Letter For God (2)

Start from the beginning
                                    

"Kak kita mau kemana lagi? Acel capek, kaki Acel sakit kak, Acel juga laper," tanya Arsel.

Digta tak menjawab ia mengedarkan pandangannya menatap sekitar.

"Ayo duduk dulu disana, kita istirahat dulu disana ya," ucap Digta seraya menuntun sang adik untuk duduk di salah satu bangku yang ada di bawa kolong jembatan tersebut.

"Dingin kak.." lirih Arsel saat sang kakak mendudukan tubuhnya di bangku tersebut.

"Adik sabar ya.. sini kakinya kakak pijat dulu biar ga sakit lagi," Digta mengangkat kedua kaki mungil sang adik untuk di pijatnya.

"Masih sakit?" tanya Digta.

Arsel menggeleng lalu menunjukan senyum lebarnya pada sang kakak, "udah ga sakit kak!"

Digta tersenyum lega, lalu membawa tubuh sang adik ke dalam pelukan hangatnya.

"Ayah.. ibu.." lirih Digta diiringi dengan air mata yang menetes di kedua pipinya.

"Kak abis ini kita kemana? Acel ngantuk mau bobo, biasanya ibu selalu bacain Acel dongeng sebelum bobo," ucap polos Arsel namun mampu menohok hati sang kakak.

"Ya udah adik bobo aja dulu, nanti biar kakak yang ceritain adik dongeng," sahut Digta.

Si kecil Arsel hanya mengangguk seraya menyandarkan kepalanya pada bahu sang kakak. Sedangkan Digta sendiri mulai bercerita seraya mengusap-ngusap kepala sang adik.

"Raja pun tak tinggal diam, ia punya banyak cara untuk kembali merebut tahtanya, hingga–" Digta yang tengah mendongengkan cerita pada sang adik pun tiba-tiba terhenti saat ada seseorang yang melangkah ke arahnya dan hal itu membuat Digta langsung memeluk erat tubuh adik kecilnya.

"Hai adek-adek," sapa seseorang tersebut seraya menunjukan senyumnya.

"O-om siapa?" tanya Digta takut dan masih memeluk tubuh sang adik.

"Jangan takut, kenalin saya Santoso.." jawab seseorang itu yang ternyata bernama Santoso.

"..." Digta terdiam menatap takut pada seseorang di depannya.

"Kamu jangan takut, saya ini orang baik saya punya rumah penampungan khusus anak-anak jalanan yang udah ga punya orang tua," ucapnya.

"Om tau dari mana kalau kita udah ga punya orang tua?" tanya Digta dengan polosnya.

Santoso tersenyum tipis, "kalau kalian masih ada orang tua, ngapain malam-malam begini masih berkeliaran di kolong jembatan? Ini udah jam 11 malam lho," jawab Santoso.

"K-kak laper.." lenguh Acel dalam tidurnya.

"Dia adik kamu?" tanya Santoso seraya mengusap pipi gembil Acel.

"Iya dia adik aku om," jawab Digta.

"Kasian adik kamu kedinginan dan kelaparan, kamu juga kan? Gimana kalau kamu ikut saya aja ke rumah penampungan? Disana kalian bisa makan, disana juga banyak anak-anak seumuran kalian nanti kalian bisa main sama-sama."

Digta tak langsung menjawab, ia menatap penuh selidik pada seseorang yang bernama Santoso itu.

"L-laper kak.. s-sakit.." Arsel kembali bergumam.

"Kasian adik kamu, kalau lama-lama di luar dalam kondisi hujan begini sakitnya bisa bisa tambah parah," ucap Santoso kembali membujuk.

Digta lagi lagi tak menjawab, ia menatap lekat pada adik kecilnya.

"Gimana?"



"Kak Digta Acel laper, Acel belum mam dari pagi," keluh Arsel pada sang kakak.

Letter For God [COMPLETE]Where stories live. Discover now