebal membuatnya sangat cantik.

Apakah dia calon istriku? Subhannallah cantik sekali. batinku bergumam.

Kulihat sedari tadi gadis cantik di depanku ini hanya menundukan wajahnya, tapi sampai ketika suara Mama memangilnya. Seketika ia mendongkakan wajahnya, tak sengaja wajah cantiknya itu melihat kearahku namun hanya sekejap. Karena selanjutnya ia memalingkan wajahnya menatap Mama yang berada disamping kananku.

"Bagaimana Naifa, Apa kamu menerima perjodohan ini?" tanya Mama yang membuat jantungku berdebar seketika. Aku menatapnya gemas, tak sabar menunggu jawaban yang akan terucap dari bibir tipisnya itu.

Kulihat dia menghela nafasnya, "Bismillah, Insha Allah, atas ridho Allah Naifa menerima perjodohan ini Tante," ucapnya sukses membuat jantungku berdebar tambah kencang.

Dalam hati aku mengucap syukur, dia tidak menolak perjodohan ini. Karna sejujurnya aku yakin bahwa Naifa adalah jodoh yang telah Allah persiapkan untukku.

Obrolan para kedua orang tuaku dan orang tuanya Naifa pun berlanjut hingga waktu hampir larut. Saat pamit, Aku tertegun melihat Naifa menyalami punggung tangan kedua orang tuaku, lalu, saat ia berada di hadapanku ia hanya menundukan wajahnya sambil menelengkupkan kedua tangannya didepan dadanya, dengan terpaksa aku melakukan hal yang sama. Aku pernah dengar, bahwa seorang lelaki yang bukan mahramnya haram untuk bersentuhan.

Ya Allah, begitu shalehahnya gadis di hadapanku ini.

Aku segera memasuki mobil, menstater mobil kemudian membawanya memecah jalanan. Di perjalanan pulang, kedua orang tuaku terus-terusan memuji Naifa dan mengodaku.

"Bagaimana Zam, cantik bukan pilihan Mama dan Papa? Rugi loh Zam kalau dia nggak jadi pendamping hidupmu nanti," ujar Mama sambil tersenyum penuh arti.

Aku mengangguk-ngangguk, " Sudah cantik, pintar, baik, sopan uhhh menantu idaman deh," ucap Mama kembali dengan senangnya.

Sekiranya begitulah ucapan-ucapan Mama yang memuji Naifa, sebenarnya masih banyak lagi pujian dan godaan yang Mama dan Papa ucapkan untukku. Tapi, tak mungkin juga aku mengucapkannya satu-satukan. Haha!

* * *

Author POV

Besok paginya Andre dan Puri sudah berada dirumah Rama dan Ratih untuk memberitahukan bahwa acara pernikahan akan diadakan satu minggu dari sekarang.

Semua persiapan pernikahan akan dipersiapkan oleh para orang tua dan keluarga besar mereka. Rama dan Ratih pun menyetujuinya.

Setelah Andre dan Puri pamit pulang, di panggilnya Naifa untuk membicarakan pernikahannya.

"Ada apa Yah, Bu?" tanya Naifa.

"Ibu, Ayah dan calon mertuamu sudah menentukan acara pernikahanmu. Kami sepakat akan mengadakannya satu minggu lagi," ucap Ratih sambil menatap Naifa.

"Apa tidak terlalu cepat Bu? Bahkan sebaiknya Naifa menjalankan ta'aruf dulu untuk lebih mengenalnya bu," tanya Naifa.

"Tidak Naifa. Ibu yakin lebih cepat lebih baik. Bukankah lebih enak jika saling mengenal jika sudah halal? tidak akan menimbukan fitnah atau hal yg tidak diinginkan."

Naifa hanya mengangguk mengiyakan. Setelah percakapan selesai Naifa segera pamit untuk berangkat ke kampusnya, karena jam sebelas nanti dia ada mata kuliah.

* * *

Ditempat lain.

Seorang lelaki tengah berkutat dengan dokumennya yang lumayan banyak. Tak lama kemudian, terdengar ada yang mengetuk pintu ruangannya.

"Assalamualaikum," salam Puri.

"Waalaikumsalam, Ada apa Ma?" tanya Azzam ketika Puri langsung duduk di sofa.

Azzam bangkit dari kursinya, berjalan ke arah sofa lalu duduk di sebelah mamanya, "Mama cuman mau ngasih tau kalau pernikahanmu akan diadakan satu minggu lagi."

Azzam terperanjat, "Apa tidak terlalu cepat Ma? Bahkan aku belum mengenalnya dekat."

"Masalah mengenal lebih dekat, lebih nyaman mengenalnya setelah halal. Tidak akan menimbulkan fitnah atau hal yg tidak diinginkan."

Benar juga sih!

"Baiklah, terserah Mama saja," balas Azzam.

Setelah itu Puri langsung pamit dan Azzam kembali melanjutkan pekerjaan yang harus segera ia selesaikan itu.

[==#==]

TBC ~ :)

Sekian untuk part yg ini .. Maaf kalau kata-katanya berantakan ..

Jodoh Terbaik [DITERBITKAN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang